40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Tanaman Meniran Phyllanthus niruri
Berdasarkan hasil pengamatan morfologi tanaman meniran, diketahui ciri-ciri meniran yaitu meniran merupakan tumbuhan herba dengan tinggi
batang antara 20-100 cm. Batangnya merupakan batang tegak lurus dengan warna yang bervariasi seperti berwarna hijau pucat atau hijau tua. Batang
tanaman ini merupakan batang basah berbentuk bulat teres, yang memiliki sistem percabangan monopodial dengan arah tumbuh cabang mendatar
horizontalis. Daun tanaman meniran merupakan daun tunggal meskipun bentuknya
menyerupai daun majemuk. Meniran merupakan tumbuhan dengan pola duduk daun folia opposita. Artinya setiap buku daun diduduki dua helai daun
yang tumbuh berpasang-pasangan atau berhadap-hadapan. Daunnya berwarna hijau, berbentuk oval dengan tepi daun rata, dan bagian ujung serta
pangkalnya membulat rotundatus. Daun tanaman meniran memiliki pertulangan daun menyirip panninervis dan pada permukaan daunnya tidak
terdapat struktur apapun atau sering disebut glaber atau gundul. Meniran merupakan tumbuhan berumah satu dan bunganya berkelamin
tunggal. Bunga dan buah tanaman meniran tumbuh di bagian bawah cabang tanaman dan menghadap ke tanah, dimana di sisi-sisi cabang tersebut
menumbuhkan daun. Bunga tanaman meniran berukuran kecil dan merupakan bunga tunggal, demikian pula dengan buahnya yang berwarna hijau muda.
Ciri-ciri tanaman meniran yang diidentifikasi oleh penulis telah sesuai dengan ciri-ciri tanaman meniran yang diungkapkan oleh Heyne 1987.
B. Pengamatan Morfologi Sel Bakteri
Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian ini yaituEscherichia coli dan Bacillus cereus
yang didapat dari laboratorium Bioteknologi Universitas Gajah Mada, maka diasumsikan bahwa kedua bakteri uji merupakan koloni
murni koloni tunggal. Selanjutnya dilakukan pengamatan morfologi koloni bakteri uji. Bakteri Bacillus cereus yang diuji memiliki ciri koloni yang
berbentuk bulat sampai tak beraturan dan berukuran agak besar, dengan warna koloni putih. Pada pengamatan ini jumlah koloni bakteri tidak dapat
dilakukan karena kepadatan koloni tunggal bakteri sehingga koloni bakteri bertumpang tindih membentuk koloni besar tak beraturan. Pada pengamatan
morfologi koloni bakteri Escherichia coli dapat dilihat bahwa koloni bakteri ini berbentuk bulat yang mengkilap, dengan ukuran koloni yang agak besar.
Pada pengamatan ini juga tidak dapat dilakukan penghitungan koloni bakteri. Untuk pengamatan morfologi sel bakteri dilakukan pengecatan bakteri,
yaitu dengan pengecatan negatif dan pengecatan gram. Dalam teknik pengecatan negatif bakteri, bakteri tidak diwarnai, namun yang diwarnai
adalah latar belakangnya. Jadi bakteri akan tampak terang dengan latar belakang hitam. Zat warna yang digunakan dalam pengecatan ini adalah zat
warna nigrosin atau tinta India. Sediaan bakteri yang akan diamati dibuat dengan cara disebar-ratakan dengan gelas objek lain, atau disebut dengan
sediaan hapus apusan. Pengecatan ini sangat berguna untuk mengamati bentuk keseluruhan sel yang sangat kecil Radji, 2009.
Pada pengecatan negatif ini digunakan tinta China, karena cat nigrosin tidak tersedia. Dari pewarnaan negatif bakteri ini hasil yang dapat diamati
yaitu bentuk sel bakteri Escherichia coli dan Bacillus cereus yang keduanya berbentuk batang basil. Sel bakteri Escherichia coli yang diamati berbentuk
batang tunggal monobasil, sedangkan sel bakteri Bacillus cereus berbentuk batang dengan susunan yang ujung selnya bergandengan dengan ujung sel
bakteri lain sehingga menyerupai bentuk rantai streptobasil. Pada pengamatan sel bakteri yang kedua dilakukan pewarnaan gram
dengan menggunakan 4 reagen, yaitu kristal violet pemberi warna ungu, iodine, alkohol dan safranin pemberi warna merah yang diteteskan pada
suspensi bakteri uji secara berurutan. Zat warna kristal violet dan iodine akan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Setelah pencucian dengan
alkohol 96, beberapa kelompok bakteri dapat melepaskan zat warna ungu dengan mudah, sedangkan kelompok bakteri lain dapat mempertahankan
warna ungu tersebut. Bakteri yang tidak dapat mempertahankan warna ungu pada pencucian dengan alkohol 96 merupakan bakteri gram negatif,
sedangkan bakteri yang dapat mempertahankan zat warna ungu merupakan bakteri gram positif. Karena melepaskan warna ungu setelah pencucian
dengan alkohol 96, bakteri gram negatif perlu diwarnai dengan zat warna lain agar dapat diamati di bawah mikroskop, yaitu safranin. Dengan demikian
maka bakteri gram negatif akan berwarna merah. Sebaliknya zat warna ungu yang tidak luntur pada bakteri gram positif tidak terpengaruh oleh pemberian
zat warna safranin, sehingga bakteri tetap berwarna ungu. Dinding sel bakteri gram negatif mengandung kadar lipid yang tinggi,
sekitar 20 Radji, 2009, lipid ini dapat larut dalam alkohol 96 sehingga
pori-pori dinding sel membesar dan zat warna kristal violet dapat keluar dari sel bakteri. Ketika diberi zat warna safranin sel bakteri dapat menyerapnya,
sehingga sel bakteri berwarna merah. Sebaliknya pada bakteri gram positif pencucian dengan alkohol 96 akan menyebabkan protein terdenaturasi,
sehingga pori-pori mengecil dan zat warna kristal violet terperangkap di dalam sel bakteri, akibatnya bakteri tetap berwarna ungu.
Pengamatan hasil pengecatan gram kedua bakteri uji di bawah mikroskop menunjukkan bahwa bakteri Bacillus cereus berwarna ungu dan bakteri
Escherichia coli berwarna merah. Maka dapat disimpulkan bahwa bakteri
Bacillus cereus merupakan bakteri gram positif dan bakteri Escherichia coli
merupakan bakteri gram negatif. Pada pengamatan dengan mikroskop digunakan minyak imersi dengan tujuan untuk mengurangi pembiasan
cahaya, sehingga preparat sediaan bakteri terlihat lebih jelas. Gambar hasil pengamatan morfologi koloni dan morfologi sel bakteri Bacillus cereus dapat
dilihat pada lampiran 4 dan bakteri Escherichia coli dapat dilihat pada lampiran 5.
C. Uji Aktivitas Antibakteri