C. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah bakteri Bacillus cereus dan Escherichia coli
yang diperoleh dari biakan di laboratorium Bioteknologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Bakteri diidentifikasi terlebih dahulu
dengan pengamatan morfologi koloni, pengamatan morfologi sel dan pengecatan gram.
Sampel yang digunakan adalah herbaPhyllanthus niruri meniran yang diambil secara acak di kebun dan halaman laboratorium biologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Herbadiekstraksi untuk mengeluarkan kompenan metabolit sekunder. Ekstraksi dilakukanmelalui dua cara, yaitu mengambil
sari tanaman dengan cara menumbuk herba meniran tanpa diberi air dan dengan merebus herba dalam aquades.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2014 di Laboratorium Biologi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
E. Desain Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan metode penelitian rancangan acaklengkap Completely Randomized Design faktorial. Rancangan acak
lengkap merupakan jenis rancangan percobaan yang paling sederhana. Satuan percobaan yang digunakan homogen atau tidak ada faktor lain yang
mempengaruhi respon di luar faktor yang diuji atau diteliti. Faktor luar yang
dapat mempengaruhi percobaan dapat dikontrol, misalnya percobaan dilakukan di rumah kaca atau laboratorium. Rancangan ini disebut rancangan
acak lengkap, karena pengacakan perlakuan dilakukan pada seluruh unit percobaan. Rancangan acak lengkap digunakan bila faktor yang akan diteliti
satu faktor atau lebih dari satu faktor Setiawan, 2009. Penelitian ini dilakukan dengan perlakuan variasi sampel dan konsentrasi ekstrak, dengan
tiga kali ulangan pada setiap perlakuan. Sebagai kontrol positif digunakan larutan formaldehida, sedangkan kontrol negatif menggunakan aquades steril.
F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap perlakuan. Tahap persiapan merupakan tahap
penyiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian. Tahap pelaksanaan terdiri dari pembuatan media uji Nutrient Agar NA, sterilisasi
alat dan media, pembuatan ekstrak sampel, pembuatan standar McFarland, penyiapan mikroorganisme uji dan uji kemurnian mikroorganisme uji.
Sedangkan tahap perlakuan terdiri atas uji aktivitas antibakteri,uji Kadar Hambat MinimalKHM dan uji Kadar Bunuh Minimal KBM.
1. Tahap Persiapan Pada tahap ini peneliti melakukan inventarisasi alat dan bahan yang
digunakan dalam penelitian. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian dipinjam dari laboratorium biologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat ada tabel 3.1 dan tabel 3.2.
Tabel 3.1. Daftar Alat yang Digunakan
No Nama alat
Jumlah
1 Inkubator
1 unit 2
Autoklaf 1 unit
3 Pendingin kulkas
1 unit 4
Neraca analitik 1 buah
5 Rak tabung
2 buah 6
Tabung reaksi 20 buah
7 Gelas ukur 100 ml
1 buah 8
Gelas ukur 10 ml 1 buah
9 Pipet ukur 10 ml
2 buah 10
Pipet ukur 1 ml 2 buah
11 Gelas arloji
1 buah 12
Sendok tanduk 1 buah
13 Cawan petri
40 set 14
Jarum ose 2 buah
15 Erlenmeyer 250 ml
4 buah 16
Gelas beker 500 ml 2 buah
17 Vortex mixer
1 unit 18
Bunsen 2 buah
19 Sprayer alkohol
1 buah 20
Hot plate stirrer 1 unit
21 Pinset
2 buah 22
Magnetic stirrer 1 buah
23 Corong kaca
2 buah 24
Batang bengkok spreader 1 buah
25 Gelas beker 1 L
1 buah 26
Mortar dan stemper 1 pasang
27 Jangka sorong
1 buah 28
Pinset 2 buah
29 Penjepit tabung reaksi
2 buah 30
Batang pengaduk 2 buah
31 Kertas saring
Secukupnya 32
Mikroskop 1 unit
33 Gelas benda
3 buah 34
Gelas penutup 3 buah
35 Microcam
1 unit 36
Kertas payung Secukupnya
Tabel 3.2. Daftar Bahan yang Digunakan 37
Kapas Secukupnya
38 Kasa
Secukupnya 39
Karet gelang Secukupnya
40 Plastik pembungkus
Secukupnya 41
Cotton bud Secukupnya
42 Alumunium foil
Secukupnya 43
Gelas beker 25 ml 8 buah
44 Marker
1 buah 45
Kertas label Secukupnya
46 Masker
Secukupnya 47
Sarung tangan latex Secukupnya
48 Microbacterial safety cabinet
1 unit
No Nama bahan Banyaknya
1 Biakan Bacillus cereus
1 tabung 2
Biakan Escherichia coli 1 tabung
3 Nutrient agar oxoid
200 gram 4
Aquades 5 liter
5 Alkohol 90
3 liter 6
Tinta China Secukupnya
7 Cat gram A,B,C,D
Secukupnya 8
Minyak immersi Secukupnya
9 Barium klorida BaCl 1
10 ml 10
Asam belerang H
2
S 1 100 ml
11 Spiritus
1 liter 12
Herba meniran Secukupnya
13 Formalin
Secukupnya 14
Natrium hipoklorit NaClO secukupnya
Sampel herba meniranPhylantus niruridiambil dari kebun tanaman obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dan di beberapa tempat
lain di sekitar laboratorium biologi Universitas Sanata Dharma. Tanaman meniran yang digunakan merupakan meniran hijau dengan tinggi sampel
tanaman berkisar antara 20-50 cm. Seluruh bagian tumbuhan meniran digunakan dalam penelitian ini, mulai dari akar, batang, daun dan buah
atau bunganya. Bakteri uji yang sudah didapat diperbanyak dengan cara melakukan teknik cawan gores pada media agar miring.
2. Tahap Pelaksanaan a. Pembuatan Ekstrak
Terdapat dua perlakuan sampel untuk mendapatkan ekstrak. Perlakuan pertama ekstrak diperoleh melalui metode dekoksi.Metode
dekoksi merupakan salah satu metode ekstraksi mengunakan pelarut air pada temperatur penangas air mendidih selama waktu tertentu minimal
30 menit dan temperatur sampai titik didih air BPOM, 2000. Penggunaan meniran sebagai obat diare dipaparkan oleh Latief
2012, yaitu dengan cara merebus 17 herba meniran seluruh bagian tanaman meniran, mulai dari akar, batang, daun dan buah atau bunga.
Formula inilah yang kemudian dijadikan acuan banyaknya herba meniran yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Sebanyak 17 herba Phylantus niruridicuci menggunakan air mengalir hingga bersih, disterilkan dengan merendam herba dalam
aquades yang diberi natrium hipoklorit NaClO selama 15 menit 10 ml natrium hipoklorit dimasukkan ke dalam 3 liter aquades, kemudian
dibilas menggunakan aquades. Herba meniran dipotong-potong kemudian direbus dengan aquades sebanyak 3 gelas ±600 ml.
Perebusan dilakukan selama minimal 30 menit, terhitung sejak pelarut aquades mulai mendidih. Hasil rebusan setelah mendidih disaring dan
dapat digunakan dalam uji aktivitas antibakteri. Hasil saringan yang diperoleh merupakan ekstrak dengan konsentrasi 100.
Perlakuan kedua herbaPhylantus nirurisegar ditumbuk dan diambil sarinya. Pencucian dan sterilisasi herba dilakukan dengan cara yang
sama dengan perlakuan pertama. Kemudian herba dipotong-potong untuk mendapatkan ukuran yang lebih kecil sehingga memudahkan
penumbukan. Selanjutnya
herba ditumbuk
atau dilumatkan
menggunakan mortar dan stempar steril, kemudian disaring menggunakan kertas saring. Sari tanaman yang diperoleh merupakan
ekstrak dengan konsentrasi 100. Setelah didapat stok ekstrak 100 dilakukan pengenceran
ekstrak, masing-masing ekstrak diencerkan menjadi tiga konsentrasi, yaitu 35, 40 dan 45 dengan menambahkan aquades steril.
Komposisi ekstrak dan aquades yang digunakan dalam pengenceran ekstrak dijelaskan dalam tabel 3.3.
Tabel 3.3. Komposisi ekstrak dan aquades dalam pengenceran ekstrak Konsentrasi
ekstrak yang diinginkan
Volume sampel ekstrak ml
Volume aquades ml
Volume total ml
35 3,5
6,5 10
40 4
6 10
45 4,5
5,5 10
b. Pembuatan Media Uji Nutrient Agar NA Sebanyak 2,8 gram NA oxoid dilarutkan ke dalam 100 ml aquades,
kemudian dipanaskan di atas hot plate stirrer. Pengadukan dilakukan dengan memasukkan magnetic stirrer ke dalam larutan. Larutan
dipanaskan hingga NA larut dan didapatkan larutan berwarna kuning jernih. Media yang telah homogen kemudian bisa dibagi ke dalam dua
atau tiga erlenmeyer lalu ditutup rapat dengan sumbat kapas dan selanjutnya disterilisasi. Setelah media disterilisasi kemudian dituang
ke cawan petri atau tabung reaksi, sesuai dengan kebutuhan penelitian. Setelah media memadat kemudian diinkubasi dalam suhu ruang untuk
melihat apakah media mengalami kontaminasi atau tidak, jika media tidak mengalami kontaminasi maka media dapat digunakan.
c. Sterilisasi Alat dan Media Alat dan media yang digunakan dalam penelitian harus disterilkan
terlebih dahulu dengan tujuan memperkecil peluang kontaminasi. Sterilisasi yang dilakukan yaitu sterilisasi panas bertekananyang
dilakukan pada alat-alat berbahan kaca menggunakan autoklaf, sterlisasi dengan pemanasan dibakar dengan api untuk alat yang tidak
tahan panas dan sterilisasi kimia menggunakan alkohol. Sterilisasi alat menggunakan autoklaf dilakukan pada tekanan 1
atm dan suhu 121˚C selama 15 menit. Bahan-bahan seperti media kultur dan aquades juga
disterilisasi menggunakan autoklaf, namun waktu sterilisasi hanya 10 menit. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada
bahan media. d. Pembuatan Larutan Nefelometer McFarland
Pembuatan larutan Nefelometer McFarland dilakukan dengan mencampurkan larutan asam belerang H
2
S 1 dan larutan barium klorida BaCl 1. Reaksi dari kedua larutan dengan konsentrasi yang
berbeda-beda akan menghasilkan larutan dengan berbagai tingkat kekeruhan. Larutan-larutan ini dapat digunakan untuk menunjukkan
kepadatan sel bakteri yang telah dilarutkan dalam cairan, dengan cara membandingkan tingkat kekeruhan warna. Dengan begitu peneliti
dapat memperkirakan berapa jumlah sel bakteri yang akan diteliti. Kelemahan metode ini yaitu jumlah bakteri dalam suspensi cair tidak
dapat diperkirakan dengan tepat karena hanya mengandalkan kemampuan mata melihat tingkat kekeruhan cairan.
Sepuluh tabung reaksi bersih dengan ukuran yang sama disiapkan, dan diberi nomor pada masing-masing tabung. Lalu kedua
larutan ini dicampurkan dalam tabung menggunakan pipet ukur dengan perbandingan volum yang terdapat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4. Perbandingan Konsentrasi Larutan dalam Pembutan Standar Mcfarland
Nomor tabung 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 BaCl ml
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
H
2
S ml 9,9 9,8 9,7 9,6 9,5 9,4 9,3 9,2 9,1
9
Setelah larutan dicampurkan, mulut tabung ditutup menggunakan alumunium foil dan disimpan. Suspensi barium sulfat yang terdapat
dalam tabung-tabung ini kira-kira sama dengan sejumah suspensi sel bakteri per ml Bonang dan Enggar, 1982.
e. Penyiapan Mikroorganisme Uji
Pada mikroorganisme uji yang telah diperoleh dilakukan perbanyakan kultur murni. Kultur murni bakteri ujidiambil sedikit
menggunakan jarum ose steril, kemudian digoreskan di atas permukaan medium NA miring secara aseptis. Setelah itu dilakukan
inkubasi pada suhu 37˚C selama 24 jam. Meskipun sebenarnya bakteri dapat tumbuh pada rentang suhu 25-40
˚C, namun suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri umumnya sekitar 37
˚C Radji, 2010. Untuk mempersiapkanmikroorganisme uji yang akan digunakan
dalam uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode cawan sebar spread plate. Biakan murni pada tabung reaksi diambil sebanyak satu
ose lalu dimasukkan dalam tabung berisi 10 ml aquades steril kemudian dihomogenkan menggunakan vortex mixer. Dari tabung
pertama ini diambil 1 ml suspensi bakteri uji dan dimasukkan dalam tabung kedua yang berisi 9 ml aquaqes steril, sehingga volume total
tabung kedua adalah 10 ml. Demikian seterusnya hingga tabung yang ke lima pengenceran 10
-5
yang setara dengan 3.10
8
cfuml Nefelometer McFarland.
Kemudian suspensi bakteri pengenceran 10
-5
diambil sebanyak 0,1 ml dan diteteskan ke dalam cawan petri berisi media NA kemudian diratakan menggunakan spreader atau batang
drigalski secara aseptis.
f. Pengamatan Morfologi Koloni dan Morfologi Sel Bakteri Uji. Mikroorganisme uji yang digunakan di dalam penelitian ini adalah
Bacillus cereus dan Escherichia coli. Pada pengamatan morfologi
koloni dan morfologi sel mikroorganisme uji, dilakukan langkah- langkah sebagai berikut:
1 Pengamatan Morfologi Koloni Mikroorganisme uji diambil sebanyak satu ose, kemudian
diinokulasikan dengan teknik cawan gores streak plate pada medium NA dalam cawan petri. Selanjutnya kultur diinkubasi pada
suhu 27 ˚C selama 24 jam, kemudian dilakukan pengamatan
morfologi koloni mikroorganisme uji yang meliputi bentuk dan warna koloni.
2 Pengamatan Morfologi Sel Mikroorganisme uji diambil sebanyak satu ose, kemudian
diinokulasikan secara goresan pada medium NA miring dan diinkubasi pada suhu 37
˚C selama 24 jam. Morfologi sel mikroorganisme uji diamati dengan menggunakan pengecatan
negatif, yaitu dengan cara membuat preparat apusan bakteri. Pertama-tama bersihkan permukaan gelas benda dengan
alkohol, kemudian teteskan satu tetes tinta China di salah satu ujung gelas benda. Selanjutnya campurkan satu ose biakan bakteri
dengan tinta China. Letakkan gelas benda yang lain di sisi campuran tinta dan biakan bakteri dalam posisi miring dengan
sudut kemiringan 45º terhadap gelas benda pertama. Kemudian dorong gelas benda kedua ke arah sisi lainnya secara perlahan,
sehingga tinta dan bakteri menyebar di permukaan gelas benda pertama. Selanjutnya angin anginkan apusan hingga kering dan
dilakukan pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran kuatAlexander dkk, 2003.
3 Pengecatan Gram
Pengecatan gram dilakukan untuk mengetahui sifat Gram mikroorganisme uji. Pertama-tama, gelas benda dibersihkan dengan
alkohol dan dipanaskan dengan bunsen sampai kering. Setelah itu, satu ose suspensi bakteri diambil secara aseptis dan diratakan
seluas ± 1 cm pada gelas benda kemudian difiksasi dengan cara dilewatkan di atas apibunsen. Hal ini dilakukan untuk mematikan
bakteri dan membuatnya menempel pada gelas benda tanpa merusak struktur sel bakteri.
Objek yang sudah difiksasi kemudian ditetesi cat gram A kristal violet pada permukaan lapisan bakteri dan didiamkan
selama 60 detik. Hasil pengecatan cat gram A dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Setelah kering, cat gram B iodine
diteteskan dan didiamkan selama 60 detik, kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Selanjutnya dilakukan proses
decolorisasi, yaitu objek diberi cat gram C alkohol dan didiamkan selama 15-30 detik, lalu kembali dicuci dengan air mengalir dan
dikeringkan. Kemudian, objek ditetesi dengan cat gram D safranin dan didiamkan selama 60 detik, kemudian dicuci dengan
air mengalir dan dikeringkan. Setelah kering, permukaan bakteri ditutup dengan gelas
penutup kemudian ditetesi dengan minyak immersi secukupnya, kemudian ditutup dengan gelas penutup. Hasil diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran kuat, setelah didapat gambar ditangkap menggunakan microcam. Jika sel bakteri tampak
berwarna ungu maka hal ini menunjukkan bahwa bakteri tersebut
merupakan bakteri Gram-positif, namun jika berwarna merah, bakteri tesebut merupakan bakteri Gram-negatif Alexander dkk,
2003.
3. Tahap Perlakuan a. Uji Aktivitas Antibakteri
Mikroorganisme uji yang sudah diinokulasi dengan teknik cawan tebar dalam cawan petri disiapkan tanpa melakukan inkubasi.
Kemudian dari kedua jenis ekstrak masing-masing dibuat pengenceran konsentrasi ekstrak, yaitu 35, 40 dan 45. Sebelumnya peneliti
telah melakukan penelitian uji aktivitas antibakteri dengan konsentrasi ekstrak 10, 20 dan 30, namun tidak menghasilkan zona hambat.
Hal ini berarti ekstrak tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Maka konsentrasi ekstrak ninaikkan menjadi 35, 40 dan 45.
Selain ekstrak tanaman larutan kontrol juga disiapkan. Kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah formaldehida atau
formalin dalam bentuk cair. Penggunaan formalin sebagai kontrol positif dikarenakan formalin telah digunakan secara luas untuk
mengawetkan spesimen biologis dan menonaktifkan bakteri dan virus Radji, 2009. Sedangkan sebagai kontrol negatif digunakan aquades
yang telah disterilisasi, sehingga diyakini tidak mengandung mikroba ketika digunakan.
Kertas saring bulat steril dicelupkan dalam tiap-tiap ekstrak dan larutan kontrol selama 15 menit, kemudian diletakkan pada media yang
sudah diinokulasi dengan bakteri uji, kemudian diinkubasi selama 24
jam pada suhu 37˚C. Dalam satu cawan dibagi menjadi tiga daerah dan diisi dengan tiga kertas saring bulat, sehingga jika zona hambat
terbentuk zona yang terbentuk di sekitar kertas saring satu tidak bertumpuk dengan zona kertas saring yang lain. Dalam penelitian ini
dilakukan tiga kali pengulangan dalam setiap perlakuannya. Aktifitas antibakteri dilihat dari zona hambat yang terbentuk. Jika
media di sekitar kertas saring tidak ditumbuhi bakteri menandakan ekstrak tanaman memiliki kandungan antibakteri. Jari-jari zona hambat
diukur menggunakanjangka sorong, pengukuran dilakukan dari koloni bakteri yang berjarak terjauh dan koloni bakteri berjarak terdekat
dengan kertas saring. Parameter untuk menilai efektivitas ekstrak terhadap bakteri Bacillus cereus dan Escherichia colidilihat melalui
jari-jari zona penghambatan ekstrak dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
2 q
p r
Dimana: r : jari-jari zona hambat mm
p : zona hambat terpanjang mm, dan q : zona hambat terpendek mm
b. Uji Kadar Hambat Minimal KHM Konsentrasi terkecilekstrak yang memiliki kemampuan hambat
yang telah didapatkan dari uji aktivitas digunakan sebagai acuan dalam menentukan konsentrasi sampel pada pengujian nilai Kadar Hambat
Minimal KHM. Berdasarkan konsentrasi terendah yang menghambat bakteri ini, dibuat ekstrak dengan rentang yang lebih kecil dari rentang
konsentrasi yang digunakan dalam pengujian aktivitas antibakteri.
Misalkan pada uji aktivitas antibakteri, dari 3 konsentrasi ekstrak 5, 10, dan 15 konsentrasi terendah yang mampu menghasilkan zona
bening adalah konsentrasi 10. Maka dalam uji KHM penggunaan konsentrasi ekstrak menjadi 10, 11, 12, dst. Dengan hal ini
peneliti dapat mengetahui dengan pasti berapa konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri.
Pengujian dilakukan dengan metode dilusi padat. Metode ini dilakukan dengan menginokulasikan bakteri dengan teknik cawan
tuang pourplate.M edia NA dengan suhu 45˚C dituangkan ke dalam
cawan petri yang sudah berisi mikroorganisme uji dan sampel ekstrak. Jumlah media kultur yang digunakan sebanyak 10 ml, mikroorganisme
uji pada konsentrasi 10
-8
cfuml yang divortex dahulu sebelum digunakan sebanyak 0,5 ml dan sampel ekstrak sebanyak 0,5 ml. Hasil
pourplate diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C. Penentuan nilai
KHM dilihat dari konsentrasi terendah pada media yang tidak ditumbuhi bakteri.
c. Uji Kadar Bunuh Minimal KBM Hasil yang telah didapat pada pengujian KHM digunakan dalam
pengujian KBM dengan metode cawan gores strek plate. Cotton bud yang sudah disterilkan diusapkan ke permukaan media hasil KHM,
kemudian digoreskan ke media steril yang baru lalu diinokulasi selama 24 jam pada suhu
37˚C. Jika media kultur yang digunakan tetap bening tidak ditumbuhi bakteri maka konsentrasi ini dapat ditetapkan
sebagai nilai KBM.
Penyediaan alat dan bahan
sterilisasi
Ekstraksi sampel meniran
Pembuatan nefelometer
McFarland Pembuatan
media kultur
Tumbuk Rebus
Uji morfologi bakteri
Peremajaan sel bakteri uji
Perlakuan: Uji aktivitas antibakteri
Kadar hambat minimum
Kadar bunuh minimum
Gambar 3.1. Diagram alir pelaksanaan penelitian Bagan alir tahapan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.
G. Instrumen Penelitian