17
baik, akibatnya peristiwa kebahasaan yang lazim terjadi disekitarnya menimbulkan keanehan bagi dirinya.
Pada anak tunagrahita agak berat mampu latih, kegagalan melakukan apersepsi terhadap suatu peristiwa bahasa, kerapkali
diikuti gangguan artikulasi bicara. Penyertaan kelainan sekunder ini, maka hal-hal yang tampak pada anak tunagrahita mampu latih dalam
berkomunikasi, disamping struktur kalimat yang disampaikannya cenderung
tidak teratur
aphasia conceptual,
juga dalam
pengucapannya seringkali terjadi omisi pengurangan kata maupun distorsi kekacauan dalam pengucapan.
7. Penyesuaian Sosial Anak Tunagrahita
Tahapan perkembangan sosial anak tunagrahita selalu mengalami kendala sehingga seringkali tampak sikap dam perilaku
anak tunagrahita berada dibawah usia kalendernya, dan ketika usia 5-6 tahun mereka belum mencapai kematangan untuk belajar di sekolah
Bratanata, dalam Efendi 2006. Beberapa studi menunjukkan bahwa terlambatnya sosialisasi anak tunagrahita ada hubungannya dengan
taraf kecerdasannya yang sangat rendah. Kelancaran seseorang untuk mencapai tugas perkembangan sosialnya, merupakan modal dasar
yang sangat berarti untuk melakukan penyesuaian sosial secara baik. Oleh sebab itu, terganggunya perkembangan anak dalam salah satu
fase atau keseluruhan fase perkembangan sosial sebagaimana yang dialami anak tunagrahita, hasilnya sangat berat untuk dapat
18
melakukan penyesuaian sosial yang akurat tanpa intervensi orang- orang di sekitarnya secara terus menerus.
Sebagai makhluk individu dan sosial, anak tunagrahita mempunyai hasrat untuk memenuhi segala kebutuhan sebagaimana
layaknya anak normal lainnya, tetapi upaya anak tunagrahita lebih sering mengalami kegagalan atau hambatan yang berarti. Akibatnya,
anak tunagrahita mudah frustasi, dari perasaan frustasi tersebut pada gilirannya akan muncul perilaku menyimpang sebagai reaksi dari
mekanisme pertahanan diri, dan sebagai wujud penyesuaian sosial yang salah maladjusted. Perlakuan orang lain yang kurang wajar
terhadap anak tunagrahita, atau lemahnya konsistensi anak tunagrahita terhadap tujuan, menjadi salah satu penyebab anak tungrahita mudah
dipengaruhi suggestible untuk berbuat hal-hal yang jelek. Demikian juga rendahnya tingkat kematangan emosi dan kesukaran anak
tunagrahita untuk memahami aturan atau norma yang ada di lingkungannya, merupakan unsure-unsur yang dapat menyuburkan
tumbuhnya penyimpangan
perilaku bagi
anak tunagrahita
Efendi,2006.
B. Orang Tua dengan Anak Berkebutuhan Khusus