Untuk menerapkan balanced scorecard pada sektor pendidikan, Niven 2003 memberikan penjelasan mengenai penyesuaian yang harus
dilakukan sebagai berikut. 1.
Misi dipindahkan ke atas balanced scorecard. Organisasi sektor pendidikan bekerja sebagai organisasi yang berbasis pada misi.
2. Strategi tetap menjadi pusat balanced scorecard.
3. Perspektif pelanggan naik ke atas menggantikan perspektif keuangan.
4. Perspektif keuangan tetap ada karena tidak ada balanced scorecard yang
lengkap tanpa perspektif keuangan. 5.
Identifikasi proses internal yang menjadi pendorong nilai pelanggan. 6.
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan tetap menjadi dasar dalam balanced scorecard.
B. Proses Penyusunan Balanced Scorecard Pada Sektor Pendidikan
Balanced scorecard tepat digunakan pada organisasi yang tengah mengalami momentum, seperti kemunduran atau bahkan kebangkrutan dalam
usahanya. Yayasan Tarakanita mengalami penurunan jumlah peserta didik yang berdampak pada banyak hal, salah satunya dalam hal keuangan.
Dalam sebuah studi kasus di AEX School District, Portugis dipaparkan garis besar proses penyusunan balanced scorecard di dunia
pendidikan melibatkan langkah-langkah umum sebagai berikut gambar 2.1: misi, visi, nilai-nilai value, analisis SWOT kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman, tujuan dan vektor strategi, peta strategi, indikator, target dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan pengendalian proyek edukatif dan rencana tahunan kegiatan.
Pertemuan struktural akan didahului dan digantikan oleh pertemuan tim balanced scocerard. Pertemuan-pertemuan yang berlangsung akan
menyiapkan materi, menghomogenkan konsep, dan merancang strategi untuk mempromosikan partisipasi rekan yang lain. Proposal yang telah disusun tim
balanced scorecard ini kemudian dibawa ke manajemen puncak untuk persetujuan.
Langkah selanjutnya terdiri dari merumuskan misi, visi, nilai-nilai, analisis SWOT, vektor strategis dan tujuan, peta strategi, dan, akhirnya,
indikator dan target. Tingkat kesulitan dalam mendefinisikan misi, visi dan nilai-nilai cukup rendah. Kesulitan cukup tinggi, ditemukan dalam analisis
SWOT, peta strategi, dan indikator serta target. Dalam perumusan peta strategi, indikator dan terjadi perdebatan salah satunya dalam mengubah
urutan perspektif dalam kaitannya dengan model asli. Perubahan ini disebabkan oleh kekhususan dari distrik sekolah, yaitu kurangnya otonomi
keuangan. Dengan cara ini, perspektif pelanggan ditempatkan di atas dan perspektif keuangan di bagian bawah, sedangkan proses internal dan
perspektif pembelajaran ditempatkan di tingkat menengah yang sama karena ada sebuah hubungan dekat antara pembelajaran dan perbaikan proses .
Gambar 2.1. Flowchart Proses Penyusunan Balanced Scorecard di AEX School District, Portugis