Prosedur Pengumpulan Data Metode Analisis Data

55 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan dengan cara wawancara. Sebelum wawancara dilaksanakan, peneliti telah beberapa kali berhubungan dan berbicara dengan partisipan. Wawancara pertama dilaksanakan untuk menjelaskan detil gambaran penelitian dan penandatanganan informed consent. Tabel 1 Pelaksanaan Wawancara Waktu Kegiatan Tempat Catatan 12 Juli 2016 Penandatanganan informed consent Narasumber I. Rumah Narasumber, Bali 13 Juli 2016 Penandatanganan informed consent Narasumber III. Rumah Narasumber, Bali 14 Juli 2016 Penandatanganan informed consent Narasumber III. Rumah Narasumber, Bali 15 Juli 2016 Wawancara pertama Narasumber I Rumah Narasumber, Bali 16 Juli 2016 Wawancara pertama Narasumber II Rumah Narasumber, Bali 20 Juli 2016 Wawancara pertama Narasumber III Rumah Narasumber, Bali 25 Juli 2016 Wawancara kedua Narasumber II Rumah Narasumber, Bali 25 Juli 2016 Wawancara kedua Narasumber I Rumah Narasumber, Bali 56 Waktu Kegiatan Tempat Catatan 27 Juli 2016 Wawancara Kedua Narasumber III Rumah Narasumber, Bali 29 Juli 2016 Wawancara Puskesmas Ubud Puskesmas Ubud, Bali 8 Agst 2016 Wawancara Pertama RSJ Bangli Rumah Sakit Jiwa Bangli 2 November Wawancara ketiga narasumber III Rumah Narasumber, Bali Member checking 3 November Wawancara ketiga narasumber II Rumah Narasumber, Bali Member checking 5 November Wawancara ketiga narasumber I Rumah Narasumber, Bali Menambahkan data yang kurang dan member checking tempat tidak disertakan dengan rinci, untuk menjaga kerahasiaan partisipan Ketika wawancara pertama dilaksanakan, partisipan menandatangani informed consent. Peneliti memberikan informasi dalam informed consent yang berkaitan dengan tujuan, prosedur, tanggung jawab penelitian, dan kerahasiaan data. Peneliti juga menekankan hak partisipan untuk berhenti kapanpun partisipan inginkan, untuk menjawab hanya pertanyaan yang ingin ia jawab, dan memperhatikan kenyamanan partisipan. 57

B. Profil Narasumber 1. Narasumber pertama

Narasumber pertama dengan inisial A adalah seorang pria berusia 48 tahun, bekerja sebagai pegawai negeri sipil. A adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Adik bungsu A adalah pasien pasung yang menderita skizofrenia. A merupakan kakak sulung yang paling dekat dengan pasien karena semenjak ayah pasien meninggal dan ibu pasien sakit, A adalah anak yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan mengurus pasien. A bercerita dengan sangat terperinci dan sangat jelas mengenai riwayat pengobatan adiknya. Walaupun beberapa kali A sempat menanyakan Ibu dan adik pasien mengenai beberapa detail peristiwa yang pasien lupa. A sudah menikah dan mempunyai dua orang anak. Perilaku kesehatan yang dilakukan keluarga A kurang lebih dimulai semenjak tahun 1996, saat pasien berusia 18 tahun, dan saat itu A berusia 28 tahun. Pengobatan yang dilakukan A dan keluarga sangat bervariatif, mulai dari datang ke tempat pengobatan tradisional, pengobatan medis, hingga akhirnya pada tahun 2004 keluarga memilih untuk memasung pasien. Bentuk pemasungan yang dilakukan terhadap pasien adalah memasang sebuah balok kayu pada tangan dan kaki pasien. A menambahkan bahwa dalam keluarganya bukan hanya adiknya yang mengalami gangguan skizofrenia, tapi juga ibu subjek dan beberapa saudara sepupu lainnya. A memaparkan keluhan awal terhadap pasien yaitu mata pasien memerah dan mengamuk. Keluarga sempat dua hingga tiga kali membawa pasien kerumah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 sakit namun tidak memberikan kesembuhan pada pasien. Berdasarkan data yang diperoleh di puskesmas setempat, pasien didiagnosa menderita gangguan skizofrenia hebefrenik. Data tersebut diperoleh dari buku saku puskesmas. Namun peneliti kurang mampu membuktikan dengan data, karena hasil rekamedis pasien hilang.

2. Narasumber kedua

Narasumber kedua dengan inisial I adalah seorang wanita berusia 35 tahun, bekerja sebagai buruh swasta. I adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Adik bungsu I adalah pasien pasung yang menderita skizofrenia. I merupakan kakak sulung yang memenuhi kebutuhan keluarga dan pengobatan pasien selama ini, karena ibu dan ayah I sudah tidak bekerja. I menceritakan riwayat pengobatan adiknya didampingi oleh ibunya, karena I merasa lupa dengan beberapa detail peristiwa dan pengobatan yang dijalani oleh pasien. I kini sudah menikah dan mempunyai satu orang anak. I sempat merasa adik I akan membahayakan anaknya bila ia tidak dipasung. Perilaku kesehatan yang dilakukan keluarga I kurang lebih dimulai semenjak tahun 2000, saat pasien berusia 12 tahun, dan saat itu I berusia 19 tahun. Pengobatan yang dilakukan I dan keluarga sama dengan pengobatan yang dilakukan oleh narasumber A, yaitu mulai dari datang ke tempat pengobatan tradisional, pengobatan medis, hingga akhirnya pada tahun 2008 keluarga memilih untuk memasung pasien. Bentuk pemasungan yang dilakukan terhadap pasien adalah mengurung pasien di dalam ruangan, dengan memborgol kedua tangan pasien. I menambahkan bahwa dalam keluarganya bukan hanya adiknya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI