61
merasakan sesuatu dalam tubuhnya, sehingga tidak mampu secara mandiri untuk mengambil  keputusan  dalam  mencari  pengobatan.  Sehingga  hasil  penelitian  ini
lebih melihat bagaimana perilaku kesehatan yang dilakukan oleh keluarga pasien dalam merespon sakit yang diderita oleh pasien, karena perilaku kesehatan pasien
merupakan  perilaku  yang  dikondisikan  oleh  keluarga.  Pada  bagian  perilaku kesehatan  ini  berisi  pembahasan  temuan  peneliti,  terkait  respon  keluarga  pasien
skizofrenia  terhadap  permasalahan  kesehatan  yang  diderita  pasien  melalui penggunaan  pelayanan  kesehatan  medis  berupa  seluruh  aktivitas  atau  kegiatan
yang berkaitan dengan pemeliharaan atau peningkatan kesehatan medis. Respon  pertama  keluarga  ketika  melihat  salah  satu  keluarganya  sakit
adalah  membawa  kerumah  sakit,  terlepas  dari  keluarga  tau  atau  tidak  tau mengenai pengobatan medis, keluarga tetap membawa pasien skizofrenia berobat
kerumah sakit jiwa. Pasien sempat dirawat inap beberapa bulan dan dipulangkan saat kondisi sudah membaik. Perilaku kesehatan keluarga untuk berobat kerumah
sakit terjadi beberapa kali, hal tersebut dikarenakan kondisi penderita yang sering kambuh. Data rekamedis pasien tercatat bahwa pasien II  sudah pernah sebanyak
6 kali keluar masuk rumah sakit jiwa, sedangkan subjek III 7 hingga 8 kali keluar masuk rumah sakit jiwa. Namun pengobatan medis yang dilakukan oleh keluarga
tidak  berjalan  lancar,  sehingga  ketiga  pasien  berhenti  menggunakan  pengobatan medis.  Pasien  dipulangkan  dan  ditangani  tanpa  pengobatan  oleh  keluarga.
Perilaku  tersebut  tidak  memberikan  kesembuhan  dan  justru  memperparah penyakit  pasien.  Permasalahan  tersebut  menjadi  beban  untuk  keluarga,  karena
sulitnya  merawat  pasien  dengan  penyakit  skizofrenia.  Sehingga  keluarga  pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
akhirnya  mengambil  keputusan  untuk  memasung  pasien  sebagai  perilaku penanganan terhadap pasien skizofrenia.
2.  Faktor – Faktor dari Perilaku Kesehatan Medis
Bagian  ini  akan  membahas  mengenai  faktor-faktor  yang  mempengaruhi keluarga dalam merespon penyakit yang diderita oleh pasien skizofrenia. Peneliti
mencoba menganalisis melalui 3 faktor utama pembentuk perilaku kesehatan dari teori Lawrence Green 1981 dalam Notoatmodjo 2010, yang dirangkum dalam
akronim  PRECEDE:  Predisposing,  Enabeling,  dan  Reinforcing  Causes  in Educational Diagnoses and Evaluation.
a.  Faktor Predisposisi  atau Predisposing Factors
Faktor  predisposisi  melihat  kecenderungan  individu  untuk  menggunakan pelayanan  kesehatan  yang  terwujud  dalam:  1  Pengetahuan,  sikap,
kepercayaan,  mengenai  penyakit  dan  tanggung  jawab  individu  terhadap penyakit  tersebut,  2  pengalaman  tentang  pengobatan  yang  sama
sebelumnya  termasuk  efek  samping  dari  obat  tersebut,  3  persepsi mengenai sehat dan sakit, tingkat keparahan.
1  Pengetahuan Tentang Penyebab Skizofrenia
Berdasarkan penelitian  yang telah dilakukan, tiga narasumber menjawab  penyebab  pasien  menderita  skizofrenia  lebih  mengarah
pada  faktor-faktor  yang  bersifat  non  ilmiah  yang  berasal  dari  faktor ekstenal  dan  internal.  Faktor  internal  penyebab  penyakit  skizofrenia
adalah  keturunan  dan  karma  buruk  di  kehidupan  sebelumnya. Sedangkan  faktor  eksternal  yang  menjadi  penyebab  penyakit
63
skizofrenia  adalah  ilmu  hitam  dari  orang  lain  dan  jiwa  pasien dikendalikan  oleh  makhluk  lain.  Jawaban  responden  cenderung
bervariatif, hal tersebut dipengaruhi pula dengan faktor budaya di Bali yang  sangat  meyakini  hal-hal  yang  bersifat  mistik  dan  kurang  bisa
digeneralisasi  dengan  budaya  lain.  Informasi  tersebut  dapat
dibuktikan dari kutipan wawancara sebagai berikut:
“Badan halusnya dulu perbuatannya gak baik. Dia suka membunuh dulunya dikehidupan  sebelumnya.  Dia  harus
terima  itu  karmanya  dikehidupan  sekarang.  Itu  dosa yang  paling  besar  yaitu  orang  sakit  jiwa.  Dia  lupa
ingatan,  jiwanya  sudah  dimana-mana,  rohnya  sudah kemana barangkali, git
u menurut kitab suci” Reponden I
“Semua  bilang  anak  saya  sakit  dicari  liak  sebutan untuk  setan  di  Bali.  Sudah  berapa  banyak  tempat
berobat  saya  datangi,  saya  dengar,  semua  bilang  dia seperti  itu.  Dia  diambil  liak  sebutan  untuk  setan  di
Bali. Saya gak bohong” Reponden II
“Ada  yang  iri  warisan  gitu  dengan  keluarga,  kayak sekarang,  dimana  aja  kita  bisa  diguna-guna.  Dia  aja
64
anak  pria  satu-satunya  mau  gimana,  kita  anak  cewek pasti  dikira  akan  keluar,  makanya  dia  diguna-
guna.” Reponden III
Hasil wawancara
diatas menunjukan
rendahnya pengetahuan
narasumber mengenai
penyebab penyakit
skizofrenia  pada  keluarga  pasien.  Hal  tersebut  cenderung  akan mempengaruhi  perilaku  kesehatan  keluarga  dalam  menentukan
jenis pengobatan yang dipilih.
2  Persepsi tentang Keparahan Penyakit dan Manfaat Penggunaan Pengobatan
Berdasarkan penelitian,
seluruh narasumber
memiliki keyakinan  bahwa  skizofrenia  merupakan  penyakit  yang  sulit  untuk
sembuh  total  dan bahkan tidak bisa disembuhkan. Hal  tersebut  dapat
dibuktikan dari kutipan wawancara sebagai berikut :
“Saya kalo ngeliat orang gitu, jarang ada yang sembuh total” Reponden I
“Agak diam gitu dia, terus kan saya tau yang gitu gak bisa sembuh total, nah kalo kumat harus dibawa kesana
lagi Reponden II” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI