Keluarga Perilaku kesehatan medis pada keluarga penderita skizofrenia yang dipasung.

40 Soekarta 2004 dalam Wuryaningsih, Yani, dan Helena 2013 yang menjelaskan bahwa keluarga berupaya menyediakan waktu untuk berkomunikasi, sering berbincang-bincang, bercanda, mengadakan rekreasi bersama dapat meringankan beban psikologis. Keluarga berkomitmen dalam memberikan dukungan dan mendampingi pasien untuk patuh dalam pengobatan. Namun disisi lain, tidak jarang beberapa keluarga terkadang menganggap kehadiran penderita dirasakan sebagai beban keluarga Arif, 2006. Menurut penelitian Drapalsky, et al 2008 menjelaskan bahwa keluarga sering merasa kewalahan dan terbebani merawat pasien dengan gangguan jiwa berat yang memiliki risiko perilaku kekerasan. Sekitar 36 keluarga merasa terstigma karena memiliki pasien gangguan jiwa di rumahnya dan 8 di antaranya enggan mencari bantuan pelayanan kesehatan akibat stigma negatif dari lingkungan. Menurut penelitian Wardhani 2013 bentuk perilaku penolakan kesehatan keluarga terhadap pasien skizofrenia berupa keluarga tidak mencari informasi, merawat dengan merantai kaki, mengasingkan dan berperilaku kasar selama penderita skizofrenia berada dirumah, dan keluarga menolak untuk menjenguk ke rumah sakit jiwa. Pada tahap marah perilaku keluarga berupa perkataan yang kurang menyenakan keluarga kepada orang lain, pergi meniggalkan pasien skizofrenia dirumah sakit.

G. Keunikan kasus perilaku kesehatan medis yang mengambil keputusan untuk memasung pasien di Bali.

Hasil penelitian Lestari, Choiriyyah, dan Mathafi 2013 menjelaskan bahwa penderita gangguan jiwa berat bisa kembali ke masyarakat, bekerja dan hidup normal 41 sebagaimana masyarakat pada umumnya. Hanya saja, proses pemulihan tersebut tidak selalu berjalan lurus dan lancar, kadang ada proses naik turunnya. Agar proses pemulihan berjalan dengan baik, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, utamanya dukungan dari keluarga atau orang dekat, tenaga kesehatan, kawan sesama penderita gangguan jiwa dan masyarakat sekitar. Lestari, Choiriyyah, dan Mathafi 2013 menambahkan bahwa keluarga adalah orang-orang yang sangat dekat dengan pasien dan dianggap paling banyak tahu kondisi pasien serta dianggap paling banyak memberi pengaruh pada pasien. Sehingga keluarga sangat penting artinya dalam perawatan dan penyembuhan pasien. Berikut adalah hasil cerita singkat yang dijumpai penulis berkaitan dengan penanganan pasien skizofrenia di salah satu seminar bersama caregiver pasien skizofrenia pada tanggal 20 Juni, 2015: “Saya sebagai seorang ayah sekaligus caregiver merasa sangat berperan dalam kesembuhan anak saya. Saya merasa bahwa kuat atau lemahnya saya sebagai caregiver, dan kuat lemahnya dukungan sosial terhadap anak saya menjadi pengaruh terhadap kesembuhan anak saya. Semakin kuat saya dan keluarga memberikan dukungan kepada anak saya, saya merasa perubahan yang lebih positif pada anak saya. Saya pernah menyerah menghadapi anak saya, dengan tidak menghiraukannya. Tidak mengingatkan untuk meminum obat lagi. Namun hal tersebut membuat penyakit anak saya semakin sering kambuh, saat itu saya merasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 bahwa dukungan sosial sangat mempengaruhi kesembuhan anak saya” Hal tersebut menunjukan bahwa pasien skizofrenia bisa beraktivitas kembali, namun membutuhkan penanganan yang khusus. Namun tidak jarang beberapa penderita skizofrenia tidak mendapatkan dukungan yang memadai. Salah satunya adalah pemasungan. Kasus pemasungan sangat banyak terjadi di Indonesia. Menurut survei Kementerian Sosial pada 2008, dari sekitar 650 ribu penderita gangguan jiwa berat di Indonesia, sedikitnya 30 ribu dipasung. Lestari, Choiriyyah, dan Mathafi 2013 menjelaskan bahwa pemasungan berarti tanpa penanganan. Dalam kondisi tanpa penanganan dan dipasung jelas akan memperparah penderitaan pasien skizofrenia. Penulis juga memperoleh informasi dari cerita singkat yang berkaitan dengan permasalahan mengenai pemasungan di provinsi Bali. Permasalahan yang diceritakan oleh seorang pengurus Badan Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit Jiwa Bangli, pada tanggal 14 Agustus, 2015. Informasi ini didapatkan ketika ia melakukan kegiatan penanganan pasien skizofrenia yang dipasung: ”Saya dan teman-teman sudah menginformasikan bahwa anak mereka butuh perawatan dan pengobatan, kami juga menjelaskan terdapat bantuan dana gratis untuk anaknya yang menderita gangguan jiwa, saya mengatakan bahwa anaknya bisa dirawat dirumah sakit dengan gratis selama tiga bulan untuk penanganan awal, namun keluarga masih tetap menolak dan membiarkan anaknya dipasung. Karena PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI