Skizofrenia 1. Definisi Gangguan Skizofrenia

19 2 Alogia Merupakan suatu gangguan pikiran negatif, alogia dapat terwujud dalam beberapa bentuk. Seperti miskin isi percakapan, jumlah percakapan yang memadai, namun hanya mengandung sedikit informasi dan cenderung membingungkan serta diulang-ulang. 3 Anhedonia Ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan disebut anhedonia. Ini tercermin dalam kurangnya minat dalam berbagai aktivitas rekreasional, gagal untuk mengembangkan hubungan dekat dengan orang lain, dan kurangnya minat dalam hubungan seks. Pasien sadar akan gejala-gejala ini dan menuturkan bahwa apa yang biasanya dianggap aktivitas yang menyenangkan tidaklah demikian bagi mereka. 4 Afek Datar Pada pasien yang memiliki afek datar hampir tidak ada stimulus yang dapat memunculkan respons emosional. Pasien menatap dengan pandangan kosong, otot-otot wajah kendur, dan mata mereka tidak hidup. Ketika diajak bicara, pasien menjawab dengan suara datar dan tanpa nada. Afek datar terjadi pada 66 persen dari suatu sampel besar pasien skizofrenia Sartorius, 1974 dalam Davison, 2006 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 5 Asosialitas Beberapa pasien mengalami ketidakmampuan parah dalam hubungan sosial, yang disebut asodialitas. Mereka hanya memiliki sedikit teman, keterampilan sosial yang rendah, dan sangat kurang berminat berkumpul bersama orang lain. Manifestasi skizofrenia ini sering kali merupakan yang pertama kali mucul, berawal dari masa kanak-kanak sebelum timbulnya gejala-gejala yang lebih psikotik. c. Gejala Disorganisasi Gejala disorganisasi mencakup disorganisasi pembicaraan dan perilaku aneh bizarre. 1 Disorganisasi Pembicaraan juga dikenal sebagai ganguan berpikir formal, dan merujuk pada masalah dalam mengorganisasikan berbagai pemikiran dan dalam berbicara sehingga pendengar dapat memahaminya. Pembicaraan juga menjadi terganggu karena suatu hal yang disebut asosiasi longgar, atau keluar jalur derailment, dalam hal ini pasien dapat lebih berhasil dalam berkomunikasi dengan seorang pendengar namun mengalami kesulitan untuk tetap pada satu topik. Ia tampak seolah terbawa oleh aliran asosiasi yang muncul dalam pikiran yang berasal dari suatu pemikiran sebelumnya. Para pasien memberikan deskripsi atau kondisi tersebut. 21 2 Perilaku aneh terwujud dalam banyak bentuk. Pasien dapat meledak dalam kemarahan atau konfrontasi singkat yang tidak dapat dimengerti, memakai pakaian yang tidak biasa, bertingkah laku seperti anak-anak atau dengan gaya yang konyol, menyimpan makanan, mengumpulkan sampah, atau melakukan perilaku seksual yang tidak pantas seperti melakukan manstrubasi di depan umum. Mereka tampak kehilangan kemampuan untuk mengatur perilaku mereka dan menyesuaikan dengan berbagai standar masyarakat. Mereka juga menampilkan kesulitan melakukan tugas-tugas sehari-hari dalam hidup. d. Gejala Lain Beberapa gejala lain skizofrenia yang tidak cukup tepat untuk digolongkan ke dalam ketiga lategori yang telah disampaikan. Dua gejala penting dalam kelompok ini adalah katatonik dan afek yang tidak sesuai : 1 Katatonik Beberapa abnormalitas motorik menjadi ciri katatonia. Para pasien dapat melakukan suatu gerakan berulang kali, mengunakan urutan yang aneh dan kompleks antara gerakan jari, tangan, dan lengan, yang sering kali tampaknya memiliki tujuan tertentu. Beberapa pasien menunjukan peningkatan yang tidak biasa pada keseluruhan kadar aktivitas, termasuk sangat ringan, menggerakan anggota badan secara liar, dan pengeluaran energi yang sangat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 besar seperti yang terjadi pada mania. Di ujung lain spectrum ini adalah imobilitas katatonik : pasien menunjukan berbagai postur yang tidak biasa dan tetap dalam posisi demikian untuk waktu yang sangat lama. 2 Afek yang tidak sesuai Beberapa penderita skizofrenia memiliki afek yang tidak sesuai. Respon-respon emosional individu semacam ini berada di luar konteks, pasien dapat tertawa ketika mendengar kabar bahwa ibunya baru meninggal atau marah ketika ditanya dengan pertanyaan sederhana. Para pasien tersebut dengan cepat berubah dari satu kondisi emosional ke kondisi emosional lain tanpa alasan yang jelas. Meskipun gejala ini cukup jarang terjadi, namun bila benar-benar terjadi, gejala ini memiliki kepentingan diagnostik yang besar karena relatif spesifik bagi skizofrenia.

3. Kriteria diagnostik untuk skizofrenia

Berawal dari DSM-III dan berlanjut dalam DSM-IV dan DSM-IV- TR, konsep skizofrenia mengalami perubahan besar dari definisi terdahulu yaitu: a. Characteristic sympthoms : terdapat dua atau lebih gejala-gejala berikut ini dengan porsi waktu yang signifikan selama sekurang- kurangnya satu bulan: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 1. Waham 2. Halusinasi 3. Disorganisasi bicara 4. Disorganisasi perilaku 5. Gejala-gejala negatif b. Socialoccupational dysfungtion: keberfungsian sosial dan pekerjaan menurun sejak timbulnya gangguan. c. Duration: gejala gangguan terjadi sekurang-kurangnya enam bulan, sekurang-kurangnya satu bulan untuk gejala-gejala pada poin pertama. Selebihnya gejala-gejala negatif atau gejala lain pada poin pertama dalam bentuk ringan. d. Para pasien mengalami gejala-gejala gangguan mood secara spesifik dipisahan. Skizofrenia tipe skizoafektif, sekarang dicantumkan sebagai gangguan skizoafektif di bagian yang berbeda sebagai salah satu gangguan psikotik. Gangguan skizoafektif mencakup gangguan gabungan gejala-gejala skizofrenia dan gangguan mood. e. DSM-IV-TR mensyaratkan bahwa gangguan terjadi sekurang- kurangnya enam bulan untuk diagnosis ini. Periode enam bulan tersebut harus mencakup satu episode akut atau fase aktif selama sekurang-kurangnya satu bulan, ditandai dengan adanya minimal dua gejala. Sisa waktu yang diperlukan bagi diagnosis dapat terjadi sebelum atau sesudah fase aktif. Berbagai masalah yang terjadi pada fase ini mencakup penarikan diri dari hubungan sosial, kendala dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 keberfungsian peran, afek yang tumpul atau tidak sesuai, kurangnya inisiatif, cara bicara yang membingungkan dan tidak dapat dimengerti, gangguan dalam kebersihan dan kerapian, keyakinan yang aneh atau pikiran magis, dan pengalaman perseptual yang tidak wajar. f. Beberapa gangguan pada DSM-II dianggap bentuk ringan skizofrenia, sekarang didiagnosis sebagai gangguan kepribadian. Contohnya, gangguan kepribadian skizotipal.

4. Kategori sizofrenia dalam DSM-IV-TR

a. Paranoid Type Semiun 2006 menjelaskan bahwa penderita skizofrenia paranoid memperlihatkan ide-ide referensi dan pengaruh, serta delusi dikejar- kejar delusion of persecution dan kadang-kadang delusi kemegahan delusion of grandeur. Gangguan ini berkembang agak lambat dan mungkin muncul sedikit dibandingkan reaksi-reaksi skizofrenia lainnya. Ciri khas penderita paranoid adalah murung, mudah tersinggung, dan curiga. b. Disorganized Type Bentuk hebefrenik skizofrenia yang dikemukakan oleh Kraeplin disebut skizofrenia disorganisasi dalam DSMM-IV-TR. Cara bicara mereka mengalami disorganisasi dan sulit dipahami oleh pendengar. Pasien dapat bicara secara tidak runtut, menggabungkan kata-kata yang terdengar sama dan bahkan menciptakan kata-kata baru, sering kali disertai kekonyolan atau tawa. Ia dapat memiliki afek datar 25 atau terus-menerus mengalami perubahan emosi yang dapat meledak menjadi tawa atau tangis yang tidak dapat dipahami. Perilaku pasien secara umum tidak terorganisir dan tidak bertujuan. Pasien kadang kala mengalami kemunduran sampai ke titik yang tidak pantas, buang air besar sembarangan, dan benar-benar mengabaikan penampilan Davison, 2006. c. Catatonic Type Skizofrenia katatonik cenderung bertingkah laku yang tidak masuk akal dan selalu terjadi berulang-ulang, seperti misalnya berjalan mondar-mandir tidak henti-henti, selain itu cenderung terus mengulang kata-kata yang sama. Meskipun tingkah lakunya menunjukan pengunduran diri dari kenyataan, tetapi kemungkinan untuk sembuh jauh lebih besar dibandingkan dengan tipe-tipe skizofrenia yang lain Semiun, 2006. Dalam reaksi katatonik, penderita berubah-ubah sikap antara keadaan stupor seperti terbius dan keadaan gempar serta meledak-ledak. Dalam keadaan stupor, penderita kehilangan segala semangatnya, tetap tidak bergerak selama berjam-jam, berhari-hari, atau bahkan pada kejadian- kejadian tertentu bias lebih lama lagi. Ia tidak makan dan tidak menunjukan usaha untuk menunjukan usaha ingin mengendalikan buang air besar atau buang air kecil. Suatu hal yang mengherankan bahwa meskipun ia tampaknya stupor, tetapi ia bisa mengetahui semua yang terjadi di sekitarnya dan kadang-kadang dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 memberikan bukti yang jelas atas apa yang diketahuinya. Kadang- kadang negativisme bisa berubah menjadi sikap mudah dipengaruhi dan penderita akan menirukan tingkah laku orang lain dan mengulang secara mekanik kata-kata orang lain atau menjalankan perintah orang lain secara otomatis. Selain itu, pada tahap cerea flexibility , yaitu badan menjadi beku seperti lilin. Ia menderita katalepsi, seperti berada dalam keadaan trance, seluruh badannya menjadi kaku, atau bahkan tidak bias dibengkokkan. Jika ia mengambil posisi tertentu maka ia bertingkah laku demikian bisa sampai berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Dari keadaan stupor, penderita beralih kepada keadaan gempar dan meledak-ledak, dan munculnya secara tiba-tiba tanpa adanya peringatan. Ia seperti berada di bawah beban kegiatan yang berat. Ia berbicara gempar dan meledak-ledak tanpa sebab dan tanpa tujuan. Ia bias melakukan tingkah laku seksual yang tidak terkendali, atau perbuatan agresif yang ditunjukan kepada dirinya sendiri, atau terhadap orang-orang lain yang ada disekitarnya. d. Undifferentiated Type Skizofrenia yang tidak terperinci atau undifferentiated type merupakan tipe yang tidak memiliki satu atau lebih dari semua kriteria yang dikemukakan. Skizofrenia yang tidak terperinci tidak memenuhi kriteria umum untuk didiagnosa skizofrenia, tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, 27 katatonik, atau tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia Maslim, 1998 dalam Semiun 2006. e. Residual Type Orang-orang yang mengalami gangguan skizofrenia residual adalah orang-orang uang sekurang-kurangnya memiliki riwayat episode psikotik yang jelas pada masa lampau dan sekarang memperlihatkan beberapa tanda skizofrenia, seperti emosi yang tumpul, menarik diri dari masyarakat, bertingkah laku eksentrik, atau mengalami gangguan pikiran, tetapi gejala-gejala ini pada umumnya tidak begitu kuat. Selanjutnya, gejala-gejala seperti delusi dan halusinasi mulai terjadi dan hanya samar-samar Holmes, 1991 dalam Semiun, 2006. Untuk didiagnosisi sebagai skizofrenia residual harus memenuhi semua persyaratan sebagai berikut: 1 gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya psikomotor lambat, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan tidak ada inisiatif, kuantitas atau isi pembicaraan miskin, modulasi suara, posisi tubuh, serta perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk; 2 Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas pada masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia; 3 Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham keyakinan atau pikiran yang salah karena bertentangan dengan dunia nyata, serta dibangun atas unsur- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 unsur yang tidak berdasarkan logika, curiga dan halusinasi sangat berkurang minimal d an timbul sindrom “negatif” dari skizofrenia, serta 4 Tidak terdapat dementia atau penyakit atau gangguan otak organik yang lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut Maslim, 1998 dalam Semiun, 2006.

5. Etiologi Skizofrenia

a. Data genetik Sejumlah literatur yang meyakinkan mengindikasi bahwa suatu predisposisi bagi skizofrenia diturunkan secara genetik. Metode keluarga, kembar, dan adopsi digunakan dalam penelitian dan menyimpulkan bahwa skizofrenia diturunkan secara genetik. Selain itu para pasien yang memiliki riwayat skizofrenia dalam keluarga mengalami banyak gejala negatif dibandingkan para pasien yang tidak memiliki riwayat skizofrenia dalam keluarga Malaspina, 2000 dalam Davison, 2006, menunjukan bahwa gejala-gejala negatif dapat mengandung komponen genetik yang lebih kuat. Dengan demikian, data yang diperoleh melalui metode keluarga mendukung bahwa suatu predisposisi terhadap skizofrenia dapat menurun secara genetik. Meskipun demikian, berbagai studi yang lebih mutakhir terhadap anak- anak yang orangtuanya menderita skizofrenia yang dibesarkan oleh orangtua asuh dan orangtua adopsi, ditambah pemantauan terhadap para kerabat anak-anak adopsi yang menderita skizofrenia, hampir 29 menghilangkan potensi pengaruh lingkungan yang membingungkan. Faktor-faktor genetik hanya dapat menjadi pemberi predisposisi terhadap skizofrenia. Diperlukan beberapa jenis stress untuk membuat predisposisi menjadi patologi yang dapat diamati. b. Faktor Biokimia Peran faktor-faktor genetik dalam skizofrenia menunjukan bahwa faktor-faktor biokimia perlu diteliti karena melalui kimia tubuh dan proses-proses biologis membuat faktor keturunan tersebut dapat berpengaruh. Penelitian saat ini mengkaji beberapa neurotransmitter yang berbeda, seperti norepinefrin dalam serotonin, dan salah satu faktor yang paling mempengaruhi yaitu, dopamin. Pada awalnya para peneliti berasumsi bahwa skizofrenia disebabkan oleh kelebihan dopamin. Namun, seiring dilakukannya berbagai studi lain, asumsi ini tidak mendapat dukungan, karena jumlah dopamin tidak ditemukan dalam jumlah yang besar pada penderita skizofrenia Bowers, 1947 dalam Davison, 2006. c. Otak Analisis pasca kematian pada otak pasien skizofrenia merupakan salah satu sumber bukti. Berbagai studi mengungkapkan adanya abnormalitas pada beberapa daerah otak pasien skizofrenia, meskipun abnormalitas spesifik yang dilaporkan bervariasi antar studi, dan terdapat banyak temuan yang saling bertentangan. Temuan yang paling konsisten adalah pelebaran rongga otak yang berimplikasi pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 hilangnya beberapa sel otak. Beberapa temuan lain yang cukup konsisten mengindikasikan abnormalitas struktur pada daerah subkortikal temporalimbik, seperti hipokampus dan basal ganglia, dan pada korteks prefrontalis dan temporal Dwork, 1997; Heckers, 1997; dalam Davison, 2006. Rongga otak yang lebar pada pasien skizofrenia berkorelasi dengan kinerja yang lemah dalam berbagai tes neuropsikologis, penyesuaian yang buruk sebelum timbulnya gangguan, dan respon yang buruk dalam terapi pengobatan Andresen dkk., 1982; Weinberge dkk., 1980; dalam Davison, 2006 d. Stres Psikologis Stress psikologi berperan penting dengan cara berinteraksi dengan kerentanan biologis untuk menimbulkan penyakit ini. Data menunjukan bahwa sebagaimana pada banyak gangguan yang telah dibahas, peningkatan stress kehidupan meningkatkan kemungkinan kekambuhan Hirsch dkk., 1996; Ventura dkk., 1989; dalam Davison, 2006. Para individu yang menderita skizofrenia tampak sangat reaktif terhadap berbagai stressor yang kita hadapi dalam kehidupan sehari- hari

B. Perilaku Kesehatan Medis

Notoadmodjo 2007 menjelaskan bahwa perilaku kesehatan medis merupakan suatu respon dari seseorang yang berkaitan dengan masalah kesehatan, penggunaan pelayanan kesehatan medis, pola hidup, maupun lingkungan sekitar yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 mempengaruhinya. Perilaku kesehatan medis adalah seluruh aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati observable maupun yang tidak dapat diamati unobservable yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan medis. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan ke rumah sakit. Oleh sebab itu perilaku kesehatan medis ini pada garis besarnya dikelompokan menjadi dua, yakni: 1. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat. Oleh sebab itu perilaku ini disebut perilaku sehat yang mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindari penyakit dan meningkatkan kesehatan. 2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatan. Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang bila sakit atau terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan atau terlepas dari masalah kesehatan. Tempat pencarian kesehatan ini adalah tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan modern atau profesional. Lawrence Green 1981 dalam Notoatmodjo 2010 mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan melalui teori PRECEDE dan PROCEED. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku behavior causes dan faktor diluar perilaku non behavior causes, selanjutnya faktor perilaku dan di luar perilaku tersebut dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yang dirangkum dalam akronim PRECEDE: Predisposing, Enabling, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 Reinforcing Causes in Educational Diagnoses and Evaluation. Precede ini adalah merupakan arahan dalam menganalisis, mendiagnosis dan evaluasi perilaku untuk intervensi pendidikan promosi kesehatan. Precede merupakan fase analisis dan diagnosa masalah. Sedangkan setelah diperoleh analisis dan diagnosa yang jelas, selanjutnya akan dilakukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dirangkum dalam akronim PROCEED: Policy, Regulatory, Organizational Construct in Educational and Environmental Development yang merupakan arahan dalam perencanaan, inplementasi, dan evaluasi pendidikan kesehatan. Apabila Preceed merupakan fase diagnosis masalah, maka Proceed adalah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi promosi kesehatan. Peneliti akan berfokus pada proses diagnosa terhadap perilaku kesehatan medis pada keluarga. Sehingga peneliti mencoba melihat dari teori Precede model, yang diuraikan dari 3 faktor, yakni: 1. Faktor-faktor predisposisi predisposing factors, yang terwujud dalam : a. Pengetahuan, sikap, kepercayaan, mengenai penyakit dan tanggung jawab individu terhadap penyakit tersebut b. Pengalaman tentang pengobatan yang sama sebelumnya termasuk efek samping dari obat tersebut c. Persepsi mengenai sehat dan sakit, tingkat keparahan. 2. Faktor-faktor pemungkin enabling factors, yang terwujud dalam: a. Jarak tempuh ke tempat pelayanan kesehatan dokter, bidan, apotek b. Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 c. Ketersedian alat transportasi yang dapat dimanfaatkan untuk menuju ke tempat pelayanan kesehatan 3. Faktor-faktor pendorong atau penguat reinforcing factor adalah faktor sesudah perilaku yang memberikan reward atau insentif berkelanjutan bagi perilaku dan berkontribusi bagi persistensi atau pengulangan. Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Selanjutnya, peneliti akan berfokus pada dinamika kesehatan medis yang dilakukan oleh keluarga pasien. Dinamika dari perilaku kesehatan medis akan menekankan mengenai respon seseorang yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan respon terhadap penggunaan pelayanan kesehatan atau yang disebut dengan perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan atau respon terhadap penyakit cenderung berbentuk aktivitas atau kegiatan seseorang yang berkaitan dengan peningkatan atau pemeliharaan kesehatan medis pasien. Perilaku kesehatan medis disini akan dikelompokkan menjadi dua, yaitu perilaku pencarian kesembuhan atau pemecahan masalah menggunakan pengobatan medis dan perilaku tidak mengobati atau tidak mencari pengobatan medis. Perilaku kesehatan atau respon tersebut akan dikaitkan dengan faktor-faktor yang membentuk respon perilaku tersebut, sehingga diperoleh dinamika kesehatannya. Perilaku kesehatan pada penelitian ini dilakukan oleh keluarga pasien. Hal tersebut dikarenakan perilaku kesehatan yang terjadi pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 pasien skizofrenia cukup berbeda dari pasien-pasien yang terkena penyakit, yang pada umumnya merasakan gejala dari sakit yang diderita. Pasien skizofrenia cenderung tidak merasakan sakit atau merasakan sesuatu dalam tubuhnya, sehingga tidak mampu secara mandiri untuk mengambil keputusan dalam mencari pengobatan. Sehingga hasil penelitian ini lebih melihat bagaimana perilaku kesehatan yang dilakukan oleh keluarga pasien dalam merespon sakit yang diderita oleh pasien, karena perilaku kesehatan pasien merupakan perilaku yang dikondisikan oleh keluarg .

C. Pelayanan Kesehatan

Departemen kesehatan 2009 menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan merupakan setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersamaan dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, ataupun masyarakat. Sesuai dengan batasan seperti di atas, mudah dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang ditemukan banyak macamnya Azwar 1996 menjelaskan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan penggunaan fasilitas pelayanan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan tersebut yang didasarkan pada ketersediaan dan kesinambungan pelayanan, penerimaan masyarakat dan kewajaran, mudah dicapai oleh masyarakat, terjangkau serta bermutu.