Kesimpulan WACANA KOLONIAL DALAM REPRODUKSI KEKUASAAN

145 seperti yang diutarakan Fairclough, yakni the formation of objects, the formation of enunciative modalities, the formation of concepts dan the formation of strategies, terkandung di dalamnya dan menegaskan pembentukan pengetahuan. 3 Dalam analisa wacana ini maka saya akan membagi menjadi 2 bagian, yakni pertama, mengkaji atau menganalisa untuk melihat pengetahuan wacana kepemimpinan Ompu i Nommensen dari data-data yang sudah dipaparkan di bab sebelumnya, dan kedua, melihat praktik wacana atas konstruk RMG atas keterlibatannya terhadap pihak pemerintah kolonial Belanda sebagai suatu rezim yang meninggalkan suatu sejarah “kelam” pada Perang Toba I 1878. Namun sebelumnya mengenai data-data yang telah dipaparkan, akan terlebih dahulu diidentifikasi dan dianalisa untuk memberikan gambaran pengetahuan dalam pembentukan wacana tersebut.

A. Identifikasi Arsip

Dari kedua arsip tersebut, yakni BRMG dan Surat Kuliling Immanuel, maka kedua arsip tersebut sangatlah berbeda dari isi, subjek, tujuan dan konsumennya. Namun dari perbedaan-perbedaan tersebut, keduanya memiliki kesamaan dalam membahas mengenai isu-isu pekabaran Injil yang dilakukan RMG di Tanah Batak. Berikut ini adalah identifikasi atas kedua arsip tersebut: 3 Norman Fairclough, Discourse and Social Change Cambridge: Polity Press, 1992, hl. 40-48. 146 BRMG merupakan laporan pekerjaan para Misionaris di Tanah Batak. Biasanya laporan ini dituliskan oleh para Misionaris minimal sebulan sekali dengan menggunakan tulisan tangan yang ditujukan kepada Kantor Pusat RMG di Barmen, Jerman yang kemudian dikumpulkan dan dibukukan menjadi BRMG. Hal ini terbukti dari Laporan BRMG yang diterbitkan setahun sekali dengan memuat di setiap edisi perbulannya. Setiap wilayah zending haruslah memberikan laporan kepada Kantor Pusat RMG, baik di Tanah Batak sendiri, Namibia, Tanzania, dll. Untuk wilayah zending di Tanah Batak sendiri, Nommensen dan beberapa misionaris tercatat pernah menulis dalam laporan ini. Karena arsip ini bersifat laporan maka tujuan laporan tersebut hanya ditujukan untuk kepentingan badan zending RMG; tidak untuk kepentingan para pendeta Batak ataupun masyarakat Batak. Mengenai isinya, maka BRMG adalah laporan dari aktivitas RMG, seperti usaha-usaha atau pencapaian yang telah dilakukan oleh para misionaris, tantangan- tantangan dalam pekabaran Injil, dsb. Arsip BRMG yang saya gunakan dalam studi ini adalah laporan atas peristiwa Perang Toba I pertama yang ditulis oleh Nommensen, karena ikut bersama para tentara pemerintah kolonial dalam ekspansi ke wilayah Toba. 4 Arsip kedua yang saya gunakan adalah Surat Kuliling Immanuel. Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa Surat Kuliling Immanuel ini dibuat oleh Misionaris, Jacobus H. Meerwaldt yang diperuntukkan kepada para Pendeta Batak dan Guru-Guru di Sekolah Tinggi, serta masyarakat yang melek huruf maka 4 Uli Kozok, Utusan Damai di Kemelut Perang: Peran Zending dalam Perang Toba Jakarta: Obor, 2010, hl. 133-153. 147 dapat dikatakan bahwa majalah ini difungsikan untuk membentuk suatu opini umum dan memberikan pengetahuan yang berpengaruh kepada masyarakat sebagai konstruk dalam membentuk komunitas baru yang berdasarkan kepada nilai-nilai modernitas, di mana nilai-nilai di dalam Kekristenan menjadi basis dalam penilaian tersebut. Rachman Tua Munthe dalam bukunya Allah Beserta Kita: Respons HKBP atas Kondisi Sosial – Politik di Indonesia Periode 1890-1965 2011 juga mengkaji mengenai Surat Kuliling Immanuel, meskipun periode mengenai hubungan antara Misionaris RMG dengan Raja Singamangaraja XII tidak terlalu banyak dibahas. Munthe dalam bukunya dapat dikatakan telah melihat Surat Kuliling Immanuel ini dalam menciptakan opini umum kepada masyarakat Batak pada periode tersebut, 5 namun demikian saya melihat bahwa Munthe tidak menempatkan dan melihat media ini sebagai suatu konstruk dalam membangun komunitas, yakni Kerajaan Kekristenan baca: pengetahuan, di mana pengaruh media terhadap masyarakat dalam pembentukan komunitas, misal pembentukan pengetahuan dalam konstruk kekuasaan, tidaklah dibahas. Maka dari itu sebagai suatu subjek pelaku, dalam hal ini RMG, maka media atau Surat Kuliling Immanuel ini mendapatkan sorotan penting dalam suatu usaha konstruksi atas apa yang dilakukan RMG terhadap masyarakat Batak. Kedua arsip ini sangatlah berbeda secara fungsi dan tujuan. Walaupun isi kedua arsip tersebut membahas mengenai tema yang sama, yakni pekabaran Injil namun bukan berarti bahwa keduanya menampilkan hal yang sama. Ada proses 5 Lih. Rachman Tua Munthe, Allah Beserta Kita: Respons HKBP atas Kondisi Sosial – Politik di Indonesia Periode 1890-1965 Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011, hl. 12-20.