Pengertian Pembelajaran Hakikat Pembelajaran

stimulus, maka perubahan perilaku itu menjadi indikator bahwa peserta didik telah melakukan kegiatan belajar.

2.2 Hakikat Pembelajaran

2.2.1 Pengertian Pembelajaran

Proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan hasil belajar yang baik pula. Didalam proses pembelajaran ada dua komponen penting yaitu guru sebagai tenaga pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendefinisikan kata “pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti penunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar ”. Menurut Rifa’i dan Anni 2011:193 “proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pendidik dengan peserta didik, atau antar peserta didik ”. Gagne, Briggs, dan Warger dalam Rusmono 2012:6 menyatakan “Instruction is set of events that effect learners in such a way that learning is facilitatied ”. Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Miarso dalam Rusmono 2012:6 mengemukakan “pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain ”. “Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain, komponen tersebut meliputi : tujuan, materi, metode, dan evaluasi ” Rusman, 2011:1. Maka berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah pelaksanaan atau kejadian belajar mengajar yang dialami secara langsung oleh siswa dengan melakukan interaksi antara guru dan siswa atau antar peserta didik untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran mempunyai berbagai komponen meliputi: tujuan, materi, metode dan evaluasi. Pembelajaran akan berjalan dengan baik jika komponen pembelajaran saling mendukung dan membangun. 2.2.2 Pembelajaran Pada Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter. Siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Dalam kurikulum 2013 guru menjadi seseorang yang melakukan fasilitasi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan kecakapan siswa. Peran guru sebagai sumber pengetahuan utama diminimalisir dengan menempatkan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan . Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Dalam Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran berbasis proses keilmuan yang dirancang agar peserta didik secara aktif dapat merekonstruksi suatu konsep, hukum atau prinsip. Menurut Permendikbud No.81A Tahun 2013, proses pembelajaran dalam pendekatan saintifik terdiri dari lima kegiatan belajar pokok yaitu: 1. Mengamati Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan melihat, membaca, mendengar hal yang penting dari suatu benda atau objek. 2. Menanya Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. 3. Mengumpulkan informasiMencoba dan MengasosiasikanMenalar Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. 4. Mengkomunikasikan HasilMembentuk Jejaring Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Guru memberikan tanggapan hasil presentasi meliputi tanya jawab untuk mengkonfirmasi, memberikan tambahan informasi, melengkapi informasi ataupun tanggapan lainnya.

2.3 Aktivitas Belajar

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SISTEM PERIODIK UNSUR UNTUK MENINGKATKAN HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DI SMA KELAS X.

7 18 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X PADA MATERI HIDROKARBON.

0 2 21

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PASAR SASARAN SISWA KELAS X PEMASARAN 2 SMK N 9 SEMARANG (Studi Pada Tahun Ajaran 2015/2016).

0 2 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS XI PEMASARAN 1 SMK NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-3 PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SMA NEGERI KEBAKKRAMAT TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 18

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS X AKUNTANSI 1 SMK NEGERI 1 PENGASIH TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 1 197

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PASAR SASARAN SISWA KELAS X PEMASARAN 2 SMK N 9 SEMARANG (Studi Pada Tahun Ajaran 2015 2016) -

0 0 12

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PASAR SASARAN SISWA KELAS X PEMASARAN 2 SMK N 9 SEMARANG (Studi Pada Tahun Ajaran 2015 2016) -

0 0 1

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KONGNIT

0 0 1

View of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PEMASARAN ONLINE PADA SISWA KELAS X PEMASARAN SMK BINA BANGSA SEDONG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

0 0 11