13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.6.1 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir fase
diam, ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan ditotolkan
berupa bercak atau pita awal. Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok
fase gerak,
pemisahan terjadi
selama perambatan
kapiler pengembangan. Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus
ditampakkan dideteksi Stahl Egon dalam Khoirunni’mah, 2013. Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatografi lapis
tipis adalah yang paling banyak digunakan untuk analisis obat di laboratorium farmasi. Metode ini hanya memerlukan investasi kecil
untuk perlengkapan dan menggunakan waktu yang singkat untuk menyelesaikan analisis 15-60 menit, memerlukan jumlah cuplikan
yang sangat sedikit kira-kira 0,1 g. Selain itu, hasil palsu yang disebabkan oleh komponen sekunder tidak mungkin terjadi, kebutuhan
ruangan minimum, dan penanganannya sederhana Stahl Egon dalam Khoirunni’mah, 2013.
Ditotolkan Larutan uji dan Larutan baku, menurut cara yang tertera pada masing-masing monografi dengan jarak antara lebih kurang
1,5 cm dan lebih kurang 2 cm dari tepi bawah lempeng, dan dibiarkan mengering tepi bawah lempeng adalah bagian lempeng yang pertama
kali dilalui oleh alat membuat lapisan pada waktu melapiskan zat penjerap. Ketika bekerja dengan lempeng, gangguan fisik harus
terhindarkan dari zat penjerap Departemen kesehatan, 1995. Diberikan tanda pada jarak 10 cm hingga 15 cm di atas titik
penotolan. Lempeng diempatkan pada rak penyangga, hingga tempat penotolan terletak di sebelah bawah,dan dimasukkan rak ke dalam
bejana kromatografi. Pelarut dalam bejana harus mencapai tepi bawah lapisan penjerap, tetapi titik penotolan jangan sampai terendam. Bejana
diletakkan tertutup pada tempatnya, dan sistem dibiarkan hingga pelarut
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
merambat 10 cm hingga 15 cm di atas titik penotolan, umumnya diperlukan waktu lebih kurang 15 menit hingga 1 jam. Lempeng
dikeluarkan dari bejana ,dibuat tanda batas rambat pelarut, dikeringkan lempeng di udara,dan diamati bercak mula- mula dengan cahaya
ultraviolet gelombang pendek 254 nm dan kemudian dengan cahaya ultraviolet gelombang panjang 366 nm. Diukur dan dicatat jarak tiap
bercak dari titik penotolan serta catat panjang gelombang untuk tiap bercak yang diamati. Harga Rf ditentukan untuk bercak utama. Jika
diperlukan, bercak disemprot dengan pereaksi yang ditentukan, diamati dan kromatogram zat uji dibandingkan dengan kromatogram baku
pembanding Departemen kesehatan, 1995. Jarak pengembangan senyawa kromatogram dinyatakan dengan
angka Rf atau hRf. Angka Rf berjarak antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal. hRf ialah angka Rf dikalikan faktor 100
h, menghasilkan nilai berjangka 0 sampai 100 Jika dipilih 10 cm sebagai jarak pengembangan, maka jarak rambat suatu senyawa titik
awal-pusat bercak dalam cm x 10 menghasilkan angka hRf Tetapi, karena angka Rf merupakan fungsi sejumlah faktor, angka ini harus
dianggap sebagai petunjuk saja. Inilah yang menjadi alasan mengapa angka hRf lah, misalnya hRf 60-70, yang dicantumkan untuk
menunjukan letak suatu senyawa pada kromatogram. Stahl Egon, 1985
Rf = Jika keadaan luar, misalnya kelembaban atmosfer yang tidak
cukup atau penjerap yang sifatnya agak menyimpang, menghasilkan kromatogram yang secara umum menunjukan angka Rf dari berbagai
komponen lebih rendah atau lebih tinggi, maka sistem pelarut harus diganti dengan yang lebih sesuai. Jika angka hRf lebih tinggi daripada
hRf yang dinyatakan, kepolaran pelarut harus dikurangi; jika angka hRf lebih rendah, komponen polar pelarut harus dinaikkan. Ini dapat
dilakukan dengan cara sederhana, misalnya pada pengaturan sistem benzena-kloroform atau kloroform-metanol. Stahl Egon, 1985
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.7 Skema kromatografi lapis tipis
2.6.2 Kromatografi Kolom