22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Modifikasi Asam p-metoksisinamat
a. Hidrolisis EPMS
Sebanyak 1,5 gram 0,0375 mol NaOH dilarutkan dengan etanol pro analisis dalam gelas kimia, kemudian dipanaskan diatas
hot plate sambil diaduk menggunakan magnetic stirer hingga larut. Setelah itu ditambahkan senyawa Etil p-metoksisinamat sebanyak
5 gram 0,024mol ke dalamnya, pemanasan dijaga pada suhu 55˚С sampai 60˚C. Hasil reaksi ditambahkan aquades dan HCl 15,
kemudian difiltrasi, filtrat yang didapat ditambahkan kembali HCl 15. Apabila masih terdapat endapan putih, filtrat kemudian
disaring. Prosedur ini dilakukan berulang kali hingga tidak ada lagi endapan putih yang terbentuk. Residu yang dihasilkan merupakan
senyawa hasil hidrolisis, kemudian dikeringkan Mufidah, 2014
b. Nitrasi
Sebanyak 2,5 gram APMS 0,014 mol dalam erlenmeyer ditambahkan dengan 10 ml asam nitrat 65 0,22 mol bersuhu -
15
o
C kemudian diiradiasi microwave 450 W selama 2 menit yang sebelumnya diletakkan di dalam beaker glass yang berisi es.
Setelah itu ditambahkan dengan akuades lalu disaring, setelah itu diambil residunya yang berwarna kuning Bose et al, 2006
c. Esterifikasi
Sebanyak 500 mg hasil nitrasi APMS ditambahkan dengan 1- propanol 50 ml aduk menggunakan pengaduk magnetik dan larutan
dipanaskan hingga larut. Kemudian larutan tersebut ditambahkan dengan 0,2 ml asam sulfat pekat, dimasukan kedalam beaker glass
yang berisi air dan diiradiasi dengan microwave dengan daya 300 W selama 30 menit. Kemudian hasil iradiasi tersebut dipartisi
menggunakan pelarut heksan dan air, diambil fraksi heksannya bagian atas, lalu di uapkan hingga pekat. Lalu, hasil yang pekat
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tersebut ditambahkan dengan heksan hingga menjadi padat. Setelah itu dilakukan pemurnian dengan menggunakan kolom kromatografi
dengan pelarut heksan dan etil. Guang Li, 2009
3.3.2 Pemisahan dengan Kromatografi Kolom Fraksinasi
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan kromatografi kolom yang mengacu pada metode yang digunakan
Waters 1985. Silika gel 60 digunakan sebagai fase diam. Sedangkan fase gerak yang digunakan menggunakan sistem fase gerak dengan
polaritas bertingkat. Masing-masing fraksi yang telah dipisahkan, dimonitor profilnya melalui KLT menggunakan plat TLC Silica gel 60
F254 E-merck dengan fase diam silika gel dan fase gerak n- heksana:etil asetat Hidayati, 2012.
3.4 Identifikasi Senyawa
a. Identifikasi Organoleptis
Senyawa yang didapat baik senyawa murni etil p-metoksisinamat maupun senyawa hasil modifikasi kemudian diidentifikasi warna,
bentuk dan juga bau. b. Identifikasi senyawa menggunakan FTIR
Sedikit sampel padat kira-kira 1 - 2 mg, kemudian ditambahkan bubuk KBr murni kira-kira 200 mg dan diaduk hingga rata. Kemudian
sampel pelet KBr yang terbentuk diambil dan kemudian ditempatkan dalam tempat sampel pada alat spektroskopi inframerah untuk dianalisis
Hidayati, 2012. c. Identifikasi Senyawa Menggunakan GCMS
Kolom yang digunakan adalah HP-5MS 30 m × 0,25 mm ID × 0,25 µm; suhu awal 70
o
C selama 2 menit, dinaikkan ke suhu 285
o
C dengan kecepatan 20
o
Cmin selama 20 menit. Suhu MSD 285
o
C. Kecepatan aliran 1,2 mLmin dengan split 1:100. Parameter scanning
dilakukan dari massa paling rendah yakni 35 sampai paling tinggi 550 Umar et al, 2012.
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Identifikasi senyawa menggunakan
1
H-NMR dan
13
C-NMR Sedikit sampel padat kira-kira 10 mg, kemudian dilarutkan
dalam pelarut kloroform bebas proton khusus NMR, setelah dilarutkan kemudian dimasukkan ke dalam tabung khusus NMR untuk
kemudian dianalisis.
3.5 Uji In vitro Antiinflamasi