32 penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan
pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan P
1
dan Indeks Keparahan Kemiskinan P
2
di daerah perdesaan masih tetap lebih tinggi daripada perkotaan. Pada Maret 2011, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan P
1
untuk perkotaan hanya 1,52 sementara di daerah perdesaan mencapai 2,63. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan P
2
untuk perkotaan hanya 0,39 sementara di daerah perdesaan mencapai 0,70. Dapat
disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih buruk dari daerah perkotaan.
Tabel 4.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan P
1
dan Indeks Keparahan Kemiskinan P
2
di Indonesia Menurut Daerah, Maret 2010-Maret 2011
Indeks Tahunan Kota
Desa Kota +
Desa
1 2
3 4
Indeks Kedalaman Kemiskinan P
1
Maret 2010 1,57
2,80 2,21
Maret 2011 1,52
2,63 2,08
Indeks Keparahan Kemiskinan P
2
Maret 2010 0,40
0,75 0,58
Maret 2011 0,39
0,70 0,55
Sumber: Susenas Maret 2010, 2011
4.5. Karakteristik Rumah Tangga Miskin di Indonesia, 2009-2011
4.5.1 Karakteristik Sosial Demografi
Karakteristik sosial demografi yang disajikan meliputi rata-rata jumlah anggota rumah tangga, persentase wanita sebagai kepala rumah tangga, rata-rata usia kepala
rumah tangga dan tingkat pendidikan kepala rumah tangga dilihat dari indikator rata- rata lamanya bersekolah kepala rumah tangga
Rumah tangga miskin cenderung mempunyai jumlah anggota rumah tangga yang lebih banyak. Karena rumah tangga miskin cenderung mempunyai tingkat kelahiran
yang tinggi. Tingkat kematian anak pada rumah tangga miskin juga relatif tinggi akibat kurangnya pendapatan dan akses kesehatan serta pemenuhan gizi anak mereka. Jumlah
anggota rumah tangga yang besar dapat menghambat peningkatan sumber daya manusia masa depan, yang dalam hal ini adalah anak-anak. Dari Tabel 4.4 terlihat
secara rata-rata jumlah anggota rumah tangga pada rumah tangga miskin di Indonesia pada tahun 2009-2011 yaitu 4 orang, sedangkan pada rumah tangga tidak miskin
berjumlah sekitar 3 orang saja. Indikasi ini membuktikan bahwa rata-rata jumlah
33 anggota rumah tangga miskin lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga tidak
miskin.
Tabel 4.4 Karakteristik Sosial Demografi Rumah Tangga Miskin dan Rumah Tangga Tidak Miskin, 2009-2011
2009 2010
2011 1. Rata-rata jumlah anggota rumah tangga :
- Miskin 4,88
4,82 4,77
- Tidak Miskin 3,87
3,79 3,77
2. Persentase Wanita sebagai Kepala Rumah tangga :
- Miskin 14,6
13,42 13,36
- Tidak Miskin 8,95
15,46 13,95
3. Rata-rata umur kepala rumah tangga tahun :
- Miskin 47,29
49,37 47,18
- Tidak Miskin 46,62
48,79 45,56
4. Rata-rata lama sekolah kepala rumahtangga tahun:
- Miskin 4,77
4,51 4,15
- Tidak Miskin 7,59
7,30 7,25
Sumber: Susenas 2009,2010, dan 2011
Rata-rata umur kepala rumah tangga digunakan untuk melihat distribusi umur dan produktivitas kerja dalam memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga. Meskipun
demikian hubungan antara kedua variabel tersebut tidak selalu linier. Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa rata-rata umur kepala rumah tangga miskin dari tahun 2009-2011 lebih
tinggi dibanding rata-rata umur kepala rumah tangga tidak miskin.
Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan pemerintah terutama dalam meningkatkan pembangunan modal manusia human capital dan mendorong
penelitian dan pengembangan
untuk meningkatkan
produktivitas manusia.
Kenyataannya dapat dilihat dengan melakukan investasi pendidikan akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diperlihatkan dengan meningkatnya
pengetahuan dan keterampilan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan keahlian juga akan meningkat sehingga akan
mendorong peningkatan produktivitas kerjanya. Di sektor informal seperti pertanian, peningkatan keterampilan dan keahlian tenaga kerja akan mampu meningkatkan hasil
pertanian, karena tenaga kerja yang terampil mampu bekerja lebih efisien. Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh
kesejahteraan yang lebih baik, yang diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya. Rendahnya produktivitas kaum miskin dapat disebabkan oleh
rendahnya akses mereka untuk memperoleh pendidikan Rasidin K dan Bonar M, 2004. Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah kepala rumah tangga
miskin lebih pendek dibandingkan dengan kepala rumah tangga tidak miskin, yaitu 4 tahun saja dibandingkan dengan 7 tahun. Artinya KRT miskin memiliki pendidikan