Kemiskinan Makro Kemiskinan Makro dan Kemiskinan Mikro

37 kemiskinan secara absolut merupakan standar kehidupan minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar yang diperlukan, baik makanan maupun non makanan sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan. Kebutuhan dasar minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Standar kehidupan minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar ini disebut sebagai garis kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya di bawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin. BPS sudah sejak lama memiliki banyak peran dalam mengumpulkan, menganalisis, mendistribusikan dan mempublikasikan hasil analisis dan pendataan terhadap masyarakat berbasis rumah tangga, terutama berkaitan dengan pengukuran kemiskinan makro. Pengukuran kemiskinan makro menggunakan data dari Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional. Dari hasil Susenas tersebut dapat dihasilkan jumlah dan persentase penduduk miskin menurut provinsi. Tingkat kemiskinan yang dihasilkan ini merupakan estimasi yang bersifat makro. Dengan demikian, kemiskinan makro ini paling sesuai untuk digunakan dalam pemantauan program penanggulangan kemiskinan antar waktu.

4.6.2. Kemiskinan Mikro

Untuk memenuhi kebutuhan pengguna data, guna mendukung Program Perlindungan Sosial, BPS mendapatkan tugas mengadakan pendataan yang nantinya dipakai sebagai dasar dalam program-program perlindungan sosial. Pendataan tersebut dimulai dari tahun 2005 yang disebut Pendataan Sosial Ekonomi PSE 2005, kemudian setiap tiga tahun data tersebut dilakukan update dengan nama Pendataan Program Perlindungan Sosial PPLS. PPLS dimulai dari tahun 2008 dan yang terakhir adalah pada tahun 2011. Pendataan tahun PSE 2005 dan PPLS 2008 hanya mencakup rumah tangga RTSM, RTM dan RTHM, sedangkan untuk tahun 2011 pendataannya mencakup lebih banyak lagi. Data yang dikumpulkan dalam PPLS 2011 adalah data 40 persen rumah tangga menengah ke bawah, yang mengandung informasi lengkap nama dan alamat rumah tangga sasaran RTS. Data yang dihasilkan tersebut merupakan data kemiskinan mikro. Hasil dari PPLS tahun 2011 oleh BPS diserahkan ke Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan TNP2K untuk dijadikan sebagai Basis Data Terpadu. Basis Data Terpadu dipergunakan untuk berbagai program bantuan dan perlindungan sosial tahun 2012-2014. Di dalam mengkategorikan Basis Data Terpadu, TNP2K menggunakan pendekatan relatif, yaitu dengan menggunakan kelompok desil. Tentunya standar ini akan berubah antar waktu dan antar tempat. Tujuan TNP2K dalam mengkategorikan kelompok Desil 1 – 4 penduduk miskin tersebut agar lebih fokus pada segmen populasi terbawah. Kemiskinan mikro sangat relevan khususnya apabila pemerintah dihadapkan pada keterbatasan sumber daya dan program penanggulangan kemiskinan perlindungan sosial yang hanya difokuskan pada segmen termiskin tertentu, misalnya pada 10 persen atau 20 persen termiskin dari populasi. Pada saat inilah pendekatan kemiskinan relatif lebih tepat untuk digunakan, sehingga pendekatan kemiskinan mikro 38 ditujukan sebagai dasar perhitungan atau pertimbangan dalam mendesain program yang ditargetkan untuk membantu masyarakat miskin.

4.6.3. Perbandingan Kemiskinan Makro dan Kemiskinan Mikro