3. Pemahaman dan komitmen terhadap manfaat dan arti pentingnya tanggung jawab bersama dan kerja sama dalam suatu keterpaduan
serta sinergisme dalam pencapaian tujuan. 4. Adanya dukungan dan sistem imbalan yang memadai untuk
mendorong terciptanya kemampuan dan keberanian menanggung risiko risk taking dan berinisiatif, sepanjang hal ini secara
realistik dapat dikembangkan. 5. Adanya pelayanan administrasi publik yang berorientasi pada
masyarakat, mudah dijangkau masyarakat dan bersahabat, berdasarkan kepada asas pemerataan dan keadilan dalam setiap
tindakan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, berfokus kepada kepentingan masyarakat, bersikap professional,
dan tidak memihak.
2.1.2 Komitmen Manajemen
Dalam suatu organisasi keberhasilannya sangat ditentukan dari keberhasilan dalam mengelola sumber days manusia SDM. GAO 2011
dikutip dari Nurkhamid 2008 “untuk menciptakan organisasi dengan kinerja tinggi diperlukan komitmen manajemen yang tinggi dari pimpinan
dan stafnya untuk mencapai hasil yang diinginkan”. Pemahaman terhadap komitmen sangat penting bagi organisasi agar tercipta kondisi keda yang
kondusif, sehingga organisasi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Menurut Morrison 1997 dikutip dari Wulandari 2011 Komitmen
dianggap penting bagi organisasi karena: 1 Pengaruhnya terhadap
turnover, 2 Hubungannya dengan kinerja yang mengasumsikan bahwa individu yang memiliki komitmen cenderung mengembangkan upaya yang
lebih besar pada pekerjaan. Shields 1995 dalam Cavalluzo dan Inner 2003 menyatakan bahwa
komitmen manajemen dapat tercermin dengan “pengalokasian sumber daya, tujuan, dan strategi pads berbagai rencana yang dianggap bernilai, menolak
sumber daya yang menghambat inovasi dan memberikan dukungan politis yang diperlukan untuk memotivasi atau menekan pars individu atau pihak
lain yang menolak keberadaan inovasi”. Poznanski dan Blinc 1997 dalam Kurniawan 2011 berpendapat
bahwa komitmen dapat didefinisikan sebagai:
1.
Keyakinan dan penerimaan dari tujuan dan nilai organisasi.
2.
Kemauan untuk berusaha atau bekeda untuk kepentingan organisasi.
3.
Hasrat untuk menjaga keanggotaan organisasi. Menurut Allan dan Meyer 1990 : 78 dalam Wulandari 2011
menyatakan ada tiga aspek komitmen organisasi, yaitu: 1. Affective commitment, suatu kondisi yang menunjukkan keinginan
karyawan untuk melibatkan diri dan mengidentifikasi diri dengan organisasi karena adanya kesesuaian nilai-nilai dalam organisasi atau
seberapa jauh tingkat emosi keterlibatan langsung dalam organisasi. 2. Continuance commitment yaitu komitmen yang timbul karena adanya
kekhawatiran terhadap kehilangan manfaat yang biasa diperoleh dari organisasi atau tetap tinggal karena merasa memerlukannya.
3. Normative commitment yaitu komitmen yang muncul karena karyawan
berkewajiban untuk tinggal dalam organisasi seperti kesetiaan, kebanggaan, kesenangan, kebahagiaan, dan lain-lain.
Dari ketiga komponen di atas ditemukan bahwa antara, komponen affective dan continuance pada komitmen organisasi secara empiris
merupakan komponen yang berbeda, tetapi tidak ada korelasi. Sedangkan antara affective dan normative adalah komponen yang berbeda, tetapi
keduanya ada keterkaitan. Manajemen merupakan bagian dari organisasi, dalam Robbins dan
Coulter 2010: 40 komitmen organisasi merupakan derajat dimana seorang karyawan mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi tertentu
beserta tujuannya dan berkeinginan untuk mepertahankan keanggotaanya di dalam organisasi tersebut. Hal ini berarti bahwa komitmen manajemen
merupakan dimana orang-orang yang tergabung dalam manajemen suatu organisasi untuk terlibat dalam upaya-upaya mencapai misi, nilai-nilai dan
tujuan organisasi tersebut. Begitu jugs dengan orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi memiliki loyalitas terhadap keanggotaanya yang
dapat dilihat dari sejauh mans mereka mencurahkan perhatian, gagasan, dan tanggung jawabnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Organisasi dengan komitmen manajemen yang kuat dari pimpinan dan bawahannya dan seluruh keanggotaan di dalam organisasi tersebut, maka
akan lebih mudah untuk mencapai hasil yang diinginkan untuk menghasilkan kineda yang lebih baik, dibanding dengan organisasi yang
tidak memiliki komitmen manajemen. Oleh karena itu, diperlukan adanya
komitmen manajemen yang kuat agar dapat meningkatkan akuntabilitas kinerja Calluzo dan Ittner, 2003.
2.1.3 Otoritas pengambilan keputusan