meningkat seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan, 2 Kontribusi keluarga jauh lebih tinggi dibandingkan kontribusi pemerintah, 3 Kontribusi
masyarakat sangat rendah, 4 Jenjang pendidikan yang berlaku wajib belajar, studi lanjutan dari SD ke SMP menuntut keluarga menanggung biaya jauh lebih besar.
Syamsuddin 2009 meneliti pengaruh biaya pendidikan terhadap mutu hasil belajar melalui mutu proses mutu proses belajar mengajar pada sekolah menengah
pertama di Kabupaten Asahan. Variabel yang digunakan adalah biaya pendidikan sebagai variabel independen dan variabel dependen adalah mutu hasil belajar
dengan mutu proses hasil belajar sebagai variabel intervening. Hasil yang diperoleh adalah : 1 Biaya pendidikan berpengaruh terhadap mutu hasil belajar,
2 biaya pendidikan berpengaruh terhadap mutu proses belajar mengajar, 3 Mutu proses belajar mengajar berpengaruh terhadap mutu hasil belajar, 4 Biaya
pendidikan berpengaruh terhadap mutu hasil belajar melalui proses belajar mengajar.
2.3. Kerangka Konseptual
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan harus terus menerus diperbaiki baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya. Adanya pendidikan dasar 9 tahun menunjukkan bahwa pemerintah berusaha
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tujuan dari pendidikan dasar yaitu memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota
Universitas Sumatera Utara
umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Program Wajib Belajar pada hakikatnya merupakan upaya sistematis pemerintah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, sehingga dapat
berpartisipasi aktif dalam keseluruhan pembangunan nasional serta adaptif dalam penyerapan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK, yang muaranya
adalah mendekatkan pada pencapaian tujuan pembangunan nasional, yakni masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Selain itu, Program Wajib Belajar juga merupakan salah satu pengembangan skenario pendidikan yang dijangkaukan untuk perluasan dan pemerataan
kesempatan belajar bagi setiap warga negara. Kebijakan tersebut merupakan salah satu pengejawantahan isi pasal 31 UUD 1945 ayat 1 yang menyatakan bahwa
setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Juga ayat lainnya dari pasal 31 UUD 1945 yang telah diamandemen.
Hal ini sejiwa dengan Hasil Konferensi Pendidikan untuk Semua Education for All di Jomtien, Thailand, Maret 1990. Konferensi yang dihadiri oleh 1500
peserta dari 155 negara tersebut menegaskan bahwa “pendidikan merupakan hak bagi semua orang dan juga dapat membantu secara meyakinkan orang menjadi
lebih aman, lebih sehat, lebih berhasil, dan lebih berwawasan lingkungan”. Program Wajib Belajar 6 Tahun tersebut telah mampu menghantarkan
Angka Partisipasi Murni Sekolah. Dalam rangka memperluas kesempatan pendidikan bagi seluruh warga negara dan juga dalam upaya meningkatkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia, Pemerintah melalui PP No. 281990 tentang Pendidikan Dasar menetapkan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9
Universitas Sumatera Utara
Tahun. Orientasi dan prioritas kebijakan tersebut, antara lain: 1 penuntasan anak usia 7-12 tahun untuk Sekolah Dasar SD, 2 penuntasan anak usia 13-15 tahun
untuk SLTP, dan 3 pendidikan untuk semua educational for all. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun diharapkan mampu
mengantarkan manusia Indonesia pada pemilikan kompetensi Pendidikan Dasar, sebagai kompetensi minimal. Kompetensi Pendidikan Dasar yang dimaksudkan,
mengacu pada kompetensi yang termuat dalam Pasal 13 UU No. 21989 yaitu kemampuan atau pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup
dalam masyarakat serta untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi pendidikan menengah.
Hal ini juga relevan dengan unsur-unsur kompetensi pendidikan dasar yang harus dikuasai lulusan seperti yang diidentifikasi oleh The International
Development Research Center, meliputi: 1 kemampuan berkomunikasi; 2 kemampuan dasar berhitung; 3 pengetahuan dasar tentang negara, budaya, dan
sejarah; 4 pengetahuan dan keterampilan dasar dalam bidang kesehatan, gizi, mengurus rumah tangga, dan memperbaiki kondisi kerja; dan 5 kemampuan
berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat, memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara, bersikap
dan berpikir kritis, serta dapat memanfaatkan perpustakaan, buku-buku bacaan, dan siaran radio. Program wajib belajar 9 tahun yang didasari konsep “pendidikan
dasar untuk semua” universal basic education, juga sejalan dengan Piagam PBB tentang Hak Asasi Manusia, tentang Hak Anak, dan tentang Hak dan Kewajiban
Pendidikan Anak.
Universitas Sumatera Utara
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut maka pemerintah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta
didik pada tingkat pendidikan dasar SDMI dan SMPMTs serta satuan pendidikan yang sederajat.
Dengan adanya pengurangan subsidi bahan bakar minyak, amanat undang-undang dan upaya percepatan penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun yang
bermutu, Pemerintah melanjutkan pemberian Bantuan Operasional Sekolah BOS bagi SDMISDLB, SMPMTsSMPLB NegeriSwasta dan Pesantren Salafiyah
serta sekolah keagamaan non Islam setara SD dan SMP yang menyelenggarakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.
Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikirannya dapat dijelaskan secara teoritis antara variabel terikat dependent variabel dan variabel bebasnya
independent variabel. Sebelum melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian dana BOS untuk peningkatan prestasi siswa SMP di Kota Medan ini,
penulis melakukan berbagai telaah yang menghubungkan variabel-variabel penelitian ini dengan peningkatan mutu guru. Dimana peningkatan prestasi siswa
mutu siswa dan mutu guru di Kota Medan sebagai variabel terikat dipengaruhi oleh penggunaan dari dana BOS, antara lain pembelian buku teks pelajaran yang
rusak, penerimaan siswa baru, kegiatan ekstrakurikuler, biaya ulangan dan ujian, bantuan biaya transportasi, seragam, sepatu dan alat tulis siswa miskin,
pembayaran honor guru honorer, pembelian komputer dan printer, serta
Universitas Sumatera Utara
pengembangan profesi guru variabel bebas. Kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut :
PERUNTUKAN DANA BOS
Keterangan Gambar :
Peruntukan Dana BOS : •
X1 : Anggaran pembelian buku teks pelajaran yang rusak •
X2 : Anggaran penerimaan siswa baru •
X3 : Anggaran kegiatan ekstrakurikuler •
X4 : Anggaran biaya ulangan dan ujian
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
X6
X7
X8 X1
X2
X5 X3
X4
Y1 Y2
Universitas Sumatera Utara
• X5 : Anggaran bantuan transportasi, seragam, sepatu, alat tulis siswa
miskin •
X6 : Anggaran pembelian printer dan komputer •
X7 : Anggaran pembayaran honor guru honorer •
X8 : Anggaran pengembangan profesi guru •
Y1 : Mutu Guru •
Y2 : Prestasi Siswa
2.4. Hipotesis