Gerakan Nasional Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun

2.1.2. Gerakan Nasional Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun

Pembangunan pendidikan nasional diarahkan untuk meningkatkan pemerataan kesempatan pendidikan, mutu, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan. Sebagai wujud komitmen pemerintah terhadap pembangunan pendidikan, pada tahun 1994 pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 9 tahun compulsory basic education. Menurut PP No. 47 Tahun 2008 pasal 1 dan pasal 2 disebutkan bahwa : Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Wajib belajar berfungsi mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara Indonesia.Wajib belajar bertujuan memberikan pendidikan minimal bagi warga negara Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di dalam masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kebijakan pelaksanaan program wajib belajar minimal untuk tingkat pendidikan dasar, selain untuk memenuhi tuntutan konstitusi juga untuk memenuhi komitmen global, Millennium Development Goals MDGs yang menargetkan pada tahun 2015 semua negara telah mencapai APK pendidikan dasar 100. Wajar dikdas 9 tahun adalah prasyarat yang harus dipenuhi agar semua manusia Indonesia bisa menjadi pembelajar sepanjang hayat. Berdasarkan target dari MDGs dalam hal pendidikan, yaitu menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan di manapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun ditargetkan selesai pada tahun 20082009. Indikator utama penuntasan Universitas Sumatera Utara Wajir Dikdas adalah pencapaian Angka Partisipasi Kasar APK SMP secara nasional mencapai 95 pada tahun 20082009. Dari sisi jumlah siswa, pemerintah bersama masyarakat harus mampu menyediakan layanan pendidikan terhadap sekitar1,9 juta anak usia 13-15 tahun yang selama ini belum memperoleh kesempatan belajar di SMPMTssederajat. Penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun harus merupakan program bersama antara pemerintah, swasta, dan lembaga-lembaga sosial serta masyarakat. Upaya- upaya untuk menggerakkan semua komponen bangsa melalui gerakan nasional dengan pendekatan budaya, sosial, agama, birokrasi, legal formal perlu dilakukan untuk menyadarkan mereka yang belum memahami arti pentingnya pendidikan dan menggalang partisipasi masyarakat untuk mensukseskan program nasional tersebut. Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun memperhatikan pelayanan yang adil dan merata bagi penduduk yang menghadapi hambatan ekonomi dan sosial budaya yaitu penduduk miskin, memiliki hambatan geografis, daerah perbatasan, dan daerah terpencil, maupun hambatan atau kelainan fisik, emosi, mental serta intelektual peserta didik. Untuk itu, diperlukan strategi yang lebih efektif antara lain dengan membantu dan mempermudah mereka yang belum sekolah, putus sekolah, serta lulusan SDMISDLB yang tidak melanjutkan ke SMPMTsSMPLB yang masih besar jumlahnya, untuk memperoleh layanan pendidikan. Disamping itu, akan dilakukan strategi yang tepat untuk meningkatkan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, khususnya pada masyarakat yang menghadapi hambatan tersebut. Universitas Sumatera Utara Penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun akan menambah jumlah lulusan SMPMTsSMPLB setiap tahunnya, sehingga juga akan mendorong perluasan pendidikan menengah. Tujuan utama dilaksanakannya gerakan nasional penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun ini adalah :  Mendorong anak-anak usia 13-15 tahun agar masuk sekolah baik di SMPMTs maupun pendidikan lainnya yang sederajat.  Meningkatkan angka partisipasi anak untuk masuk sekolah SMPMTs terutama di daerah yang jumlah anak tidak bersekolah SMPMTs masih tinggi.  Menurunkan angka putus sekolah SMPMTs atau sederajat.  Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mensukseskan penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.  Meningkatkan peran serta organisasi kemasyarakatan dalam mensukseskan gerakan nasional penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun.  Meningkatkan peran, fungsi, dan kapasitas pemerintah pusat, pemerintah propinsi, kabupatenkota dan kecamatan dalam penuntasan wajib belajar di daerah masing-masing. Adapun sasaran gerakan penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun adalah untuk :  Anak usia SMPMTs atau yang sederajat 13-15 tahun yang belum belajar di SMPMTs atau sederajat.  Anak kelas VI SD yang karena alasan ekonomi dikhawatirkan tidak dapat melanjutkan ke SMPMTs atau yang sederajat.  Anak putus sekolah SMPMTs atau sederajat. Universitas Sumatera Utara Untuk belajar di SMPMTs atau yang sederajat, anak-anak usia SMP dapat memilih sekolah yang sesuai dengan pilihan dan kesempatan yang dimiliki, seperti :  SMP Negeri atau SMP Swasta biasa.  SD-SMP Satu Atap.  SMP Terbuka.  MTs Negeri atau MTs Swasta atau sekolah lainnya yang sederajat.  Pondok Pesantren Salafiyah yang menyelenggarakan program Wajib Belajar. Anak usia 13-15 tahun yang sekolah dapat memperoleh bantuan keuangan untuk mengikuti pendidikan sebagai berikut:  Semua anak SMPMTs atau sederajat dapat memperoleh Bantuan Operasional Sekolah BOS dengan prioritas kepada siswa yang tidak mampu sebesar Rp. 324.500,-siswatahun. BOS diserahkan pengelolaannya kepada sekolah.  Beasiswa retrieval, sebesar Rp. 1.000.000,-siswatahun untuk tahun pertama dan Rp. 500.000,-siswatahun bagi anak putus sekolah SMPMTs.  Beasiswa transisi bagi siswa kelas VI SDMi atau sederajat karena alasan ekonomi terancam tidak dapat melanjutkan pendidikan ke SMPMTs. Besar beasiswa transisi adalah Rp. 1.000.000,-siswatahun.  Beasiswa untuk siswa SMP Terbuka sebesar Rp. 240.000,-siswatahun. Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun adalah program nasional. Oleh karena itu untuk mensukseskan program ini perlu kerjasama yang menyeluruh antara :  Pemerintah Pusat. Universitas Sumatera Utara  Dinas Pendidikan Propinsi  Dinas Pendidikan Kabupatenkota  Dinas Pendidikan Kecamatan  Kelurahan Disamping itu masyarakat dan organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan, seperti Dharma Wanita, PKK, Bhayangkari, Dharma Pertiwi, dan lainnya diharapkan tetap meningkatkan partisipasinya dalam penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun. Sesuai dengan Rencana Strategis Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 – 2014, program wajib belajar 9 tahun bertujuan untuk meningkatkan pemerataan dan perluasan pelayanan pendidikan dasar yang bermutu dan terjangkau baik melalui jalur formal maupun non formal yang mencakup Sekolah Dasar dan Madrasyah Ibtidaiyah serta PNF kesetaraan Sekolah Dasar, SMP, dan Pendidikan Non Formal kesetaraan SMP sehingga anak usia 7 -15 tahun dapat memperoleh pendidikan setidak-tidaknya sampai sekolah menengah pertama atau sederajat. Sementara sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun ini adalah terlaksananya pemerataan, perluasan dan wajib belajar 9 tahun dan dengan program tersebut diharapkan dapat meningkatkan Angka Partisipasi Kasar APK dan Angka Partisipasi Murni APM setiap jenjang pendidikan, berkurangnya angka putus sekolah, meningkatnya angka melanjut ke jenjang yang lebih tinggi serta tuntasnya wajib belajar 9 tahun. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun diharapkan mampu mengantarkan manusia Indonesia pada pemilikan kompetensi Pendidikan Dasar, sebagai kompetensi minimal. Kompetensi Pendidikan Dasar yang dimaksudkan, Universitas Sumatera Utara mengacu pada kompetensi yang termuat dalam Pasal 13 UU No. 21989 yaitu kemampuan atau pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi pendidikan menengah. Dalam melaksanakan wajib belajar sembilan tahun, ada beberapa pendekatan yang dilakukan sebagai strategi pelaksanaannya, antara lain: a Pendekatan Budaya Sosialisasi wajib belajar dilakukan dengan memanfaatkan budaya yang berkembang di daerah tersebut; misalnya daerah yang masyarakatnya senang dengan seni, maka pesan-pesan wajib belajar dapat disisipkan pada gelar seni. Masyarakat yang sangat menghormati adat, maka tokoh adat dilibatkan dalam pemikiran dan pelaksanaan sosialisasi Wajar Dikdas sembilan tahun yang bermutu. Sanksi adat biasanya lebih disegani dari pada sanksi hukum. b Pendekatan Sosial Sosialisasi Wajar Dikdas sembilan tahun yang bermutu perlu memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Bila dalam masyarakat ada tokoh yang disegani dan bisa menjadi panutan, maka tokoh ini perlu dilibatkan dalam sosialisasi. Tokoh masyarakat ini bisa berasal dari tokoh formal, maupun tokoh non formal. Pada masyarakat ekonomi lemah, sosialisasi dilakukan dengan memberikan informasi tentang pelayanan pemerintah untuk pendidikan, misalnya BOS ataupun beasiswa. Bila anak sibuk membantu kerja orangtua, anak tidak harus berhenti bekerja, tetapi disampaikan jenis pendidikan alternatif yang bisa diikuti oleh anak yang bersangkutan, misalnya SMP Terbuka atau program Paket B. Universitas Sumatera Utara c Pendekatan Agama Pada daerah tertentu ada yang masyarakatnya sangat agamis dan sangat mentaati ayat-ayat suci. Untuk daerah seperti ini peran para tokoh agama sangat sesuai. Dengan mengutip ayat-ayat suci, maka konsep wajib belajar lebih mudah diikuti. Untuk ini motto “belajar adalah ibadah” yang didasarkan atas kajian yang sangat mendalam oleh para tokoh agama dapat diangkat menjadi motto dalam sosialisasi Wajar Dikdas sembilan tahun yang bermutu. d Pendekatan Birokrasi Pendekatan birokrasi ialah upaya memanfaatkan sistem pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Pembentukan tim koordinasi di tingkat pusat, provinsi, kabupatenkota, dan kecamatan merupakan salah satu bentuk pendekatan birokrasi. Birokrasi ditempuh karena dengan pendekatan ini lebih mudah diperoleh berbagai faktor penunjang baik tenaga, sarana, maupun dana. Namun demikian pendekatan ini akan lebih berhasil bila digabung dengan pendekatan yang lain. e Pendekatan Hukum Pendekatan hukum ialah pendekatan yang hanya digunakan untuk daerah yang masyarakatnya memiliki kesadaran terhadap pendidikan sangat rendah dan tingkat resistensinya tinggi. Program Wajib Belajar Sembilan Tahun sampai saat ini masih memberlakukan konsep “universal basic education” dan belum menerapkan konsep “compulsary education”. Artinya, program wajib belajar baru sebatas himbauan tanpa diikuti sanksi hukum. Namun jika diperlukan, UU Nomor 20 tahun 2003, memberi kemungkinan kepada pemerintah untuk menerapkan konsep “compulsary education”, sehingga Universitas Sumatera Utara berkonsekuensi adanya sanksi hukum bagi yang tidak mau melaksanakan tanggung jawabnya terhadap program wajib belajar, baik pemerintah, pemerintah daerah, orangtua, maupun peserta didik. Untuk mempercepat akselerasi penuntasan wajib belajar, pada tahun 2006 pemerintah menerbitkan Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara 2.1.3. Program Bantuan Operasional Sekolah BOS dan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Yang Bermutu . Inpres ini menginstruksikan kepada para Menteri terkait, Kepala BPS, Gubernur, Bupati dan Walikota untuk memberikan dukungan dan mensukseskan program pemerintah dimaksud. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7 – 15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan pada ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggungjawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Konsekuensi dari amanat Undang-undang tersebut adalah pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar SD dan SMP serta satuan pendidikan lain yang sederajat. Universitas Sumatera Utara Pengaturan mengenai pendanaan pendidikan dalam Pasal 46, Pasal47, Pasal 48, dan Pasal 49, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disusun berdasarkan semangat desentralisasi dan otonomi satuan pendidikan dalam perimbangan pendanaan pendidikan antara pusat dan daerah. Dengan demikian pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah untuk menyediakan anggaran pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan,dan keberlanjutan. Dalam rangka memenuhi tanggung jawab pendanaan tersebut, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumberdaya yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang dikelola berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Sejak Juli 2005 yang lalu, pemerintah memunculkan kebijakan strategis, sebagai langkah serius, nyata dan urgen untuk mewujudkan wajib belajar wajar 9 tahun, yaitu Program Bantuan Operasional Sekolah BOS. Kebijakan stretegis itu dimaksudkan untuk pemerataan sekaligus penyegaran kembali akan pentingnya kesadaran pendidikan yang terjangkau murah dan bermutu bagi semua anak negeri di tanah air. Cita-cita dan amanat UUD 1945 yang menjadi payung hukum tertinggi di negeri ini serta UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas sebagai pijakan pemerintah, melalui Kemendiknas agar semua warga negara berusia 7-15 tahun atau setingkat SD hingga SMP wajib memperoleh hak untuk mendapat pendidikan. Hal ini selaras dengan misi dunia bahwa pendidikan adalah untuk Universitas Sumatera Utara semua education for all yang menembus batas benua, negara, pulau, etnis, ras, suku, dan agama. Perbedaan geografis bangsa Indonesia yang begitu majemuk, mengakibatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat atau daerah tidak dapat berkembang secara pesat dan merata. Faktor perbedaan sosial-ekonomi itulah sebagai salah satu kendala utama, selain faktor-faktor lain, dalam rangka menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Sebagai upaya menjembatani perbedaan itu dan ditambah dengan jumlah masyarakat kurang mampu miskin yang tidak sedikit, pemerintah melalui Kemendiknas memberikan program BOS guna pemenuhan kebutuhan belajar mengajar siswa yang diterimakan langsung ke semua sekolah tingkat dasar SDSMP. Artinya, program BOS mendorong agar semua warga negara Indonesia mengenyam pendidikan sekurang-kurangnya tingkat dasar. Salah satu indikator penuntasan program Wajar Dikdas 9 tahun di ukur dengan Angka Partisipasi Kasar APK tingkat SMP. Pada tahun 2009 APK SMP telah mencapai 98,11, sehingga dapat dikatakan bahwa program wajar 9 tahun telah tuntas sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan. Program Bantuan Operasional Sekolah BOS yang dimulai sejak bulan Juli 2005, telah berperan besar dalam percepatan pencapaian program Wajar 9 Tahun tersebut. Bantuan Operasional Sekolah BOS adalah merupakan program pemerintah yang diberikan dalam bidang pendidikan untuk menjamin terlaksananya program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Ukuran penuntasan wajib belajar pendidikan dasr 9 tahun adalah apabila Angka Partisipasi Kasar APK sudah mencapai 95. Semula pemerintah menargetkan program penuntasan wajar Universitas Sumatera Utara dikdas 9 tahun ini pada tahun 20082009, namun karena terjadinya krisis pada tahun 1997 banyak peserta didik dari keluarga kurang mampu tidak dapat mengikuti sekolah lagi. Bantuan Operasional Sekolah adalah bantuan yang diberikan pemerintah untuk menjamin terlaksananya program wajib belajar. Program Bantuan Operasional Sekolah BOS yang dilaksanakan sekarang ini merupakan program tersendiri yang dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. Program BOS meskipun ditujukan terutama dalam rangka perluasan akses dan pemerataan pendidikan, diharapkan dapat mendukung peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing, serta peningkatan tata kelola dan pencitraan pendidikan yang positif di hadapan publik dalam rangka wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi dan wilayah geografis Indonesia yang sangat luas, dengan latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi penduduk yang heterogen. Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Sedangkan sasaran program BOS adalah semua sekolah SD dan SMP, termasuk Sekolah Menengah Pertama Terbuka SMPT, dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri TKBM yang diselenggarakan oleh masyarakat baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia. Besar biaya satuan BOS yang diterima oleh sekolah termasuk untuk BOS Buku, dihitung berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan pertahunnya sebagai berikut : a. SDSDLB di kota : Rp. 400.000,-siswa Universitas Sumatera Utara b. SDSDLB di kabupaten : Rp. 397.000,-siswa c. SMPSMPLB di kota : Rp. 575.000,-siswa d. SMPSMPLB di kabupaten : Rp. 570.000,-siswa Dari rentang waktu lima tahun terakhir, besaran program BOS dari tahun 2005 hingga tahun 2009 telah mengalami peningkatan secara signifikan. Program BOS merupakan program yang sebanding lurus dengan kebijakan pemerintah yang mengalokasikan anggaran pendidikan 20 dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN, sebagai amanat Undang-Undang Dasar 1945. Manfaatnya, lebih dari 30 juta murid SDMI dan 12,5 juta SMPMTs telah merasakan program BOS yang hasilnya sangat positif untuk pengentasan wajib belajar 9 tahun. Bahkan, menurut laporan Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, penuntasan program wajar 9 tahun mengalami peningkatan secara signifikan, yaitu mencapai 98,11 Angka Partisipasi Kasar APK. Prestasi ini melebihi target dari yang dirancang sebelumnya, yakni untuk menuntaskan wajar 9 tahun paling lambat tahun 2015. Program BOS dinilai menghasilkan kemajuan yang pesat. Secara riil, indikator keberhasilan program BOS adalah mampu mengurangi beban orangtua untuk biaya pendidikan anaknya, sehingga menurunkan angka putus sekolah drop out, mengurangi angka mengulang kelas, meminimalisir tingkat ketidak hadiran, dan meningkatkan angka melanjutkan dari SDMI ke SMPMTs. Universitas Sumatera Utara Dana BOS digunakan untuk 1. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru: biaya pendaftaran penggandaan formulir, administrasi pendaftaran, dan pendaftaran ulang. 2. Pembelian buku teks pelajaran dan buku referensi untuk dikoleksi di perpustakaan. 3. Pembelian bahan-bahan habis pakai: buku tulis, kapur tulis, pensil, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langganan koran, gula, kopi dan teh untuk kebutuhan sehari-hari disekolah. 4. Pembiayaan kegiatan kesiswaan: program remedial, program pengayaan, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja dan sejenisnya. 5. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan hasil belajar siswa. 6. Pengembangan profesi guru: pelatihan, KKGMGMP dan KKKSMKKS. 7. Pembiayaan perawatan sekolah: pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela, perbaikan meubiler dan perawatan lainya 8. Pembiayaan langganan daya dan jasa: listrik, air, telepon, termasuk untuk pemasangan baru jika sudah ada jaringan di sekitar sekolah. 9. Pembayaran honorarium guru dan tenaga kependidikan honorer sekolah yang tidak dibiaya Pemerintah danatau Pemerintah Daerah. Tambahan insentif bagi kesahjeteraan guru PNS ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah. 10. Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin. Universitas Sumatera Utara 11. Khusus untuk pesantren salafiyah dan sekolah beragama non Islam, dana BOS dapat digunakan untuk biaya asramapondokan dan membeli peralatan ibadah. 12. Pembiayaan pengelolaan BOS: ATK, penggandaaan, surat menyurat dan penyusunan laporan. 13. Bila seluruh komponen di atas telah terpenuhi pendanaannya dari BOS dan masih terdapat sisa dana maka sisa dana BOS tersebut dapat digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran dan mebeler sekolah. Penggunaan dana BOS untuk transportasi dan uang lelah bagi guru PNS diperbolehkan hanya dalam rangka penyelenggaraan suatu kegiatan besaransatuan biaya untuk keperluan di atas harus mengikuti batas kewajaran. 14. Penggunaan dana BOS untuk transportasi dan uang lelah bagi guru PNS diperbolehkan hanya dalam rangka penyelenggara suatu kegiatan sekolah selaian kewajiban jam mengajar. Besaran atau satuan biaya untuk keperluan di atas harus mengikuti batas kewajaran. Dana BOS tidak boleh digunakan untuk : 1. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan 2. Dipinjamkan kepada pihak lain. 3. Membayar bonus, transportasi, atau pakaian yang tidak berkaitan dengan kepentingan murid 4. Membangun gedungruangan baru 5. Membeli bahanperalatan yang tidak mendukung proses pembelajaran 6. Menanamkan saham Universitas Sumatera Utara 7. Membiayai segala jenis kegiatan yang telah dibiaya dari sumber dana pemerintahan pusat atau daerah, misalnya guru kontrakguru bantu dan kelebihan jam mengajar. BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasional dan personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Meskipun tujuan utama dari program BOS adalah untuk pemerataan dan perluasan akses, program BOS juga merupakan program untuk meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing serta untuk tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. Melalui program BOS yang terkait dengan pendidikan dasar 9 tahun, maka diharapkan BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu, melalui BOS tidak boleh ada siswa miskin putus sekolah karena tidak mampu membayar iuranpungutan yang dilakukan oleh sekolah, dan anak lulusan SD harus diupayakan kelangsungan pendidikannya ke sekolah setingkat SMP. Tidak boleh lagi ada tamatan SDsederajat tidak dapat melanjutkan ke SMPsederajat. Peningkatan mutu dan daya saing pendidikan diarahkan untuk mewujudkan proses dan keluaran pendidikan yang bermutu. Mewujudkan mutu pendidikan bukan hal yang mudah apalagi bila dikaitkan dengan fungsi dan tujuan seperti tertulis dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Namun capaian pembangunan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah seperti nilai ujian nasional siswa, jumlah guru yang telah memenuhi kualifikasi, jumlah Sekolah Bertaraf Internasional SBI atau Rintisan Universitas Sumatera Utara SBI RSBI, dan jumlah perolehan medali pada berbagai olimpiade ilmiah Internasional dapat dijadikan indikator kinerja. Melalui program BOS yang terkait dengan pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu, setiap pengelola program pendidikan harus memperhatikan hal-hal berikut : a. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu; b. BOS harus memberi kepastian bahwa tidak ada siswa miskin putus sekolah karena alasan finansial seperti tidak mampu membeli baju seragamalat tulis sekolah dan biaya lainnya; c. BOS harus menjamin kepastian lulusan setingkat SD dapat melanjutkan ke tingkat SMP; d. Kepala sekolah SDSDLB menjamin semua siswa yang akan lulus dapat melanjutkan ke SMPSMPLB; e. Kepala sekolah berkewajiban mengidentifikasi anak putus sekolah di lingkungannya untuk diajak kembali ke bangku sekolah; f. Kepala sekolah harus mengelola dana BOS secara transparan dan akuntabel; g. BOS tidak menghalangi siswa, orang tua yang mampu, atau walinya memeberikan sumbangan sukarela yang tidak mengikat kepala sekolah. Sumbangan sukarela dari orangtua siswa harus bersifat ikhlas, tidak terikat waktu dan tidak ditetapkan jumlahnya, serta tidak mendiskriminasikan mereka yang tidak memberikan sumbangan. Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah MBS