Linton 1940, yang mengartikan kebudayaan sebagai:

18 Kepemimpinan Dalam Keragaman Budaya tenaga alam terutama alam manusia, sehingga merupakan suatu kesatuan harmonis. Secara garis besar kebudayaan dapat dibagi menjadi 2 dua kelompok, yaitu: 1 kebudayaan sebagai sistem pengetahuan; 2 kebudayaan sebagai sistem makna terhadap simbol- simbol. Beberapa konsep kebudayaan sebagai sistem pengetahuan, antara lain dikemukakan oleh: 1. Tylor 1871, yang mengartikan kebudayaan sebagai: Suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

2. Linton 1940, yang mengartikan kebudayaan sebagai:

Keseluruhan dari pengetahuan sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. 3. Kroeber dan Kluckhohn 1952, yang mengartikan kebudayaan sebagai: Pola, baik eksplisit maupun implisit, tentang dan untuk perilaku yang dipelajari dan diwariskan melalui simbol-simbol, yang merupakan prestasi khas manusia, termasuk perwujudannya dalam benda-benda budaya. 4. Suparlan 1986, yang bersumber dari Spradley 1972 mengemukakan bahwa: kebudayaan adalah keseluruhan Modul Diklatpim Tingkat III 19 pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial, yang isinya adalah perangkat-perangkat, model-model pengetahuan yang secara selektif dapat dipergunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapinya, serta untuk mendorong dan menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukan. Konsep kebudayaan sebagai sistem makna terhadap simbol- simbol, dikemukakan antara lain oleh Geertz, 1974 dalam Wahyu, 2005. Ia mengartikan kebudayaan sebagai: Jaringan-jaringan makna yang diciptakan oleh menusia itu sendiri. Dan analisis terhadap makna ini bukanlah merupakan ilmu eksperimental, melainkan sebuah ilmu interpretatif untuk mencari makna. Sebagai dasar konsepnya ini Geertz meminjam teori Max Weber, yang mengatakan bahwa manusia adalah seekor binatang yang bergantung pada jaringan-jaringan makna yang ditenunnya sendiri. Meskipun Geertz mengartikan kebudayaan sebagai simbol- simbol yang diberi makna oleh pemakainya sendiri, yang diacu sebagai pendekatan verstehen atau secara teknis dikatakan sebagai analisis emik, namun ia masih tetap menggunakan ilmu untuk dapat menginterpretasikan makna dan simbol-simbol tersebut, yang tentu saja merupakan hasil belajar. Dengan alasan ini penulis lebih cenderung melihat kebudayaan sebagai pe- ngetahuan manusia yang dipelajari. 20 Kepemimpinan Dalam Keragaman Budaya Untuk dapat memahami uraian tentang kebudayaan dalam tulisan ini, penulis ingin menegaskan bahwa pengertian kebudayaan yang digunakan dalam buku ini adalah konsep yang dikemukakan oleh Suparlan 1986 dan Spradley 1972. Seperti dikemukakan di atas, dalam pembahasan buku ini kebudayaan dilihat sebagai suatu sistem pengetahuan, yaitu pengetahuan kebudayaan yang dimiliki oleh setiap individu sebagai makhluk sosial. Dengan berpedoman kepada pengetahuan kebudayaan yang dimilikinya manusia melakukan interpretasi terhadap sesuatu objek, dan dengan mengacu kepada pengetahuan itu pula, manusia bertindak terhadap objek tersebut sesuai dengan kebutuhannya.

E. Terbentuknya Perilaku