Terlaksananya pengendalian pemanfaatan ruang kota yang

gas sektor transportasi antara Direktorat Jenderal Minyak dan dan Gas Bumi Kementerian ESDM RI dan kontraktor penghasil migas tanggal 23 April 2012, wilayah Jabodetabek telah mendapat alokasi sebesar 23,1 mmscfd dengan harga jual BBG transportasi di tingkat SPBG di wilayah Jabotabek sesuai Peraturan Menteri ESDM RI Nomor 2932k12MEM2010 sebesar Rp. 3100 per LSP Liter Setara Premium, namun harga tersebut tidak menarik bagi investor sedangkan kebutuhan gas transportasi di Jakarta harus terpenuhi terutama untuk memenuhi kebutuhan gas bus transjakarta. Untuk itu Pemerintah Daerah melalui Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta melakukan upaya agar kebutuhan energi berupa gas untuk keperluan transportasi bisa terpenuhi melalui koordinasi dan pemantauan pembangunan SPBG yang dilakukan oleh BUMN BUMD atau pun pihak swasta.

5. Terlaksananya pengendalian pemanfaatan ruang kota yang

konsisten Pembangunan kota seringkali dihadapkan pada masalah keterbatasan lahan, sementara kebutuhan pembangunan terus meningkat. Pemanfaatan ruang kota seringkali melebihi kapasitas daya dukungnya dan tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang ada. Permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan penataan ruang adalah peningkatan efektivitas RTRW sebagai instrumen pembangunan yang secara konsisten digunakan untuk mewujudkan ruang kota yang aman, nyaman dan berkualitas. Untuk itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan satu sasaran, yaitu “Terlaksananya pengendalian pemanfaatan ruang kota yang konsisten”. Sasaran Terlaksananya pengendalian pemanfaatan ruang kota yang konsisten diukur dengan IKU “Persentase rencana bangunan gedung yang lulus sidang Tim Ahli dan Persentase pembongkaran bangunan yang tidak sesuai persil”, dengan Capaian indikator kinerja rata-rata tahun 2014 sebesar 88. LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014 III-15 Indikator kinerja sasaran beserta target dan realisasi capaiannya diuraikan dalam tabel berikut: Tabel 3.7 Capaian IKU persentase rencana bangunan gedung yang lulus sidang Tim Ahli dan Presentase pembongkaran bangunan yang tidak sesuai NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI 1 Persentase rencana bangunan gedung yang lulus sidang Tim Ahli 100 100 100 2 Persentase pelanggaran bangunan gedung yang ditertibkan 40 31 77 Rata-rata capaian kinerja 88 Untuk mencapai sasaran ini dilaksanakan berbagai program dan kegiatan senilai Rp.8.144.648.500 atau 86,50 dari Rp.9.415.686.000 anggaran yang disediakan, dengan sumber daya manusia sebanyak 15.143 OH. Dari sebanyak 232 rencana bangunan yang telah diterbitkan nota persetujuan teknis pada tahun 2014 semuanya telah lulus sidang ahli pada tahun 2014 atau tercapai 100, sedangkan jumlah bangunan yang dibongkar karena melanggar persil pada tahun 2014 sebanyak 1.054 dari jumlah Surat Perintah SP membongkar sendiri oleh pemilik bangunan sebanyak 3.402 sehingga mencapai 31 . Realisasi Persentase rencana bangunan gedung yang lulus sidang Tim Ahli tahun 2014 sebesar 100, dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 sebesar 100, sehingga tidak ada penurunankenaikan. Dengan demikian realisasi tahun 2014 sudah mencapai target pada akhir periode Renstra tahun 2017 adalah 100. Realisasi Persentase pelanggaran bangunan gedung yang ditertibkan tahun 2014 sebesar 31, dibandingkan tahun 2013 sebesar 46, maka terdapat penurunan sebesar 15. Sedangkan target pada akhir periode Renstra tahun 2017 adalah 70, sehingga masih ada target 39 yang harus dipenuhi hingga akhir target Renstra tahun 2017. Hambatan tidak tercapainya target karena masih terdapat permasalahan pelayanan yaitu : LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014 III-16 a. Belum optimalnya pengenaan sanksi terhadap pelanggaran penyelenggaraan bangunan gedung, disebabkan : 1 Keterbatasan jumlah SDM dalam melaksanakan pengenaan sanksi terhadappelanggaran penyelenggaraan bangunan gedung. 2 Harga satuan biaya bongkar yang tidak sesuai dengan risiko dan kondisi prakteknya dilapangan 3 Belum tersedianya tata laksana pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelanggaran penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pelaksanaan penyidikan oleh PPNS j. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap peraturan penyelenggaraan bangunan gedung yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, disebabkan : 1 Ketidaktahuan masyarakat terhadap informasi Rencana Tata Ruang Wilayah. 2 Ketidaksiapan Pemerintah Daerah dalam membebaskan lahan milik masyarakat yang terkena Rencana Tata Ruang Wilayah. Kegiatan terkait dengan pencapaian indikator kinerja utama tersebut antara lain Pelaksanaan Sidang Konsultasi Bidang Perencanaan Bangunan Gedung oleh Tim Ahli TPAK, TPKB dan TPIB dan Pengenaan Sanksi Pelanggaran Bangunan Gedung dan Bangunan di lima 5 wilayah Kota Administrasi dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

6. Tersedianya Sistem Transportasi Perkotaan yang Terpadu