Tersedianya Sistem Transportasi Perkotaan yang Terpadu

a. Belum optimalnya pengenaan sanksi terhadap pelanggaran penyelenggaraan bangunan gedung, disebabkan : 1 Keterbatasan jumlah SDM dalam melaksanakan pengenaan sanksi terhadappelanggaran penyelenggaraan bangunan gedung. 2 Harga satuan biaya bongkar yang tidak sesuai dengan risiko dan kondisi prakteknya dilapangan 3 Belum tersedianya tata laksana pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelanggaran penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pelaksanaan penyidikan oleh PPNS j. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap peraturan penyelenggaraan bangunan gedung yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, disebabkan : 1 Ketidaktahuan masyarakat terhadap informasi Rencana Tata Ruang Wilayah. 2 Ketidaksiapan Pemerintah Daerah dalam membebaskan lahan milik masyarakat yang terkena Rencana Tata Ruang Wilayah. Kegiatan terkait dengan pencapaian indikator kinerja utama tersebut antara lain Pelaksanaan Sidang Konsultasi Bidang Perencanaan Bangunan Gedung oleh Tim Ahli TPAK, TPKB dan TPIB dan Pengenaan Sanksi Pelanggaran Bangunan Gedung dan Bangunan di lima 5 wilayah Kota Administrasi dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

6. Tersedianya Sistem Transportasi Perkotaan yang Terpadu

dan Memadai untuk Melayani Pergerakan Orang dan Barang Tingginya kebutuhan perjalanan untuk masyarakat DKI Jakarta rata- rata sebesar 21,9 juta perjalananhari dan untuk kendaraan bermotor sebesar 15,3 juta perjalananhari. Jumlah kendaraan bermotor DKI Jakarta sebanyak 7,3 unit pada tahun 2010, dimana kendaraan pribadi 98,8 dan kendaraan umum 1,2, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5 per tahun. Panjang jalan di DKI Jakarta yaitu 6.549 km dengan pertumbuhan LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014 III-17 0,01 per tahun. Untuk itu diperlukan peningkatan infrastruktur dan menambah sarana transportasi umum perkotaan sebagai upaya utama dalam mengatasi permasalahan kemacetan lalu lintas. Sehingga harus dilakukan strategi Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal seperti yang tertuang pada Rencana Strategis Dinas Perhubungan 2013-2017, yaitu membangun Sistem Angkutan Umum Massal berbasis jalan antara lain melalui pengembangan Busway koridor 13,14, 15. Koridor yang terbangun saat ini sebanyak 12 koridor. Untuk itu Pemerintah DKI menetapkan suatu sasaran, yaitu: “Tersedianya Sistem Transportasi Perkotaan yang Terpadu dan Memadai untuk Melayani Pergerakan Orang dan Barang” Sasaran Tersedianya Sistem Transportasi Perkotaan yang Terpadu dan Memadai untuk Melayani Pergerakan Orang dan Barang diukur dengan IKU “Panjang lintasan busway, jumlah penumpang busway dan headway busway rata-rata”, dengan Capaian indikator kinerja rata-rata tahun 2014 sebesar 69,04. Indikator kinerja sasaran beserta target dan realisasi capaiannya diuraikan dalam tabel berikut: Tabel 3.8 Capaian IKU Panjang Lintasan Busway, Jumlah Penumpang Busway dan Headway Busway rata-rata No Indikator Kinerja Target Realisasi 1 Panjang lintasan busway 247,36 km 210,31 km 85,0 2 2 Jumlah penumpang busway 500.000 orghari 310.597 pnphari 62,1 2 3 Headway busway rata-rata 12 menit 20 menit 60 Rata-rata capaian kinerja 69,0 4 Untuk mencapai sasaran ini dilaksanakan berbagai program dan kegiatan senilai Rp. 885.344.945.961 atau 69 dari Rp. 1.283.187.624.000 anggaran yang disediakan, dengan sumber daya manusia sebanyak 5.412OH. LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014 III-18 Hambatan atau Kendala yang dihadapi dalam pengoperasian Sistem Transportasi Massal dengan Basis JalanBus Rapid Transit BRT sehingga target IKU tidak tercapai adalah: a. Jalur tidak steril. b. Jumlah SPBBG terbatas. c. Jumlah armada kurang. Untuk penanganan jalur yang tidak steril Dinas Perhubungan membentuk Satuan Tugas Satgas sterilisasi jalur busway dengan melibatkan Polisi dan TNI untuk menindak kendaraan selain Bus Transjakarta yang masuk jalur bus busway. Untuk jumlah SPBBG pada saat ini sebanyak 7 lokasi SPBG yang dikelola oleh Pertamina sebanyak 4 lokasi dan 3 lokasi dikelola oleh PGN. Dengan jumlah SPBBG yang sangat terbatas itu mengakibatkan waktu tempuh antar bus headway meningkat karena armada bus harus antri ketika melakukan pengisian Bahan Bakar Gas. Perbandingan realisasi panjang lintasan busway tahun 2014 sebesar 210,31 km meningkat 0.96 km atau dibandingkan realisasi tahun 2013 sebesar 209,35 km, sedangkan untuk realisasi jumlah penumpang busway tahun 2014 sebanyak 310.597 oranghari meningkat 2.316 atau 7 dibandingkan realisasi tahun 2013 sebanyak 308.281 oranghari, serta realisasi headway busway rata-rata tahun 2014 sebanyak 20 menit tetap sama dengan realisasi tahun 2013. Realisasi panjang lintasan busway tahun 2014 sebesar 210,31 km sudah mencapai 81,31 dengan target Renstra 2017 sebesar 258,65 km. Sedangkan jumlah penumpang busway tahun 2014 sebesar 310.597 oranghari sudah mencapai 31,05 dengan target Renstra 2017 sebesar 1.000.000 oranghari. Demikian pula headway busway rata-rata tahun 2014 sebesar 20 menit masih rendah untuk dapat mencapai target Renstra tahun 2017 sebesar 3 menit. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menyusun Pola Transportasi Makro PTM sebagai perencanaan umum pengembangan sistem transportasi di wilayah DKI Jakarta yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 Pasal 2 ayat 3 dan melalui Keputusan LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014 III-19 Gubernur No.84 Tahun 2004 yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 103 Tahun 2007, untuk tahap awal realisasi PTM tersebut dibangun suatu jaringan sistem angkutan umum massal yang menggunakan bus pada jalur khusus Buss Rappid Transsite BRT atau Busway. Pengembangan angkutan massal bertujuan meningkatkan penggunaan angkutan massal dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Kondisi yang ada pada saat ini adalah Sistem TransJakarta BRT memiliki koridor terpanjang di dunia dengan total 210 km; 126 km merupakan jalur khusus bus busway dan sisanya merupakan jalur campur mix traffic. Sistem TransJakarta BRT juga memiliki jumlah halte bus terbanyak di dunia yaitu 224 halte BRT, diikuti Curitiba di Brazil sebanyak 127 halte dan Transmilenio di Bogota, Colombia sebanyak 114 halte. Jumlah armada Bus Transjakarta sebanyak 823 unit terbagi 3 jenis, yaitu: a. 118 unit bus single solar k. 417 unit bus single CNG Compressed Natural Gas l. 288 unit bus articulated CNG Compressed Natural Gas Jumlah tersebut untuk melayani 12 koridor dengan headway 5-20 menit dengan jumlah produksi kilometer tempuh sebanyak 44.000.000 Km per tahun. Jumlah armada yang ada pada saat ini masih jauh dari kebutuhan ideal untuk meningkatkan waktu antar bus Headway menjadi 10 menit sesuai target tahun 2014 dan 3 menit pada tahun 2017. Untuk mencapai headway 3 menit membutuhkan 1.289 unit articulated buss.

7. Tersedianya jaringan jalan dan jembatan dengan kualitas