7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen Konflik
1. Pengertian Manajemen Konflik
Menurut Rahim 2001 manajemen konflik tidak hanya berkaitan dengan menghindari, mengurangi serta menghilangkan konflik, tetapi juga
meliputi perancangan strategi konflik untuk meminimalisir konflik dan meningkatkan fungsi konstruktif konflik. Menurut Ujan, dkk 2011
manajemen konflik adalah membatasi dan menghindari kekerasan dengan merubah perilaku ke arah yang lebih positif bagi pihak-pihak yang terlibat.
Sedangkan menurut Winardi 2007 penyelesaian konflik itu terjadi jika alasan dan penyebab terjadinya konflik dihilangkan, sehingga konflik yang
sama tidak akan terulang lagi. Jadi, secara umum manajemen konflik adalah strategi untuk
meminimalisir, menghindari, serta menghilangkan konflik dan merubah perilaku pihak-pihak yang terlibat ke arah yang lebih positif.
2. Gaya Manajemen Konflik
Individu dapat melakukan berbagai strategi manajemen konflik, strategi yang dapat dilakukan individu menurut Rahim 2001 adalah sebagai
berikut: a. Integrating Style
Gaya manajemen konflik ini berfokus untuk mendapatkan keuntungan maksimum dan seimbang bagi kedua belah pihak yang bertikai.
Universitas Sumatera Utara
Pendekatan dengan gaya manajemen ini berfokus kepada bagaimana kedua belah pihak yang berkonflik berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pemecahan masalah sehingga mendapatkan hasil yang saling menguntungkan.
b. Obliging Style Gaya manajemen konflik ini, individu terlalu memberikan
keuntungankepada pihak dan melupakan kepentingan sendiri. Rahim 2001 juga menyebut gaya ini dengan istilah accomodating style.
Gaya manajemen ini dicirikan dengan pihak yang satu mengalah atau menurut kepada pihak lain sebagai pemecahan masalah.
c. Dominating Style Gaya manajemen konflik ini berfokus untuk mendapatkan keuntungan
bagi satu pihak daripada pihak lainnya.Pada gaya manajemen ini, strategi yang digunakan individu adalah dengan menunjukkan bahwa
pihaknya menguasai pihak lainnya. Dengan demikian, pihak yang lain harus tunduk kepada alternatif yang menguntungkan pihak
individu.Gaya ini dikenal juga dengan competing style. d. Avoiding Style
Gaya manajemen konflik ini tidak memiliki fokus untuk mendapatkan keuntungan bagi pihak manapun. Individu yang menggunakan strategi
ini memilih untuk menghindari konflik yang ada. Gaya manajemen ini dikenal juga dengan suppression.
Universitas Sumatera Utara
e. Compromising Style Gaya manajemen konflik ini berfokus kepada bagaimana kedua belah
pihak dapat menyelesaikan konflik yang ada dengan cara mencari „jalan‟ tengah. Berbeda dengan gaya manajemen konflik integrating,
gaya manajemen konflik seperti ini tidak berfokus pada kesaling- menguntungkan antara dua pihak yang bertikai. Pada gaya ini, dua
pihak yang bertikai sekedar mencari jalan tengah yang melibatkan setiap
pihak merelakan
sebagian kepentingannya,
namun mempertahankan sebagian kepentingannya yang lain. Dalam gaya
manajemen konflik seperti ini, kedua belah pihak pada dasarnya sama- sama tidak mencapai keuntungan penuh, sekaligus juga tidak mencapai
kerugian yang penuh. Gaya manajemen seperti ini cocok diungkapkan
sebagai gaya yang „setengah-setengah‟.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya manajemen konflik