commit to user
penyakit, harga jual padi hibrida turun. Hal ini disebabkan karena persedian di pasaran  terbatas,  sehingga  petani  menjadi  rugi  karena  biaya  produksi  lebih
tinggi dibandingkan harga jual padi hibrida. Adapun perbedaan varietas bernas, arize dan intani 2 dapat di lihat pada Tabel 5.1 sebagai berikut :
Tabel 5.1 Perbedaan Varietas Bernas, Arize dan Intani II
No. Varietas
Tahun Di Lepas
Umur hari
Potensi Hasil
GKG tonha
Rasa Nasi
Ketahanan Terhadap Hama
Penyakit Anjuran
Tanam
1. Bernas
2006 111-112
10 Enak
Agak tahan
terhadap tungro
dan  HDB  strain III, IV dan VIII
SDR-OPT
2. Arize
2003 108-129
10 Enak
Tahan WCK
biotipe 2
dan strain IV, VIII
SDR-OPT3 3.
Intani II 2001
108-116 10
Enak Agak  tahan  WCK
biotipe 3. Agak  tahan  HDB
strain III, IV SDR-OPT
Sumber : Balitbang Deptan 2007 Keterangan :
§  HDB  =  Hawar daun bakteri §  WCK  =  Wereng coklat
Dari  uraian  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  program  BLBU  padi hibrida  di  Kecamatan  Karanganyar  tidak  berhasil  karena  petani  tidak  mau
beralih menggunakan benih padi hibrida. Petani di Kecamtan Karanganyar mau untuk  menggunakan  benih  padi  hibrida,  tetapi  dengan  catatan  menggunakan
varietas arize dan bernas.
B. Mekanisme Penyaluran BLBU Padi Hibrida
Mekanisme  penyaluran  BLBU  diawali  dari  pengajuan  pihak kabupatenkota  dengan  mengusulkan  CPCL  yang  dikuatkan  oleh  SK  Kepala
Dinas  Pertanian  pada  Pemprov  Jateng.  Selanjutnya,  Pemprov  Jateng memverifikasi  CPCL  tersebut  hingga  merekomendasikan  CPCL  yang  akan
menjadi target penerima BLBU yang juga dikuatkan melalui SK Kepala Dinas Pertanian setempat. Data CPCL selanjutnya diberikan pada PT Sang Hyang Sri
SHS  dan  PT  Pertani  dan  tembusannya  diberikan  pada  Dirjen  Tanaman Pangan  Kementan.  SHS  dan  Pertani  adalah  perusahaan  yang  mendapatkan
commit to user
jatah untuk pengadaan dari berbagai jenis bibit, seperti padi non hibrida,  padi lahan  kering,  padi  hibrida,  jagung  hibrida,  dan  kedelai.  Setelah  itu,  SHS  dan
Pertani  lah  yang  akan  berkoordinasi  dengan  Dinas  Pertanian  kabupatenkota untuk  penyaluran  BLBU  yang  telah  ditetapkan  besar  luasan  lahan  yang  akan
mendapatkan bantuan sesuai CPCL.
Sosialisaisi
Sosialisasi
Sosialisasi  Desiminasi
Rembuk
Gambar 5.1 Mekanisme Penetapan Kelompok Tani Penerimaan BLBU
C. Identitas Responden
Identitas  responden  penting  untuk  mengetahui  sebagian  dari  latar belakang  kehidupan  petani.  Identitas  responden  dalam  penelitian  ini  meliputi
nama,  jenis  kelamin,  umur,  jumlah  tanggungan  keluarga  dan  status  petani dalam  penguasaan  lahan.  Adapun  identitas  responden  dapat  dilihat  pada  tabel
5.2 sebagai berikut :
Dinas Propinsi
Dinas KabKota
Kelompok Tani
Petani Verifikasi
Persetujuan CPCL
Verifikasi  CPCL Secara Resmi
DITJEN Perjanjuan dg
BUMN Penyaluran Benih
Sesuai CPCL
commit to user
Tabel 5.2  Identitas Responden
No. Karakteristik Responden
Jumlah Persentase
1. Jenis Kelamin
a.  Laki-Laki b.  Perempuan
50 -
100 -
2. Umur
a.  Usia Produktif 15-59 th b.  Usia Non Produktif  60 th
48 2
96 4
3. Jumlah Anggota Keluarga Keluarga
a.  Sedikit 2-4 orang b.  Sedang 5-7 orang
c.  Banyak 8-10 orang 39
10 1
78 20
2 4.
Status Petani Dalam Penguasaan Lahan a.  Penggarap
b.  Penyewa c.  Pemilik dan Penggarap
8 23
19 16
46 38
Jumlah 50
100
Sumber : Analisis Data Primer 1.  Jenis Kelamin
Semua  responden  dalam  penelitian  ini  adalah  laki-laki.  Hal  ini menunjukkan  bahwa  responden  yang  berjenis  kelamin  laki-laki  lebih
banyak  berperan  di  dalam  kegiatan  usahatani  dibandingkan  dengan responden  yang berjenis kelamin perempuan. Keadaan ini diperkuat bahwa
yang sering bekerja di sawah adalah responden laki-laki. Seperti pada Tabel 5.2  terlihat  bahwa  100  persen  responden  adalah  berjenis  kelamin  laki-laki.
Hal  ini  juga  menunjukkan  bahwa  dalam  kegiatan  usahatani kaum  laki-laki
selalu  yang  diandalkan  dalam  pengambil  segala  keputusan  pada  kegiatan usahatani di Kecamatan Karanganyar.
2.  Umur Umur merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang produktif atau
tidak  produktif,  seseorang  dikatakan  produktif  jika  berumur  antara  15-59 tahun dan dikatakan tidak produktif jika berumur antara 0-14 tahun dan 60
tahun ke  atas. Dari Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa usia  responden terdiri dari usia produktif dan usia non produktif. Sebanyak 48 responden atau 96
persen termasuk dalam usia produktif. Sedangkan untuk usia non produktif yaitu 60 tahun ke atas sebanyak 2  responden atau 4 persen. Dengan melihat
kelompok  umur  responden  di  atas,  maka  dapat  dikatakan  sebagian  besar
commit to user
responden  tergolong  dalam  usia  produktif.  Usia  yang  masih  produktif biasanya  masih  mempunyai  semangat  yang  lebih  besar  dibandingkan  usia
yang  non  produktif,  sehingga  usia  produktif  sangat  potensial  untuk  lebih meningkatkan  peran  sertanya  dalam  setiap  kegiatan.  Usia  non  produktif
masih  aktif  melakukan  usahatani  karena  responden  sudah  terbiasa  bekerja sejak  kecil,  selain  itu  responden  juga  mencari  kesibukan  untuk
menghilangkan  rasa  jenuh.  Kegiatan  berusahatani  wajar  dilakukan  oleh responden  yang  berusia  non  produktif  karena  sudah  menjadi  rutinitas
sehari-hari,  meskipun  kegiatan  yang  dilakukan  bersifat  ringan,  misalnya mengawasi saluran air, mengirim makan, dan lain lain.
3.  Jumlah Anggota Keluarga Jumlah  anggota  keluarga  akan  mempengaruhi  tingkat  produksi  dan
pendapatan. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka semakin tinggi biaya  yang  harus  ditanggung  oleh  kepala  keluarga.  Namun,  hal  ini  dapat
diimbangi  dengan  ketersediaan  tenaga  kerja  yang  lebih  besar  yang bersumber  dari  dalam  keluarga.  Apabila  semua  anggota  masih  berada  di
bawah umur angkatan kerja, maka beban biaya yang harus ditanggung oleh kepala keluarga semakin besar.
Tabel 5.2 menunjukkan  jumlah anggota keluarga responden sebagian besar 78 persen tergolong sedikit yaitu rata-rata 2-4 orang. Adapun sisanya
sebanyak  20  persen  termasuk  dalam  kategori  sedang  dengan  jumlah rata-rata  anggota  keluarga  5-7  orang,  dan  sebanyak  2  persen  tergolong
kategori  banyak  dengan  jumlah  anggota  keluarga  rata-rata  sebanyak  8-10 orang.  Sedikitnya  tanggungan  keluarga  petani  disebabkan  karena  sebagian
besar  anak  petani  sudah  bekerja  di  luar  kota  Karanganyar  kemudian menetap  disana  dan  sudah  menikah,  sehingga  tanggungan  keluarga  petani
semakin  sedikit.  Hal  ini  juga  menunjukkan  bahwa  jumlah  keluarga mempengaruhi  ekonomi  keluarga  responden.  Masyarakat  semakin  sadar
bahwa  biaya  hidup  semakin  meningkat  seiring  dengan  bertambahnya kebutuhan  pokok  yang  harus  dipenuhi  oleh  masing-masing  anggota
keluarga.
commit to user
4.  Status Petani Dalam Penguasaan Lahan Lahan  sawah  di  Kecamatan  Karanganyar  sebagian  besar  merupakan
lahan milik pribadi. Hal ini dikarenakan bahwa kepemilikan lahan diperoleh petani  melalui  pembagian  warisan  dari  beberapa  anggota  keluarganya.
Status  kepemilikan  lahan  pertanian  terbagi  menjadi  tiga  kategori  yaitu penyakap,  penyewa  serta  pemilik  dan  penggarap.  Status  responden  untuk
penggarap  sebesar  16  persen,  karena  responden  tidak  mempunyai  lahan sendiri  untuk  melakukan  usahatani  dan  tidak  mempunyai  modal  untuk
menyewa  lahan,  sehingga  responden  menggarap  sawah  milik  orang  lain. Status penyewa sebesar 46 persen, karena responden tidak mempunyai lahan
sendiri  untuk  melakukan  usahatani  sehingga  menyewa  lahan  milik  orang lain.  Selain  itu  responden  menganggap  lebih  menguntungkan  menyewakan
lahan  sawahnya  daripada  dikerjakan  sendiri,  misalnya  efisien  tenaga  kerja karena  tidak  membutuhkan  buruh  tani  untuk  mengerjakan  sawah.
Sedangkan  untuk  pemilik  dan  penggarap  sebesar  38  persen,  hal  ini disebabkan  karena  responden  menganggap  dirinya  masih  mampu  untuk
mengerjakan  lahan  sawahnya  sendiri  dan  menghemat  biaya  produksi. Biasanya  responden  mengerjakan  lahan  sawah  dibantu  oleh  kerabat  dekat,
seperti anak, istri dan saudara dekat.
D. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap