commit to user
4.  Status Petani Dalam Penguasaan Lahan Lahan  sawah  di  Kecamatan  Karanganyar  sebagian  besar  merupakan
lahan milik pribadi. Hal ini dikarenakan bahwa kepemilikan lahan diperoleh petani  melalui  pembagian  warisan  dari  beberapa  anggota  keluarganya.
Status  kepemilikan  lahan  pertanian  terbagi  menjadi  tiga  kategori  yaitu penyakap,  penyewa  serta  pemilik  dan  penggarap.  Status  responden  untuk
penggarap  sebesar  16  persen,  karena  responden  tidak  mempunyai  lahan sendiri  untuk  melakukan  usahatani  dan  tidak  mempunyai  modal  untuk
menyewa  lahan,  sehingga  responden  menggarap  sawah  milik  orang  lain. Status penyewa sebesar 46 persen, karena responden tidak mempunyai lahan
sendiri  untuk  melakukan  usahatani  sehingga  menyewa  lahan  milik  orang lain.  Selain  itu  responden  menganggap  lebih  menguntungkan  menyewakan
lahan  sawahnya  daripada  dikerjakan  sendiri,  misalnya  efisien  tenaga  kerja karena  tidak  membutuhkan  buruh  tani  untuk  mengerjakan  sawah.
Sedangkan  untuk  pemilik  dan  penggarap  sebesar  38  persen,  hal  ini disebabkan  karena  responden  menganggap  dirinya  masih  mampu  untuk
mengerjakan  lahan  sawahnya  sendiri  dan  menghemat  biaya  produksi. Biasanya  responden  mengerjakan  lahan  sawah  dibantu  oleh  kerabat  dekat,
seperti anak, istri dan saudara dekat.
D. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap
Faktor-faktor  yang  berhubungan  dengan  sikap  petani  merupakan faktor-faktor  yang  berhubungan  dengan  respon  petani  terhadap  penggunaan
benih  padi  hibrida  di  Kecamatan  Karanganyar.  Faktor-faktor  yang berhubungan  dengan  sikap  meliputi  tingkat  pengalaman  berusahatani,  tingkat
pengaruh orang lain, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan non formal, tingkat penggunaan media massa dan tingkat pengaruh kepercayaan.
Untuk  mengetahui  faktor-faktor  yang  berhubungan  dengan  sikap  maka diperlukan indikator untuk mengukurnya. Tinggi rendahnya faktor-faktor yang
berhubungan  dengan  sikap  dapat  diketahui  dari  skor  atas  tanggapan  atau jawaban  yang  diberikan  responden  dari  berbagai  pertanyaan  yang  diajukan
commit to user
berdasarkan  kriteria  yang  digunakan.  Faktor-faktor  yang  berhubungan  dengan sikap dibagi menjadi lima kategori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi
dan sangat tinggi. 1.  Tingkat Pengalaman Berusahatani
Pengalaman  merupakan  suatu  proses  pendidikan  di  luar  bangku sekolah  dan  diperoleh  dari  suatu  peristiwa-peristiwa  yang  dialami  atau
keterangan  yang  bersumber  dari  petani  lain,  tetangga  dan  penyuluh.  Selain umur dan tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani sangat menentukan
langkah-langkah  keputusan  kearah  yang  lebih  baik  sehubungan  dengan usahanya.  Seorang  petani  akan  merubah  sikapnya  dalam  bertindak
tergantung  dari  pengalaman  yang  diperoleh  pada  masa  lalu.  Dengan demikian  dapat  diasumsikan  bahwa  semakin  lama  seseorang  aktif  dalam
berusahatani,  maka  akan  cenderung  semakin  terampil  dalam  mengambil keputusan  yang  tepat  dalam  mengelola  usahataninya  sehingga  dapat
meningkatkan produksinya. Sikap  akan  lebih  mudah  terbentuk  jika  pengalaman  berusahatani
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situsasi yang melibatkan emosi, penghayatan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih
lama  berbekas.  Pengalaman  berusahatani  responden  antara  lain  dilihat  dari lamanya  petani  berusahatani  dan  lamanya  responden  mengikuti  program
BLBU  padi  hibrida  di  Kecamatan  Karanganyar.  Pengalaman  berusahatani petani di Kecamatan Karanganyar dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini :
Tabel 5.3  Distribusi Responden
Berdasarkan Tingkat
Pengalaman Berusahatani Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
Skor Kategori
Jumlah orang Persentase
1 Sangat Rendah
- 2
Rendah 22
44 3
Sedang 26
52 4
Tinggi 2
4 5
Sangat Tinggi -
Jumlah 50
100
Sumber : Analisis Data Primer Dari  Tabel  5.3  dapat  diketahui  bahwa  tingkat  pengalaman
berusahatani  responden  termasuk  kategori  sedang.  Petani  yang  mempunyai
commit to user
tingkat pengalaman berusahatani dalam kategori sedang sebanyak 26 petani atau 52 persen. Pengalaman berusahatani petani di Kecamatan Karanganyar
termasuk  dalam  kategori  sedang  karena,  dalam  penggunaan  benih  padi hibrida  pada  program  BLBU  padi  hibrida  di  Kecamatan  Karanganyar  baru
dilaksanakan tiga tahun, yaitu pada tahun 2008-2010. Hal ini mempengaruhi pengalaman berusahatani dalam menggunakan benih padi hibrida, sehingga
dalam pemenuhan usahatani petani masih banyak menggunakan benih padi non  hibrida.  Semakin  lama  petani  menjalankan  usahataninya  maka
pengalaman  yang  diperoleh  semakin  banyak,  sehingga  petani  akan memberikan respon positif terhadap penggunaan benih padi hibrida.
2.  Tingkat Pengaruh Orang Lain Orang  lain  disekitar  kita  merupakan  salah  satu  diantara  komponen
sosial  yang  ikut  mempengaruhi  sikap.  Seseorang  yang  dianggap  penting, seseorang  yang  diharapkan  persetujuannya  bagi  setiap  gerak  tingkah  dan
pendapat,  seseorang  yang  tidak  ingin  kita  kecewakan  atau  seseorang  yang berarti  khusus  bagi  kita  significant  others,  akan  banyak  mempengaruhi
pembentukan  sikap  terhadap  sesuatu.  Pada  umumnya,  individu  cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang
dianggap  penting.  Kecenderungan  ini  dimotivasi  oleh  keinginan  untuk berafiliasi  dan  keinginan  untuk  menghindari  konflik  dengan  orang  yang
dianggap penting Azwar, 1995. Tingkat  pengaruh  orang  lain  dalam  penelitian  ini  adalah  orang-orang
yang  oleh  petani  dianggap  penting  sebagai  panutan  ataupun  yang berperanan  dalam  menunjang  usaha  tani  yang  dilakukan  petani  melalui
saran,  ajakan  atau  bahkan  perintah.  Orang  lain  yang  dimaksud  oleh  petani meliputi, Penyuluh Pertanian Lapang PPL, keluarga, petani lain dan aparat
desa. Tingkat pengaruh orang lain yang dianggap penting dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini :
commit to user
Tabel 5.4  Distribusi  Responden  Berdasarkan  Tingkat  Pengaruh  Orang Lain Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar
No. Pengaruh Orang Lain
Skor Kategori
Jumlah orang
Persentase 1.
Pengaruh  Penyuluh  Pertanian  Lapang PPL
1 2
3 4
5 Sangat Rendah
Rendah Sedang
Tinggi Sangat Tinggi
- -
6 28
16 12
56 32
2. Pengaruh Keluarga
1 2
3 4
5 Sangat Rendah
Rendah Sedang
Tinggi Sangat Tinggi
- 15
24 6
5 30
48 12
10
3. Pengaruh Petani Lain
1 2
3 4
5 Sangat Rendah
Rendah Sedang
Tinggi Sangat Tinggi
- 1
10 32
7 2
20 64
14 4.
Pengaruh Aparat Desa 1
2 3
4 5
Sangat Rendah Rendah
Sedang Tinggi
Sangat Tinggi 25
15 8
2 -
50 30
16 4
Tingkat Pengaruh Orang Lain 1
2 3
4 5
Sangat Rendah Rendah
Sedang Tinggi
Sangat Tinggi -
6 29
14 1
12 58
28 2
Sumber : Analisis Data Primer Dari  Tabel  5.4  diketahui  bahwa  tingkat  pengaruh  orang  lain  yang
dianggap penting yang berupa tingkat pengaruh Penyuluh Pertanian Lapang PPL dalam kategori tinggi sebanyak 28 responden atau 56 persen, tingkat
pengaruh  keluarga  dalam  kategori  sedang  sebanyak  24  responden  atau  48 persen,  tingkat  pengaruh  petani  lain  dalam  kategori  tinggi  sebanyak  32
responden  atau 64 persen dan tingkat pengaruh  aparat desa dalam kategori sangat  rendah  sebanyak  25  responden  atau  50  persen.  Tingkat  pengaruh
Penyuluh Pertanian Lapang PPL dalam kategori tinggi ditunjukan dengan keaktifan petani untuk datang ke acara rapat rutin kelompok tani dan selalu
berkomunikasi  untuk  mendapatkan  informasi-informasi  seputar  pertanian, khususnya informasi seputar benih padi hibrida. Tingkat pengaruh keluarga
dalam  kategori  sedang,  karena  pada  dasarnya  peran  keluarga  dalam usahatani  hanya  sedikit,  mereka  sebagian  berperan  di  luar  usahatani  yaitu
commit to user
sebagai ibu rumah tangga dan sebagian besar anak dari responden rata-rata masih  bersekolah.  Tingkat  pengaruh  petani  lain  dalam  kategori  tinggi,
karena  frekuensi  bertemu  dengan  petani  lain  sangat  intensif  dibandingkan dengan  Penyuluh  Pertanian  Lapang  PPL  dan  aparat  desa.  Selain  itu,  saat
para  petani  bertemu  biasanya  mereka  membicarakan  informasi  terbaru, masalah  yang  sedang  dihadapi  dan  mencari  solusi  terbaik  untuk
memecahkan masalah. Saran dari petani lain dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan  dalam  mengambil  keputusan.  Tingkat  pengaruh  aparat  desa
dalam kategori sangat rendah karena, pada umumnya aparat desa bekerja di balai  desa,  sehingga  frekuensi  bertemu  dengan  petani  sangat  kurang.
Ajakan,  saran  dan  informasi  banyak  disampaikan  oleh  Penyuluh  Pertanian Lapang PPL dan petani lain.
Tingkat  pengaruh  orang  lain  PPL  dan  petani  lain  termasuk  dalam kategori tinggi. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengaruh  orang  lain  cukup  mempengaruhi  sikap  petani  dalam  penggunaan benih  padi  hibrida.  Hal  ini  dikarenakan  sejak  awal  kegiatan  BLBU  padi
hibrida,  pada  proses  perencanaan  sampai  pelaksanaan  kegiatan  baik penyuluh,  keluarga,  petani  lain  dan  aparat  desa  turut  berperan  dalam
mendukung  kegiatan  penggunaan  benih  padi  hibrida.  Bentuk  dukungan yang  diberikan  oleh  orang  lain  PPL  dan  petani  lain  diantaranya  melalui
ajakan untuk membudidayakan padi hibrida agar hasil produksi meningkat, saran  untuk  mengikuti  pertemuan  rutin,  saran  dan  informasi  seputar
teknologi baru. 3.  Tingkat Pendidikan Formal
Tingkat  pendidikan  merupakan  faktor  yang  dapat  menunjang  proses penyerapan  teknologi  dan  informasi.  Secara  teoritis  semakin  tinggi  tingkat
pendidikan  formal  dan  semakin  banyak  mengikuti  pendidikan  non  formal dari  seseorang  maka  akan  memberikan  atau  menambah  kemampuan  dari
orang  tersebut  untuk  dapat  mengambil  keputusan,  mengatasi  masalah- masalah  yang  diperoleh.  Dalam  hal  ini  masalah-masalah  yang  dimaksud
dalam  bidang  pertanian  seperti  pengendalian  hama,  mengambil  keputusan
commit to user
dalam  penggunaan  faktor-faktor  produksi  dan  pemeliharaan.  Pendidikan formal  merupakan  salah  satu  usaha  untuk  mengadakan  perubahan  perilaku
berdasarkan  ilmu  dan  pengalaman  yang  diperoleh  di  bangku  sekolah Hasan, 2000.
Tingkat  pendidikan  formal  dalam  penelitian  ini  adalah  tingkat pendidikan  yang  pernah  ditempuh  oleh  petani  di  bangku  sekolah.  Untuk
mengetahui bagaimana tingkat pendidikan formal petani yang menggunakan benih  padi  hibrida  pada  program  BLBU  padi  hibrida  dapat  dilihat  pada
Tabel 5.5 sebagai berikut : Tabel 5.5  Distribusi  Responden  Berdasarkan  Tingkat  Pendidikan  Formal
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
Skor Kategori
Jumlah orang Persentase
1 Tidak SDTidak Tamat SD
- 2
SD 15
30 3
SMP 12
24 4
SMA 19
38 5
D3Sarjana 4
8 Jumlah
50 100
Sumber : Analisi Data Primer Tingkat  pendidikan  akan  sangat  menentukan  tingkat  pemahaman,
ketrampilan  berkomunikasi  serta  sikap  petani  terhadap  suatu  inovasi  yang diterapkan.  Berdasarkan  Tabel  5.5  dapat  dilihat  bahwa  tingkat  pendidikan
formal responden termasuk kategori tinggi yaitu  SLTA sebanyak 19 orang atau  38    persen.    Tingkat  pendidikan  mempengaruhi  kualitas  sumberdaya
manusia,  jika  semakin  banyak  pengalaman  yang  diperoleh  dari  tingkat pendidikan  yang  diselesaikannya,  maka  semakin  maju  pola  berpikirnya.
Hal  ini  menunjukan  bahwa  responden  sudah  mempunyai  kesadaran  akan pentingnya pendidikan untuk menambah ilmu pengetahuan dan menunjang
kelancaran  aktivitas  penggunaan  benih  padi  hibrida  pada  program  BLBU padi hibrida.
4.  Tingkat Pendidikan Non Formal Pendidikan  non  formal  bagi  petani  biasanya  diperoleh  melalui
pendidikan luar sekolah, misalnya penyuluhan, kursus dan pelatihan. Tujuan
commit to user
utama pendidikan non formal adalah untuk menambah kesanggupan petani dalam  mengelola  usahataninya,  dengan  ini  diharapkan  ada  perubahan
perilaku  sehingga  dapat  memperbaiki  cara-cara  dalam  mengelola usahataninya. Semakin tinggi atau banyak petani mengikuti kegiatan seperti
penyuluhan, kursus dan pelatihan maka semakin tinggi tingkat kemampuan petani  dalam  mengelola  usahataninya  sehingga  produksi  yang  dihasilkan
semakin tinggi. Pendidikan  non  formal  dalam  penelitian  ini  adalah  penyuluhan  dan
pelatihan  yang  pernah  diikuti  oleh  petani.  Untuk  mengetahui  bagaimana tingkat pendidikan non formal petani yang menggunakan benih padi hibrida
pada  program  BLBU  padi  hibrida  dapat  dilihat  pada  Tabel  5.6  sebagai berikut :
Tabel 5.6   Distribusi  Responden  Berdasarkan  Tingkat  Pendidikan  Non Formal Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
Skor Kategori
Jumlah orang Persentase
1 Sangat Rendah
23 46
2 Rendah
23 46
3 Sedang
3 6
4 Tinggi
1 2
5 Sangat Tinggi
- Jumlah
50 100
Sumber : Analisis Data Primer Pendidikan  non  formal  yang  diukur  dalam  penelitian  ini  adalah
kegiatan  penyuluhan  dan  pelatihan  yang  pernah  diikuti  oleh  petani  selama kurun  waktu  satu  tahun  terakhir.  Kegiatan  penyuluhan  dan  pelatihan
dimaksudkan  untuk  memberikan  pengetahuan  dan  ketrampilan  tentang bagaimana  cara  mengelola  tanaman  yang  baik  khususnya  padi  hibrida,
sehingga  nantinya  dapat  menambah  produktivitas.  Kegiatan  pelatihan  yang pernah dilaksanakan adalah Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu
SLPTT.  Sekolah  Lapang  Pengelolaan  Tanaman  Terpadu  SLPTT merupakan  bentuk  sekolah  yang  seluruh  proses  belajar  mengajarnya
dilakukan di lapangan, yang dilaksanakan di lahan petani peserta PTT dalam upaya peningkatan produksi padi nasional.
commit to user
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui tingkat pendidikan non formal responden  termasuk  kategori  rendah  dan  sangat  rendah  yaitu  sebanyak  23
orang atau 46 persen. Tingkat pendidikan non formal dikatakan rendah atau sangat rendah karena petani jarang mengikuti dan hanya sedikit petani yang
rutin  mengikuti  pelatihan.  Untuk  kegiatan  pelatihan  yang  dilakukan  oleh Dinas  Pertanian  tidak  semua  petani  dilibatkan,  hanya  perwakilan  dari
kelompok  tani  yang  diikutsertakan.  Hal  ini  diharapkan  perwakilan kelompok  tani  yang  mengikuti  pelatihan  dapat  menyampaikan  informasi
dan  ilmu  yang  diperoleh  pada  saat  mengikuti  pelatihan  kepada  anggota kelompok tani yang lain. Dengan harapan, melalui kegiatan penyuluhan dan
pelatihan  dapat  menambah  pengetahuan  dan  ketrampilan  mengelola usahataninya, sehingga kesejahteraan petani dapat semakin meningkat.
5.  Tingkat Penggunaan Media Massa Sebagai  sarana  komunikasi,  berbagai  bentuk  media  massa  seperti
televisi,  radio,  surat  kabar,  majalah,  dan  lain  lain.  mempunyai  pengaruh besar  dalam  pembentukan  opini  dan  kepercayaan  orang.  Dalam
penyampaian  informasi,  media  massa  membawa  pesan-pesan  yang  berisi sugesti  yang  dapat  mengarahkan  opini  seseorang.  Adanya  informasi  baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi, apabila cukup kuat,
akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu Azwar,1995.
Media  massa  merupakan  sumber  informasi  yang  dipergunakan  untuk memberikan  informasi-informasi  yang  dapat  menambah  pengetahuan.
Media  massa  yang  ada  diantaranya  radio,  televisi,  koran,  tabloidmajalah dan  leafletbrosur.  Tingkat  penggunaan  media  massa  tersebut  dilihat  dari
jumlah media massa yang dimanfaatkan responden dan bagaimana isi media massa  yang diakses responden tersebut. Hal ini akan berpengaruh terhadap
petani  dalam  berusahatani,  khususnya  penggunaan  benih  padi  hibrida. Dibawah  ini  dapat  dilihat  tabel  tingkat  penggunaan  media  massa  sebagai
berikut :
commit to user
Tabel 5.7  Distribusi  Responden  Berdasarkan  Tingkat  Penggunaan  Media Massa Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
Skor Kategori
Jumlah orang Persentase
1 Sangat Rendah
- 2
Rendah 7
14 3
Sedang 30
60 4
Tinggi 11
22 5
Sangat Tinggi 2
4 Jumlah
50 100
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarlam  Tabel  5.7  dapat  diketahui  tingkat  penggunaan  media
massa  yang  dimanfaatkan  responden  termasuk  kategori  sedang  yaitu sebanyak  30  orang  atau  60  persen.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  sebagian
responden mempunyai  minat  yang  cukup baik  dalam memanfaatkan media massa.  Media  massa  yang  biasa  digunakan  responden  untuk  mengakses
informasi  seputar  pertanian  yaitu  tv,  radio,  majalah,  brosur  atau  leaflet. Acara  televisi  yang  biasa  di  lihat  responden  seputar  pertanian,  biasanya
responden  melihat  acara  “mbangun  desa”  yang  disiarakan  oleh  stasiun televisi  nasional  TVRI  setiap  satu  minggu  sekali,  selain  itu  juga  terdapat
liputan  singkat  seputar  pertanian  di  televisi  swasta  tetapi  waktunya  tidak menentu  kadang-kadang.  Radio  yang  biasa  di  dengarkan  responden
seputar pertanian adalah Radio Siaran Pemerintah Daerah SWIBA, seputar pertanian  biasanya  disiarkan  sore  hari  setiap  satu  minggu  sekali.    Majalah
yang  biasa  diakses  responden  adalah  majalah  sinartani,  responden mendapatkan  majalah  sinartani  pada  saat  penyuluhan  yang  dibagikan  oleh
penyuluh  kepada  petani  secara  gratis.  Kandungan  isi  materi  dari  media massa  yang  diakses  respoonden  dinilai  bermanfaat,  karena  media  massa
mampu  menumbuhkan  aspirasi  dan  memperluas  pengetahuan.  Kesadaran responden  mendapatkan  informasi  melalui  media  massa  dapat  dikatakan
sedang,  karena  responden  lebih  senang  berdiskusi  langsung  antara  petani dan  penyuluh  untuk  memecahkan  masalah  yang  sedang  dihadapi  atau
sekedar bertukar informasi seputar pertanian.
commit to user
6.  Tingkat Pengaruh Kepercayaan Tingkat  pengaruh  kepercayaan  merupakan  nilai-nilai  kepercayaan
tradisional  dan  budaya  kerukunan  yang  masih  melekat  pada  petani  yang berhubungan  dengan  budidaya  padi,  hal  ini  akan  berpengaruh  terhadap
petani  dalam  budidaya  padi.  Dibawah  ini  dapat  dilihat  kategori  tingkat pengaruh kepercayaan sebagai berikut :
Tabel 5.8  Distribusi Responden
Berdasarkan Tingkat
Pengaruh Kepercayaan Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
Skor Kategori
Jumlah orang Persentase
1 Sangat Rendah
12 24
2 Rendah
35 70
3 Sedang
3 6
4 Tinggi
- 5
Sangat Tinggi -
Jumlah 50
100
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan  Tabel  5.8  dapat  dilihat  bahwa  tingkat  pengaruh
kepercayaan  dalam  kategori  rendah  sebanyak  35  orang  atau  70  persen, kategori sedang sebanyak 3 orang atau 6 persen dan kategori sangat rendah
sebanyak  12  orang  atau  24  persen.  Dari  data  di  atas  dapat  diambil kesimpulan  bahwa  sebagian  responden  mempunyai  tingkat  kepercayaan
dalam  kategori  rendah.  Hal  ini  menunjukan  bahwa  sebagian  responden sudah  banyak  meninggalkan  kepercayaan  yang  ada  atau  pengaruh
kepercayaan  sudah  mulai  luntur,  selain  itu  sistem  gotong  royong  seperti penanaman  padi,  pemeliharaan  dan  pemanenan  juga  sudah  mulai
ditinggalkan  karena  di  Kecamatan  Karanganyar  untuk  mengelola  sawah biasanya  memperkerjakan  tenaga  dari  luar.  Adapun  tradisi  menanam  padi
yang masih biasa dilakukan petani antara lain mengadakan rasulan sesudah menanam padi, mengadakan tirakat kondangan setelah menanam padi dan
mengadakan bersih desa setelah panen.
commit to user
E. Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Hibrida