Uji Kualitas Minyak Atsiri

dilakukan memakai botol atau gelas berwarna gelap, sedangkan dalam jumlah yang besar disimpan dalam drum yang dilapisi dengan timah atau bahan yang tidak bereaksi dengan minyak atsiri. Penyemprotan gas karbondioksida atau nitrogen ke dalam drum sebelum ditutup akan menghilangkan gas oksigen dari permukaan minyak, sehingga minyak terlindungi dari kerusakan akibat oksidasi Guenther, 1987.

2.7. Uji Kualitas Minyak Atsiri

Untuk mengetahui karakteristik minyak atsiri yang dihasilkan terdapat beberapa uji yang dilakukan, uji inilah yang menentukan tingkat kelayakan minyak disebut murni atau sebaliknya. Uji yang dilakukan seperti:

1. Berat Jenis

Nilai berat jenis densitas minyak atsiri merupakan perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume air yang sama dengan volume minyak. Berat jenis sering dihubungkan dengan berat komponen yang terkandung didalamnya. Semakin besar fraksi berat yang terkandung didalam minyak, semakin besar pula nilai densitasnya. Biasanya, berat jenis komponen terpen teroksigenasi lebih besar dibandingkan dengan terpen tak teroksigenasi Rochim, 2009.

2. Indeks bias

Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam zat tersebut pada suatu suhu tertentu. Indeks bias minyak atsiri berhubungan erat dengan komponen yang tersusun dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis dimana semakin banyak komponen berantai panjang seperti sesquiterpen atau komponen bergugus oksigen ikut tersuling maka kerapatan medium minyak atsiri akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar untuk dibiaskan. Hal ini menyebabkan indeks bias mnyak lebih besar. Menurut Guenther nilai indeks bias juga dipengaruhi oleh air dimana semakin banyak kandungan airnya, semakin kecil nilai indeks biasnya. Hal ini karena sifat air yang mudah membiaskan cahaya yang 21 Universitas Sumatera Utara datang. Jadi, minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang lebih besar lebih bagus dibandingkan dengan nilai indeks bias yang kecil Rochim, 2009.

3. Putaran Optik

Sifat optik minyak atsiri ditentukan dengan menggunakan alat polarimeter. Nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri memiliki sifat memutar bidang polarisasi ke arah kanan dextrorotary atau ke arah kiri laevorotary jika ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan. Pengukuran parameter ini sangat menentukan kemurnian suatu minyak Rochim, 2009. .

4. Bilangan Asam

Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam minyak atsiri. Bilangan asam yang semakin besar dapat mempengaruhi kualitas, diantaranya mengubah bau khas minyak atsiri. Adanya sebagian komposisi minyak atsiri yang kontak dengan udara atau berada pada kondisi lembab mengakibatkan munculnya reaksi oksidasi dengan udara oksigen yang dikatalisasi oleh cahaya. Akibatnya terbentuklah asam. Oksidasi komponen-komponen minyak atsiri terutama golongan aldehid, dapat membentuk golongan aldehid, dapat membentuk gugus asam karboksilat sehingga menambah nilai bilangan asam minyak atsiri. Selain kontak langsung dengan udara, proses oksidasi juga dapat disebabkan oleh tekanan dan temperatur yang tinggi pada proses menghasilkan minyak Rochim, 2009.

5. Bilangan Penyabunan

Bilangan penyabunan dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak Ketaren, 1986. Bilangan Penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak atau lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C pendek mempunyai berat molekul relatif kecil dan harga bilangan penyabunan yang besar. 22 Universitas Sumatera Utara

6. Kelarutan dalam Alkohol

Telah diketahui bahwa alkohol mempunyai gugus OH - . Karena alkohol dapat larut dengan minyak atsiri maka pada komposisi minyak atsiri yang dihasilkan tersebut terdapat komponen-komponen terpen teroksigenasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Guenther yang menyatakan bahwa kelarutan minyak dalam alkohol ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung di dalamnya. Pada umumnya minyak atsiri yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut dibandingkan minyak atsiri yang mengandung terpen, semakin rendah pula daya larutnya atau semakin sukar larut. Hal tersebut disebabkan senyawa terpen takteroksigenasi merupakan senyawa non polar yang tidak mempunyai gugus fungsional. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kelarutan minyak atsiri pada alkohol biasanya alkohol 90 maka kualitas minyak atsirinya semakin bagus Rochim, 2009. 23 Universitas Sumatera Utara BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Bahan