BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Keinginan setiap orang untuk melakukan perjalanan wisata, boleh jadi dapat dipicu oleh beragam hal. Tidak hanya kecukupan biaya, tetapi juga pengetahuan yang
lengkap terhadap daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Baik di negeri sendiri, maupun di luar negeri. Bahkan, sistem komunikasi dan bahasa pengantar di daerah
wisata yang akan dituju pun turut menjadi pertimbangan. Hal inilah yang selalu dijabarkan secara runut di dalam tayangan Tvone, dalam
program Bacpacker. Hadir setiap Sabtu, Pukul 16.30 Wib, dipandu oleh seorang pembawa acara, pria berumur 31 tahun yang bernama Yulika Satria Daya.
Di dalam tayangan ini digambarkan secara jelas, si pembawa acara yang berperan sebagai turis asal Indonesia, selalu melakukan perjalanan ke lokasi-lokasi
wisata di luar negeri dengan memanggul bekal perjalanan di dalam sebuah tas ransel backpacker. Perjalanan tersebut dilakukan sendiri, tanpa tergabung dalam sebuah grup
perjalanan yang sedianya selalu disediakan oleh biro-biro perjalanan wisata. Dalam melakukan perjalanan juga digambarkan secara jelas, item-item biaya
yang harus dikeluarkan oleh pembawa acara. Baik untuk hotel dan akomodasi, transportasi lokal, biaya masuk maupun makanan dan souvenir.
Bahkan, melalui alur cerita perjalanan yang dilakukan pembawa acara juga tergambar secara apik nilai-nilai budaya, tradisi, social life dan sejarah negara yang
dikunjungi. Kendati demikian, dari ragam benua dan negara yang dikunjungi, si pembawa acara selalu menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di daerah
tujuan wisata yang menjadi objek liputan.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai sebuah siaran pariwisata yang tayang di sebuah televisi nasional, tentu acara ini dengan mudah dapat diakses oleh seluruh lapisan publik. Karena televisi yang
menjadi salah satu hasil dari teknologi yang terus bekembang saat ini, sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat, bahkan dapat mengubah pemikiran
seseorang. Televisi sebagai media komunikasi dalam hal ini, memiliki kemampuan untuk
mengakses publik hingga ke ruang pribadi. Selain itu, pesan yang disampaikan melalui perpaduan gambar dan suara mampu menarik perhatian khalayak sekaligus memberi
pengaruh yang kuat terhadap perubahan perilaku dalam diri pemirsanya. Televisi mampu menjangkau banyak orang dalam sebuah komunitas dan lebih menarik minat
masyarakat dibanding media komunikasi yang lain. Saat ini, televisi merupakan media yang lebih mampu mempengaruhi audiens
dengan audio dan visual secara serentak dalam waktu bersamaan di tempat berbeda, dibandingkan radio. Sebab, televisi mempunyai daya tarik yang kuat. Jika radio
mempunyai daya tarik kuat dikarenakan radio memiliki unsur-unsur kata, musik, sound efek, maka TV selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar
yang bukan merupakan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan pesan yang mendalam pada penonton.
Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman. Sedangkan pesawat kecil mungil itu dapat
menghidangkan film juga dapat menghidangkan program lainnya yang menarik. effendi, 177:1993.
Untuk menyampaikan informasi mengenai pariwisata, televisi juga dinilai dapat menjadi media yang sangat efisien. Sebab, televisi merupakan perkembangan medium
setelah radio yang memiliki karakter lain dari media yang lain. Karena televisi memiliki
Universitas Sumatera Utara
karakteristik visual, sehingga penonton dalam menikmati televisi tidak monoton, dan lebih santai. Kehadiran televisi saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok dalam
masyarakat. Ini dapat dibuktikan di masyarakat saat ini sebagian besar telah memiliki pesawat televisi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi dan menjadikan televisi
sebagai kebutuhan sekunder. Acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan
perasaan penoton. Jika penonton merasa terharu terpesona terhadap apa yang mereka lihat di layar televisi, hal itu bukan sesuatu yang aneh atau istimewa. Sebab, salah satu
pengaruh psikologis dari siaran televisi yaitu seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga seolah-olah hanyut dalam keterlibatan pada kisah atau peristiwa yang
dihidangkan televisi Effendy, 1991:182 Televisi juga merupakan salah satu media komunikasi yang sudah melampaui
efektivitas pranata sosial lain. Hal ini karena siaran televisi adalah bentuk produk dan bagian dari institusi komunikasi yang memiliki fungsi untuk melakukan upaya-upaya
memenuhi berbagai kepentingan politik, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya. Sedangkan siswa International Languange Program ILP Medan, merupakan
bagian dari pranata sosial yang akan menjadi objek penelitian, berkaitan dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh sebuah program tayangan televisi, Backpacker.
ILP Medan saat ini berlokasi di Jalan SM Raja yang memiliki 5 program pendidikan. Meliputi, General English Program, Business English Program, Talking
English Program, Young Adult Courses dan Intensive Course. Kondisi ini sangat menarik untuk diteliti, karena berkaitan erat dengan program
tayangan Backpacker yang selalu menggambarkan situasi perjalanan senantiasa menggunakan bahasa Inggris dalam proses komunikasi di berbagai negara. Bahkan,
dalam proses komunikasi yang dilakukan, bahasa Inggris yang digunakan tidak selalu
Universitas Sumatera Utara
lancar. Melainkan masih sering dilakukan secara terbata-bata. Karena penduduk lokal di berbagai negara yang dikunjungi, tidak sepenuhnya fasih berbahasa Inggris.
Terlebih lagi, penayangan acara yang dilakukan di akhir pekan, dikemas dengan sistem perjalanan yang mudah, relatif irit, berani mencoba sesuatu yang baru dan
berkaitan dengan penggunaan bahasa asing secara praktis, menurut penulis sesuai dengan segmen responden yang akan diambil. Yakni, International Languange Program
ILP Medan yang terdiri dari orang-orang muda yang sedang belajar bahasa asing, terutama bahasa Inggeris.
Kalangan siswa ILP Medan, secara umum merupakan siswa yang ekonominya berkemampuan untuk melakukan kunjungan ke luar negeri. Hal ini didukung pula
dengan kemampuan ilmu bahasa asing yang sedang dituntut, dengan kebutuhannya untuk digunakan jika sewaktu-waktu memang melakukan perjalanan ke negeri asing. Di
sisi lain, waktu belajar aktif para siswa di ILP Medan, lebih banyak dilakukan pada Senin hingga Jumat. Sehingga kemungkinan besar para siswa menonton tayangan
Backpacker TVOne yang hadir setiap Sabtu Pukul 16.30 Wib. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti, Tingkat
Ketertarikan Siswa ILP Medan Melakukan Wisata ke Luar Negeri Setelah Menonton Tayangan Backpacer di TVOne.
2. Perumusan Masalah