Uji Heteroskedastisitas Uji Asumsi Klasik

3.9.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan kepengamatan lain. Jika variansi berbeda maka disebut juga heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ghozali 2006 mengungkapkan bahwa model regresi yang baik adalah homokedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: 1. Jika ada pola tertentu, serta titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pula yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED nilai prediksi dengan SRESID nilai residualnya. Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji Glejser, uji Park atau uji White. Beberapa alternatif solusi jika model menyalahi asumsi heteroskedastisitas adalah dengan mentransformasikan ke dalam bentuk logaritma, yang hanya dapat dilakukan jika semua data bernilai positif. Atau dapat juga dilakukan dengan Universitas Sumatera Utara membagi semua variabel dengan variabel yang mengalami gangguan heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum SD. HighScope Indonesia Medan

4.1.1.1. Sejarah Singkat SD. HighScope Indonesia Medan

Pada 1962 di Ypsilanti Michigan, David Weikart pendiri Yayasan Pendidikan HighScope dengan Perry Preschool Projectnya menemukan bahwa program prasekolah yang bermutu dapat secara signifikan meningkatkan kesuksesan masa depan anak-anak dan kontribusi-kontribusi untuk keluarga- keluarga dan masyarakat. Konsep David Weikart tentang pembelajaran aktif didefinisikan sebagai “belajar di mana anak itu bereaksi atau bertindak terhadap benda-benda dan saling berinteraksi dengan orang-orang, ide-ide, dan kejadian- kejadian, serta membangun pemahaman baru.” Yayasan Pendidikan HighScope ini telah menyebar luas ke beberapa negara sehingga dapat ditemukan sekolah HighScope di Indonesia, Irlandia, Meksiko, Belanda, Singapura, Inggris, Afrika Selatan, Kanada, dan Korea. Visi dan misi dari yayasan ini adalah “Lifting lives through education” Meningkatkan kehidupan melalui pendidikan. Yayasan Pendidikan HighScope memimpikan sebuah dunia di mana semua bentuk pendidikan dirancang menggunakan pembelajaran aktif sehingga setiap orang memperoleh kesempatan untuk berhasil dalam kehidupan dan berkontribusi kepada masyarakat. Universitas Sumatera Utara