semua yang ada di habinsaran”, sewaktu Si Piso Sumalim mau melangkah keluar rumah lalu tulangnya pun berkata, “bere, bere, tunggu sebentar
menurutku bawalah paribanmu ini ke habinsaran dan jadikanlah dia istrimu dan sayangilah dia agar hubungan keluarga kita semakin baik agar tidak ada lagi
sakit hati diantara keluarga kita”. Kemudian terkejutlah Si Piso Sumalim dan dia berkata,” tulang,. Aku sangat bahagia mendengar ini semua bahwa paribanku
akan menjadi istriku, kami akan bersama-sama pergi ke kampungku dan aku akan berjanji menjaga dan menyayanginya”. Lalu putrinya pun berkata kepada
ayah dan ibunya, “ayah,.. ibu,.. berangkatlah kami semoga kalian baik-baik saja disini”, lalu ibunya menjawab,” jaga lah dirimu dan hormatlah kepada
mertuamu”. Setelah mereka sampai di habinsaran kemudian Si Piso Sumalim
memanggil ibunya, “ibu, ibu, anak mu sudah sampai”, kemudian ibunya mendatanginya dan memeluknya , “anakku, kau telah datang dan kau telah
membawa pedang Malim ini kerumah kita”, setelah ibunya selasai memeluk anaknya dia melihat seorang perempuan di samping anaknya dan langsung
berkata, “anakku, siapakah perempuan yang kau bawa itu?”, lalu paribannya langsung menjawab namborunya itu, “inilah aku namboru putri bapak yang
bernama Punsahang Mataniari – punsahang Matanibulan, setelah mendengar itu namborunya langsung memeluknya dan berkata,” jadi, kaunya pariban anakku?,
yang akan menjadi istri anakku?, dan menjadi menantuku”, lalu Si Piso Sumalim menyerahkan pedang Malim itu kepada ibunya dan menceritakan tentang semua
kejadian kepada ibunya”
4.1.3 Latar Setting
Latar disebut juga istilah setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa- peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar setting adalah tempat
berlangsungnya peristiwa dalam suatu cerita atau tempat kejadian yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Latar bukan hanya berupa daerah atau tempat, namun waktu,
peristiwa penting dan bersejarah. Dengan mengetahui dan memahami latar dalam
Universitas Sumatera Utara
sebuah karya sastra yang dituangkan menjadi cerita akan memudahkan pembaca untuk memahami apa yang di bacanya.
Latar tempat dalam cerita rakyat Si Piso Sumalim adalah terjadi di kabupaten Samosir. Cerita ini terjadi di beberapa desa di kabupaten Samosir, adapun nama desa
tersebut adalah, sungai halibanban yang ada di pertengahan antara desa Habinsaran dengan Rura Silindung, desa Habinsaran, desa Rura Silindung, dan desa Saornauli
Hatoguan yang berada di kabupaten Samosir. Sedangkan latar waktu yang terjadi pada cerita ini adalah pagi hari, siang hari,
sore hari, dan malam hari. Sedangkan latar sosial pada cerita rakyat Si Piso Sumalim disebutkan bahwa Si
Piso Sumalim adalah seorang anak raja, ibu Si Piso Sumalim yang bernama Oppung Sopur-sopuron adalah istri dari seorang raja, Takkal Tabu adalah seorang masyarakat
biasa yang berperan sebagai pembantu, tulang Si Piso Sumalim yang bernama Punsahang Mataniari- Punsahang matanibulan adalah seorang raja, nantulang Si Piso
Sumalim adalah seorang istri raja, pariban Si Piso Sumalim atau Putri tulang Si Piso Sumalim yang bernama Uli adalah seorang putri raja dan pengawalnya adalah
masyarakat biasa.
4.1.4 Perwatakan atau Penokohan
Terbentuknya sebuah cerita adalah karena adanya tokoh-tokoh dalam cerita, tokoh dalam sebuah cerita sangat memegang peranan penting. Tokoh adalah salah satu
unsur penggerak cerita yang memiliki watak yang berkembang sesuai dengan jalan cerita. Perwatakan sama halnya dengan penokohan. Dalam suatu karya sastra prosa
pastilah memiliki tokoh, dan tokoh tersebut sangat diperlukan dalam sebuah cerita. Dalam sebuah cerita tokoh memiliki peran yang berbeda- beda, ada yang baik hati, ada
Universitas Sumatera Utara
yang sombong, ada yang bodoh, ada yang pintar, ada yang kaya dan ada yang miskin, ada yang berperan sok kaya, dan ada juga yang berperan sok miskin dan lain
sebagainya. Peran yang sering muncul dalam sebuah cerita adalah tokoh utama. Seorang tokoh yang memiliki peran penting dalam suatu cerita disebut dengan
tokoh inti atau tokoh utama, sedangkan tokoh yang memiliki peran yang tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani, dan mendukung pelaku utama
disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Pelukisan perwatakan dapat digambarkan secara langsung atau tidak langsung
dari penokohan yang terdapat dalam sebuah cerita. Membicarakan tokoh secara tidak langsung kita juga sudah membicarakan perwatakan. Perwatakan merupakan ciri
keseluruhan yang dimiliki para tokoh. Berikut ini akan di perlihatkan watak dari para tokoh- tokoh yang terdapat
dalam cerita rakyat Si Piso Sumalim. 1
Si Piso Sumalim Setelah kita membaca cerita rakyat Si Piso Sumalim, maka secara fisik tokoh
ini adalah seorang laki- laki, dia mempunya kepribadian yang patut di contoh dan diteladani. Kita juga dapat melihat bahwa tokoh ini mempunyai sifat sabar dan rendah
hati, sopan santun, penyayang, taat kepada orang tua, dan bijaksana. Hal itu dapat kita lihat dalam contoh berikut :
“ jadi laos hohom ma Si Piso sumalim dungkon muruk inong na i, laos lao ma ibana sian jolo ni inong na i, asa unang lam muruk be inong na tu
ibana”. Terjemahan :
“Lalu terdiamlah Si Piso Sumalim setelah ibunya marah, kemudian dia pergi dari hadapan ibunya agar ibunya tidak marah lagi kepadanya.”
Universitas Sumatera Utara
Pada kutipan diatas membuktikan bahwa Si Piso Sumalim adalah seorang anak yang sabar, dia tidak ingin ibunya marah dan dia tidak mau melawan ibunya walaupun
dia bermaksud baik ingin mengetahui tulangnya. “Santabi jolo raja nami, ianggo goarni inang pangintubu i, ima
namargoar Oppung Sopur- Sopuron na sian huta Habinsaran” Terjemahan :
“terlebih dahulu aku minta maaf raja, kalau ibu yang telah melahirkan aku bernama Oppung Sopur- Sopuron yang berasal dari kampung Habinsaran”
Pada kutipan diatas membuktikan bahwa Si Piso Sumalim adalah seorang anak yang sopan santun, kerena sebelum mengucapkan nama ibunya dia terlebih dahulu
meminta maaf kerana tidak sopan apabila orang yang lebih tua langsung disebut namanya tanpa meminta maaf lebih dahulu.
“ Dung i nina tulangnama tu Si Piso Sumalim, lao ma ho mulak tu hutam tu habinsaran, boan ma podang malim mon lehonma podang malim on tu
inongmu, sekalian boan ma paribanmon tu habinsaran jagama dohot haholongi ma ibana, borukon mabaen gabe parsonduk bolonmu, dung i dialusi Si Piso
Sumalim ma tulang na i, olo tulang huboan pe borumon tu hutaku di habinsaran, pos roham tulang tu ahu, hujaga pe dohot huhalongi ma ibana laos
borumon ma nahutodo gabe parsondok bolonku. Terjemahan:
“ Lalu tulangnya pun berkata kepada Si Piso Sumalim,, pergilah kau pulang ke kampungmu di habinsaran, bawalah pedang malim ini dan berikanlah
pedang ini kepada ibumu, sekalian bawalah paribanmu ke habinsaran jagalah dia dan sayangilah dia, dan jadikanlah dia menjadi istrimu, setelah itu Si Piso
Sumalim pun berkata kepada tulangnya itu, iya tulang kubawapun putrimu ini ke kampungku yang ada di habinsaran, percayalah tulang kepadaku, kujagapun dia
dan kusayangi pun dia dan dialah yang akan kuangkat menjadi istriku”
Didalam kutipan diatas menjelaskan bahwa Si Piso Sumalim adalah seorang anak yang penyayang, karena didalam penjelasan tersebut dijelaskan bahwa Si Piso
Universitas Sumatera Utara
Sumalim berjanji kepada tulangnya untuk menjaga dan menyayangi putri tulangnya tersebut dan Si Piso Sumalim pun bermaksud agar putri tulangnya tersebut bisa menjadi
istrinya. “ Ninna inongna ma tu Si Piso Sumalim,, anakku lao ma ho tu huta ni
tulangmu na adong di rura silindung, raja do tulangmi di san, sungkun ma annong tu halak na adong di san, dia do jabuni tulanghu namargoar punsahang
mata niari-punsahang mata nibulan. Dung sahat ho di jabuni tulangmu dongkon ma tu tulangmu bahwa ho gellenghu laos sekalian dokon ma tulangmu goarhu
asa boi ditanda tulangmu ho, sekalian laos jalo ma tu tulangmu podang malim na dibuat ibana sian ahu. Roma Si Piso Sumalim mangalusi inong na, olo inong
lao ma ahu tu hutani tulang na adong di rura silindung laos hujaloma podang malim i tu tulang i.
Terjemahan : “ Berkatalah ibunya kepada Si Piso Sumalim, anakku pergilah kau ke
kampung tulangmu yang berada di rura silindung, dia adalah seorang raja disana, setelah kau sampai disana tanyalah kepada orang yang ada di kampong
itu dimana rumah tulangmu yang bernama punsahang mata niari-punsahang mata ni bulan. Setelah sampai kau dirumah tulangmu katakanlah kepada
tulangmu namaku agar kau bisa dikenal tulangmu, sekalian mintalah kepada tulangmu pedang yang telah diambilnya dari aku. Datanglah Si Piso sumalim
berkata kepada ibunya, iya ibu aku akan pergi ke kampung tulangku yang berada di rura silindung setelah itu kumintalah pedang malim kepada tulang itu..”
Kutipan tersebut diatas menyatakan bahwa Si Piso Sumalim taat kepada orang tua, dia mau pergi ke Rura Silindung dimana itu adalah tempat tinggal tulangnya. Dia
langsung menuruti perkataan ibunya tanpa ada syarat apapun. “ di naeng lao Si Piso Sumalim tuhuta ni tulangnya, martona ma ibana
tu inong na i, “inong parrohahon ma bunga on molo malos do bunga on na adong na hurang denggan di pardalananku,jala molo mate do bunga on na
Universitas Sumatera Utara
nung mate ma ahu di pardalananku, alai molo subur do bunga on denggan ma ahu sahat tu huta ni datulang i”
“ sebelum Si Piso Sumalim berangkat terlebih dahulu dia berpesan kepada orang tuanya, “ibu,.. perhatikan lah bunga ini,. Apabila bunga ini layu
berarti ada masalah di dalam perjalananku, dan bila bunga ini mati maka aku juga mati diperjalananku,tetapi bila bunga ini subur berarti aku selamat sampai
tujuan ku ke kampung tulangku,..”
Dari contoh tersebut diatas dapat kita lihat bahwa Si Piso Sumalim adalah seorang anak yang bijaksana.Ibu Si Piso Sumalim
2 Ibu Sipiso Sumalim
Didalam cerita ini dapat disimpulkan bahwa ibu Si Piso sumalim adalah seorang ibu yang memiliki watak dan karakter mudah marah atau mudah emosi, disamping itu juga
ibu si Piso Sumalim adalah seorang ibu yang bertanggung jawab dan sayang kepada anaknya, karena didalam cerita ini diceritakan sebelum Si Piso Sumalim dilahirkan ayah
Si Piso Sumalim sudah meninggal dunia, mulai dari lahir sampai dia dewasa hanya ibunyalah yang membesarkan serta merawat dia, hal ini dapat kita lihat dalam kutipan
berikut ini. “Roma Si Piso Sumalim manungkun tu inongna,, inong adong do
tulangku? molo adong didia do sao nari? Jadi roma inong na i mangalusi Si Piso Sumalim dang adong tulangmu amang, holan sasada ahu do gelleng ni
opungmu nahinan, dung sae inong na i mangkata i jadi roma muse Si Piso Sumalim manukun sahali na i tu inong na i, nina Si Piso Sumalim ma tu inong
na i, inong adong do tulangku? Molo adong didia ibana sao nari? Jadi roma inong nai mangalusi Si Piso Sumalim sambil muruk tu ibana laos didongkon
inongna ma tu ibana, dang adong tulangmu, namapultak sian bulu do ahu na medekdek sian langit. Dung mambege hata ni inangna i laos tarunduk ma ibana
laos hohom jala laos lao ma ibana tu luar maninggalhon inongna i” Terjemahan:
Universitas Sumatera Utara
“Datanglah Si Piso Sumalim bertanya kepada ibunya,, ibu adakah tulangku? Kalau ada dimana dia berada sekarang? ga ada tulangmu, hanya aku
sendirinya anak opungmu, setelah selesai menjawab pertanyaan anaknya itu lalu datanglah Si Piso Sumalim kembali bertanya kepada ibunya, dan berkata, ibu
adakah tulangku? Kalau ada dimana di sekarang berda? Jadi datanglah ibu Si Piso Sumalim sambil marah dan menjawab pertanyaan anaknya itu, ga ada
tulangmu, yang terbelah dari bambunya aku dan yang jatuh dari langit. Setelah mendengar kata-kata ibunya itu, terdiamlah dia dan tunduk lah dia sambil
meninggalkan ibunya.
Pada kutipan diatas jelas diterangkan bahwa ibu Si Piso Sumalim adalah seorang yang gampang marah dan murah emosi, karena sewaktu Si Piso Sumalim
bertanya kepada ibunya dimana keberdaan tulangnya ibunya langsung marah kepada Si Piso Sumalim, hal tersebut menunjukan bahwa ibunya adalah seorang yang gampang
marah atau murah emosi. “ Dungkon dang sorang dope Si Piso Sumalim tu portibion nunga
jumolo marujung ngolu amang na i. Sian dak danak sahat tu na magodang holan inong na i do na pasari sari dohot na pagodang godangkon ibana.
Terjemahan : “ Sebelum Si Piso Sumalim lahir ke dunia ini ayahnya sudah terlebih
dahulu meninggal. Mulai dari anak anak sampai dia dewasa hanya ibunyalah yang merawat dan membesarkan dia.
Kutipan di atas menyatakan bahwa ibu Si Piso Sumalim adalah seorang ibu yang bertanggung jawab dan sayang kepada anaknya, karena sebelum dia dilahirkan
kedunia ini ayah Si Piso Sumalim sudah terlebih dahulu meninggal dunia dan hanya ibunyalah yang merawat dan membesarkan dia mulai dari anak anak sampai dia dewasa.
Universitas Sumatera Utara
3 Si Takkal Tabu
Didalam cerita ini berdasarkan pisik Si Takkal Tabu adalah seorang laki laki, didalam cerita ini Si Takkal tabu memiliki watak atau karakter iri hati atau ingin
mengambil kekuasaan orang lain, sifat yang dimiliki Si Takkal Tabu tidak cocok untuk dicontoh atau diteladani. Hal tersebut dapat kita lihat didalam kutipan berikut ini :
“Di tingki di pardalanan nasida tung mansai loja ma dihilala di pamatang nasida, dang sadia leleng di ida halaki adong sada batang aek na
mansai tio, jadi roma Si takkal tabu mandok tu Si Piso Sumalim i, “raja nami,.. maridi majo hita ala adong do sada batang aek natio asa boi paulak hosa loja”,
jadi roma Si Piso Sumalim mangalusi ibana, “toho ma i alai ahu ma parjolo maridi asa adong na manjaga barang barang dohot abit taon”, jadi dialusi Si
takkal tabu ma ibana, “olo raja nami parpudi pe ahu maridi”, jadi lao ma Si Piso Sumalim i maridi tu batang aek i.
“Di tingki na maridi Si Piso Sumalim di batang aek i roma Si takkal tabu dibuka ibana ma pakhean na i laos dipake ibana ma pakhean na ni habangsaon
harajaon ni Si Piso Sumalim i. jadi dung sae Si Piso Sumalim maridi sian batang ni aek i, ro ma ibana tu inganan ni Sitakkal tabu i laos tarsonggot ma
ibana mangida namasa i, laos di dongkon ma tuhatoban na i, “Takkal Tabu,.. boasa pakheon mu pakhean hi,?”, roma Sitakkal Tabu mangalusi jala intor di
buat ma podang na i, “mulai sadari on goarhu gabe Si Piso Sumalim jala ho nama Sitakkal Tabu”, Molo dang olo ho pemateon hu do ho dohot podang on”,
alani i gabe olo ma Si Piso Sumalim mamangke pakhen ni hatobanna i. Jala naso jadi paboahon ni Si Piso Sumalim do tu manang ise dibagasan parjanjian
nasida, didokkon Sitakkal Tabuma tu Si Piso Sumalim, “dengke ni sabulan tu tonggina tu tabona, manang ise si ose padan tu ripurna tu magona”. Ima
parpadanan naung niuddukkon ni Si Piso Sumalim. Dung sae halak i marpadan borhat ma halak i tu Rura Silindung”
Terjemahan : “Setelah mereka ada diperjalanan merekapun merasakan lelah dan letih,
tidak begitu lama mereka menemukan sungai yang sangat jernih, lalu Sitakkal tabu berkata kepada rajanya, “raja, mandilah dulu kita adanya sungai yang
Universitas Sumatera Utara
jernih disini agar pulih dulu rasa lelah yang kita alami, jadi datanglah Si Piso Sumalim menjawab,”itu memang benar, tetapi akulah lebih dulu mandi supaya
ada yang menjaga barang- barang dan baju kita ini, setelah aku siap nanti kita berganti biar aku yang menjaga barang- barang ini dan kamu yang mandi” lalu
Sitakkal Tabu pun menjawab, “iya raja,.. saya akan terakhir mandi”, lalu dia pun pergi mandi ke sungai yang jernih itu.
Setelah Si Piso Sumalim selesai mandi terkejutlah dia melihat Sitakkal Tabu mengenakan pakaian kebesaran kerajaannya. Si Piso Sumalim pun berkata,
“kenapa kau pakai pakaianku? ” Lalu Sitakkal Tabu menjawab,”mulai sekarang akulah yang menjadi Si Piso Sumalim dan kaulah yang menjadi Sitakkal Tabu,
jika kau tidak mau kau akan kubunuh dengan pedang ini, akhirnya Si Piso Sumalim pun menuruti perkataan Sitakkal Tabu dan dia memakai pakaian
pembantu itu. Mereka membuat perjanjian bahwasanya Si Piso Sumalim tidak akan memberitahukan kepada siapa pun. Setelah mengikat janji, mereka
berangkat menuju Rura Silindung ke tempat pamannya Si Piso Sumalim. 4
Tulang Si Piso Sumalim Di dalam cerita ini Tulang Si Piso Sumalim memiliki watak atau karakter
seorang yang bijaksana. Hal tersebut dapat kita lihat dalam kutipan dibawah ini : ”Dung sae sitakkal tabu na palsu paridihon dohot mangalehon mangan
hoda na disuruh tulangna on ma boru na manjou si takal tabu, ro ma boru na manjou sitakal tabu,, takal tabu dijou bapa ho, roma jolo ho tuson, dung i roma
sitakal tabu na palsu tu joloni tulangna, aha i tulang? Sasintongna ise do ho sabutulna alana nga huboto saonari ise sitakkal tabu, ise si piso sumalim,
disukun tulangna ma sipiso sumalim, ise do ho sabotulna,, ro ma alus ni si piso sumalim,, si piso sumalim do ahu tulang, ro ma tulangna mandongkon unang
pola margabus ho, nga huboto saonari ise sabotulna si piso sumalim na asli. Hu sungkun ma ho sahali na i ise do ho? Dung i dialusi si piso sumalim na palsu
ma ai sitakal tabu do ahu tulang, dung i disungkun tulangna muse tu ibana jadi boasa margabus ho, boasa idongkon ho goarmu si piso sumalim? ai na pengen
do ahu tulang gabe raja, alana sian opung tu dainang, sian dainang tu ahu sai lalap ma gabe hatoban, ima alasanna boasa ahu margabus tulang, dung i pas
Universitas Sumatera Utara
ditonga dalan naeng lao tuson huancam do si piso sumalim asa unang paboahon ise ibana sabotulna, jadi mangido maaf ma ahu tu hamu tulang, ro
ma tulangna tu si takkal tabu na asli dang adong maaf di ho, di jou tulangna ma angka pengawal asa manguhum sitakal tabu, dung i didokon tulangna ma tu
sipiso sumalim, mangido maaf ma ahu tulangmu alana dang boi tingkos hutanda ho, dungi di jou tulangna naon ma nantulangni sipiso sumalim, didok
tulangna ma, oma ni butet ro ma joho on do bereta sabotulna na ro sian huta habinsaran, jadi buat jo pakhean na denggan tu ibana asa tarida ibana songon
anak ni raja.” Terjemahan :
“Setelah Sitakkal Tabu selesai memandikan dan memberi makan kuda itu, di suruh lah putrinya untuk memanggil Sitakkal Tabu yang palsu, “Takkal
Tabu, datang dulu kau kemari, bapak memanggilmu” , lalu Sitakkal Tabu pun menjawab, “ada apa paman?”, “sebenarnya siapanya kalian bereku?, sekarang
aku sudah tahu yang sebenarnya”, lalu pamannya bertanya kepada Sitakkal tabu yang asli yang menyamar sebagai Si Piso Sumalim,”siapa kau yang
sebenarnya?”, dia pun menjawab,”akunya ini paman beremu Si Piso Sumalim”, lalu pamannya berkata,” kamu tidak perlu berbohong, aku sudah tahu siapa Si
Piso Sumalim yang asli. “aku menanya sekali lagi, siapanya kamu sebenarnya?”,lalu dia pun menjawab,”Sitakkkal tabunya aku paman, “jadi
kenapa kamu berbohong?, kenapa kamu bilang bahwa kamu Si Piso Sumalim?”, dia pun menjawab,”yang pengennya aku paman menjadi seorang raja karena
dari oppung sampai ke ibuku, dari ibuku sampai ke aku, tetap menjadi pembantu, itu lah alasannya mengapa aku berbohong selama ini, sewaktu
ditengah jalan menuju kemari kuancamnya Si Piso Sumalim supaya tidak di bongkarnya siapa aku yang sebenarnya, jadi aku minta maaf paman, lalu
pamannya pun memanggil pengawalnya dan menyuruh pengawalnya untuk menghukum Sitakkal Tabu. Lalu pamannya berkata kepada Si Piso Sumalim,
“aku minta maaf bere kalau aku tidak mengenalmu selama ini”. Setelah itu pamannya memanggil istrinya dan berkata kepada istrinya,” mak butet datang
dulu kesini, ini lah sebenarnya bere kita yang asli Si Piso Sumalim yang datang
Universitas Sumatera Utara
dari desa Habinsaran. Jadi ambilkanlah pakaian yang bagus untuk dapat dikenakannya, agar dia terlihat seperti anak raja.”
Dari kutipan di atas, dapat di simpulkan bahwa Tulang Si Piso Sumalim adalah seorang yang bijaksana karena tulangnya itu memberikan sanksi yang terbaik kepada
Sitakkal Tabu dan lansung menyambut dengan harus Si Piso Sumalim dengan memberikan pakaian yang lebih pantas di pakai seorang raja.
5 Nantulang Si Piso Sumalim
Didalam cerita ini peran Nantulang Si Piso Sumalim tidak terlalu banyak, tetapi penulis dapat menyimpulkan bahwa nantulang Si Piso Sumalim memiliki watak atau
karakter patuh terhadap suaminya. Hal ini dapat kita lihat didalam kutipan di bawah ini : “dungi dijou tulangna naon ma nantulangni sipiso sumalim, didok
tulangna ma, “oma ni butet,.. ro ma joho on do bereta sabotulna na ro sian huta habinsaran, jadi buat jo pahean na denggan tu ibana asa tarida ibana
songon anak ni raja.” “jadi mansai mara ma tulang na i marnida Sitakkal tabu i, dungi di
pangke Si Piso Sumalim ma pakhean na dumenggan i na nilean ni nantulang na i. Jadi di dok tulangnai ma tu ibana”
Terjemahan : “Setelah itu pamannya memanggil istrinya dan berkata kepada istrinya,”
mak butet datang dulu kesini, ini lah sebenarnya bere kita yang asli Si Piso Sumalim yang datang dari desa Habinsaran. Jadi ambilkanlah pakaian yang
bagus untuk dapat dikenakannya, agar dia terlihat seperti anak raja.” “lalu marah lah tulangnya melihat Sitakkal Tabu akibat perlakukannya.
Kemudian dikenakan Si Piso Sumalimlah pakaian yang lebih bagus yang telah di berikan nantulangnya kepadanya”
Didalam kutipan di atas, dijelaskan bahwa nantulang Si Piso Sumalim adalah seorang istri yang patuh atau turut kepada suaminya, hal tersebut dapat untuk dicontoh
atau pun untuk di teladani.
Universitas Sumatera Utara
6 Pariban Si Piso Sumalim
Didalam cerita ini dijelaskan bahwa kalau pariban Si Piso Sumalim memilikin watak atau sifat yang taat dan patuh kepada kedua orang tuanya. Hal itu dapat kita lihat
dalam kutipan dibawah in “di na lao mulak Si Piso Sumalim dung mangalangka ibana intor ro ma
muse tulang na i di dapothon ma muse Si Piso Sumalim i, ninna ma,” bere, bere, pente jo satongkin”, jadi laos so ma Si Piso Sumalim i, didok tulang na i ma
muse,”didok rohangku nian boan borukon dohot tu habinsaran, laos baen ma ibana gabe parsinonduk mu, jaga ma ibana laos haholongi ma ibana, asa lam
denggan hita marsaor lam bagak ma muse par pamili on ta, asa unang be adong marhancit ni roha di hita, asa lam tu denggan na harajaon ta on tujoloan ni ari
on”, jadi tarsonggot ma roha ni Si Piso Sumalim laos didok ma,”las do rohangku tulang di na nidok ni tulang pariban kon gabe parsinondukhu, jadi
rap ma hami tu huta ni inong di habinsaran, tung mansai denggan pe hu jaga dohot hu haholongi pariban hon, jadi borhat ma hami tulang sonari”, ro ma
boru ni tulang nai mandok, “borhat ma hami oma, bapa denggan- denggan ma hamu na tinadinghon nami”, ro ma nantulang na i mandok tu pariban na i,” olo
inang, borhat ma hamu, jaga dirim dohot manat ma ho marsimatua”, di alusi boru na i ma,”olo inang, jadi borhat ma hami”. Dung i borhat ma Si Piso
Sumalim rap dohot pariban na i sai tumatangis ma tulang dohot nantulang na i di na lao borhat halaki..”
Terjemahan : “sewaktu Si Piso Sumalim mau melangkah keluar rumah lalu tulangnya
pun berkata, “bere, bere, tunggu sebentar menurutku bawalah paribanmu ini ke habinsaran dan jadikanlah dia istrimu dan sayangilah dia agar hubungan
keluarga kita semakin baik agar tidak ada lagi sakit hati diantara keluarga kita”. Kemudian terkejutlah Si Piso Sumalim dan dia berkata,” tulang,. Aku sangat
bahagia mendengar ini semua bahwa paribanku akan menjadi istriku,m kami akan bersama- sama pergi ke kampungku dan aku akan berjanji menjaga dan
menyayanginya”. Lalu putrinya pun berkata kepada ayah dan ibunya, “ayah, ibu,
Universitas Sumatera Utara
berangkatlah kami semoga kalian baik-baik saja disini”, lalu ibunya menjawab,” jagalah dirimu dan hormatlah kepada mertuamu”
Hal diatas dapat kita simpulkan bahwa pariban Si Piso Sumalim adalah seorang anak yang patuh dan taat kepada orang tuanya, karena dia tidak melawan apa
yang dikehendaki oleh orang tuanya dan termasuk dia tidak mau untuk menolak orang tuanya menjodohkan dia dengan Si Piso Sumalim.
4.2 Nilai –nilai Sosiologis yang Terdapat Dalam Cerita Si Piso Sumalim