Teori Sosiologi Sastra Perwatakan Penokohan

orang yang mendapatkan kesenangan”. Kejujuran merupakan salah satu sifat terpuji. Setiap manusia mempunyai sifat kejujuran akan tetapi kadang-kadang untuk jujur saja manusia sangat susah dan sifat kejujuran itu sangat sering disalahgunakan oleh manusia itu sendiri. Seseorang yang mampu mengatakan hal yang sebenarnya terjadi itulah yang dinamakan dengan jujur. Daryanto 1997:309 mengatakan “jujur adalah tidak bohong, lurus hati, dapat dipercaya kata-katanya, tidak menghianati dan sebagainya”. Kesabaran adalah salah satu sifat manusia. Manusia pada umumnya memiliki rasa sabar, namun ukuran kesabaran tersebut bagi setiap orang berbeda-beda. Sifat sabar merupakan salah satu sifat yang terpuji yang dimiliki manusia. Seseorang yang tahan menghadapi segala persoalan ataupun penderitaan yang menimpa dirinya maka dapat dikatakan bahwa dia mempunyai tingkat kesabaran yang tinggi. Daryanto 1997:516 mengatakan “sabar adalah pemaaf, tidak suka marah dan tidak mudah marah dan tidak akan menimbulkan pertengkaran”. Berdasarkan pendapat diatas bahwa teori struktural yang bertujuan untuk menganalisi karya sastra berdasarkan unsur-unsur yang membangun karya sastra tersebut dalam satu hubungan antara unsur pembentuknya. Menganalisis sebuah karya sastra dengan pendekatan sosiologi sastra yang dapat membangun sebuah karangan atau sebuah karya sastra tanpa menghilangkan unsur-unsur dalam cerita.

2.2.2 Teori Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra yaitu mempermasalahkan suatu karya sastra yang menjadi pokok permasalahan tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan serta amanat yang hendak disampaikan. Universitas Sumatera Utara Dalam teori sosiologi sastra Alan Swingewood Junus 1986: 1-9 mengemukakan beberapa pengertian atau pendekatan sebagai berikut : 1. Sosiologi dan sastra yang berhubungan dengan a melihat karya sastra sebagai dokumen sosio budaya yang mencerminkan suatu jaman, b melihat segi penghasilan karya sastra, terutama kedudukan sosial penulis, c melihat penerimaan suatu masyarakat terhadap karya penulis tersebut. 2. Teori- teori sosial tengtang sastra, yang berhubungan dengan latar belakang sosial menimbulkan suatu karya sastra. 3. Landasan teori yang digunakan adalah struktur yang ada hubungannya dengan formalisme Rusia dan linguistik aliran Praha. 4. Persoalan metode yang berhubungan dengan metode secara positif dan dialektik. Secara positif, tidak diadakan penilaian terhadap karya. Setiap unsur didalamnya dianggap mewakili secara langsung sebuah unsur sosio budaya. Dalam metode dialektik hanya karya yang bernilai sastra yang dibicarakan karena keseluruhan karya itu membentuk jaringan yang kohesip dari segala unsur. Dari pengertian sosiologi sastra yang cukup luas di atas, hanya sebagian kecil yang akan digunakan dalam skripsi ini. Adapun bagian- bagian yang digunakan adalah sebagai berikut : 1 Melihat karya sastra sebagai dokumen budaya, 2Setiap unsur di dalamnya dianggap mewakili secara langsung sebuah unsur budaya, dan 3 Latar belakang sosial yang tergambar dalam sastra. 1. Melihat karya sastra sebagai dokumen budaya. Sastra merupakan bagian daripada kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu statis, yang tidak berubah, tetapi merupakan sesuatu yang dinamis, yang senantiasa berubah. Hubungan kebudayaan dengan masyarakat sangatlah erat, karena kebudayaan menurut antropolog, adalah cara suatu kumpulan masyarakat mengadakan sistem nilai, yakni berupa aturan yang menentukan sesuatu benda atau perbuatan lebih tinggi nilainya, lebih dikehendaki dari yang lain. Kebanyakan ahli antropologi melihat kebudayaan itu sabagai satu keseluruhan, di mana sistem sosial itu sendiri adalah sebagian dari kebudayaan. Universitas Sumatera Utara Singkatnya kebudayaan itu dikatakan sebai cara hidup, yaitu bagaimana suatu masyarakat itu mengatur hidupnya. Kesusastraan sebagai ekspresi atau pernyataan kebudayaan akan mencerminkan pula ketiga unsur kebudayaan seperti yang dikemukakan di atas. 1. Kesusastraan mencerminkan sistem sosial yang ada dalam masyarakat, sistem kekerabatan, sistem ekonomi, sistem politik, sistem pendidikan, sistem kepercayaan yang terdapat dalam masyarakat yang bersangkutan. 2. Kesusastraan mencerminkan sistem ide dan sistem nilai, menggambarkan tentang apa yang dikehendaki dan apa yang ditolak. Bahkan karya sastra itu sendiri menjadi objek penilaian yang dilakukan anggota masyarakat. 3. Bagaimana mutu peralatan kebudayaan yang ada dalam masyarakat tercermin pula pada bentuk peralatan tulis- menulis yang digunakan dalam mengembangkan sastra. 2. Setiap unsur di dalamnya dianggap mewakili secara langsung sebuah unsur budaya. Adapun yang dianggap mewakili secara langsung sebuah unsur budaya adalah : a. Unsur sistem sosial Sistem sosial ini terdiri pada sistem kekeluargaan, sistem politik, sistem pendidikan, dan sistem undang- undang. Struktur dalam setiap sistem ini yang dikenal sebagai institusi sosial, yaitu cara manusia yang hidup berkelompok mengatur hubungan antara satu dengan yang lain dalam jalinan hidup bermasyarakat. Universitas Sumatera Utara b. Sistem nilai dan ide Sistem nilai dan ide yaitu sistem yang memberi makna kepada kehidupan masyarakat, bukan saja terhadap alam sekitar, bahkan juga terhadap falsafah hidup masyarakat itu. Sistem nilai juga menyangkut upaya bagaimana kita menentukan sesuatu lebih berharga dari yang lain, sementara sistem ide merupakan pengetahuan dan kepercayaan yang terdapat dalam sebuah masyarakat. c. Peralatan budaya Peralatan budaya yaitu penciptaan material yang berupa perkakas dan peralatan yang diperlukan untuk menunjang keperluan. 3. Latar belakang sosial yang tergambar dalam sastra. Sosiologi karya sastra yaitu mempermasalahkan tentang suatu karya sastra yang kita jumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dan juga memperhatikan peristiwa- peristiwa yang merupakan proses kemasyarakatan yang timbul dari hubungan antara manusia dengan situasi dan kodisi yang berbeda. Latar belakang sosial yang tergambar dalam sastra ini yaitu: a. Amarah b. Kasih Sayang c. Iri Hati d. Sopan Santun e. Pertentangan f. Adat istiadat Ketiga bagian di atas dapat dirangkum dalam penjabaran berikut. Karya sastra dilihat sebagai dokumen sosio buadaya, yang mencatat kenyataan sosio budaya suatu Universitas Sumatera Utara masyarakat pada suatu masa tertentu. Penekanan di sini pada unsur- unsur sosiobudaya yang dilihat sebagai unsur- unsur yang lepas. Keadaannya hanya didasarkan pada cerita tanpa mempersoalkan struktur cerita. Unsur ini secara langsung dihubungkan dengan suatu unsur sosiobudaya karena karya itu hanya memindahkan unsur itu ke dalam dirinya. Oleh sebab itu, suatu karya sastra tidak dilihat sebagai suatu kesatuan yang bulat. Suatu unsur dilihat terlepas dari keseluruhannya. Nilai sastranya tidak dipersoalkan, dan tidak dibedakan antara karya dengan daya imajinasi yang tinggi dan rendah. Karya sastra dilihat sebagai dokumen budaya. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Metodologi berasal dari kata metode dan logos. Metode artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Sudariyanto 1998:2 mengatakan “metodologi adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan”. Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai dengan menyusun laporan. Jadi, metode penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati untuk mencapai suatu pemahaman.

3.1 Metode Dasar

Metode dasar adalah metode yang digunakan dalam hal proses pengumpulan data, sampai tahap analisa dengan mengklasifikasikan pada pokok permasalahan untuk mendapatkan sesuatu hasil yang baik, sesuai dengan apa yang diharapkan. Metode dasar yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada. Masalah yang akan dituturkan adalah tentang struktur dan nilai-nilai sosiologis yang terdapat dalam cerita Si Piso Sumalim. Metode ini menyajikan dan menganalisis data yang diperoleh dari informan.

3.2 Sumber Data Penelitian

Lokasi penelitian adalah desa Saornauli Hatoguan, kecamatan Palipi, kabupaten Samosir. Di desa ini penulis dapat memperoleh keterangan tentang cerita Si Piso Sumalim. Bahkan sampai sekarang cerita ini masih sering diperbincangkan masyarakat yang ada di desa Saornauli Hatoguan. Universitas Sumatera Utara