6. Hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampuan, dan
kehidupan sosial, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
Selain memiliki hak, para penyandang cacat juga memiliki kewajiban yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2.4. Kerangka Pemikiran
Masalah penyandang cacat merupakan salah satu masalah sosial yang seharusnya mendapatkan perhatian khusus baik dari pemerintah, maupun
masyarakat. Setiap manusia memiliki keinginan dan hak yang sama yaitu untuk dapat hidup sejahtera dan dapat menjalankan fungsi sosialnya dengan baik,
demikian halnya dengan penyandang cacat sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1997.
Namun di dalam kehidupan nyata seringkali kita melihat para penyandang cacat mengalami perlakuan yang kurang baik di masyarakat, seperti : perlakuan
diskriminasi, merendahkan dan menghina para penyandang cacat dengan berbagai alasan, serta masih adanya keengganan masyarakat untuk dapat mengakui
keberadaan penyandang tuna daksa. Hingga saat ini sarana dan upaya untuk memberikan perlindungan hukum
terhadap kedudukan, hak, kewajiban, dan peran para penyandang cacat telah dilakukan melalui berbagai peraturan perundang-undangan, yaitu yang mengatur
masalah ketenagakerjaan, pendidikan nasional, kesehatan, kesejahteraan sosial, lalu lintas dan angkutan jalan, perkeretaapian, pelayaran, dan penerbangan. Akan
tetapi, upaya perlindungan saja belumlah cukup ataupun memadai, dengan pertimbangan bahwa jumlah penyandang cacat akan meningkat pada masa yang
Universitas Sumatera Utara
akan datang, sehingga diperlukan lagi sarana dan upaya lain agar penyandang cacat dapat memperoleh kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan
penghidupan, khususnya dalam memperoleh pendidikan dan pekerjaan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosialnya yang diliputi oleh rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketenteraman lahir dan batin.
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya pelayanan yang lebih memadai, terpadu, dan berkesinambungan guna mewujudkan kemandirian dan
kesejahteraan penyandang cacat. Ini merupakan tanggung jawab bersama
Pemerintah, masyarakat, keluarga, dan penyandang cacat itu sendiri. Untuk itu, diharapkan semua unsur tersebut dapat bekerjasama dan berperan aktif dalam
mewujudkannya, yang hasilnya diharapkan kelak para penyandang cacat dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam arti mampu berintegrasi melalui komunikasi
dan interaksi secara wajar dalam hidup bermasyarakat.
Salah satu yayasan pembinaan sosial yang ikut terjun langsung dalam hal pemberian pelayanan sosial terhadap penyandang cacat ini adalah Yayasan
Pembinaan Anak Cacat yang berlokasi di Medan. Dimana yayasan ini telah memberikan berbagai program pelayanan rehabilitasi mulai dari assesment,
medis, pendidikan, pravokasional, dan rehabilitasi sosial. Proses pelayanan ini merupakan suatu upaya untuk mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan
penyandang cacat serta mewujudkan kemampuan penyandang cacat untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan dan penghidupan
di tengah-tengah masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Bagan I Kerangka Pemikiran Secara Sistematis
Program Pelayanan :
a. Layanan assesment
b. Layanan rehabilitasi medis
c. Layanan rehabilitasi pendidikan
d. Layanan rehabilitasi pravokasional
e. Layanan rehabilitasi sosial
Penyandang tuna daksa
Yayasan Pembinaan Anak Cacat YPAC Medan
Perkembangan yang dihasilkan : 1. Memiliki keterampilan
2. Dapat berfungsi sosial dengan baik 3. Mandiri sesuai dengan kemampuannya
Universitas Sumatera Utara
2.5. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.5.1. Definisi Konsep