subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan Kartasamita,1996
sebagai berikut: Pertama, upaya itu harus terarah. Ini yang secara populer disebut
pemihakan. Upaya ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya.
Kedua, program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan
dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni agar bantuan
tersebut efektif karena sesuai dengan kehendakdan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu, sekaligus meningkatkan kemampuan masyarakat
dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya.
Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri
masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya dilakukan secara
individu. Oleh karena itu pendekatan kelompok ini adalah paling efektif dan dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien.
I.6.2.2 Strategi Pemberdayaan
Dalam kaitannya dengan masyarakat miskin, Suharto mengatakan terdapat lima strategi pemberdayaan yang disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan,
Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan:
1. Pemungkinan, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat miskin berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu
membebaskan masyarakat miskin dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat.
2. Penguatan, memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat miskin dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat miskin yang menunjang
kemandirian mereka. 3. Perlindungan, melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah
agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang apalagi tidak sehat antara yang kuat dan lemah, dan
mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi
dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil. 4. Penyokongan, memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat miskin
mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat miskin agar tidak terjatuh ke dalam
keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan. 5. Pemeliharaan, memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan
keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan
berusaha. http:www.policy.husuhartomodul_amakindo_32.htm, diakses tanggal 28 Januari 2011.
1I. 3 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Kata partisipasi sering dikaitkan dengan kegiatn-kegiatan yang bernuansa pembangunan, pengambilan keputusan, kebijakan, pelayanan pemerintah.
Sehingga partisipasi ini memiliki arti yang penting dalam kegiatan pembangunan, dimana pembangunan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan
masyarakat. Mubyarto dalam Ndraha, 1990: 120 mengartikan bahwa partisipasi
sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Kemudian Adisasmita Adisasmita, 2006: 38 mengatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan,
meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan implementasi programproyek pembangunan yang dikerjakan di masyarakat lokal. Dengan kata
lain bahwa anggota masyarakat bukan hanya sebagai obyek pembangunan semata, tetapi juga sebagai subyek pembangunan.
Beberapa alasan atau pertimbangan mengapa anggota masyarakat diajak untuk berperan serta dan didorong untuk berpartisipasi Adisasmita, 2006:40
adalah:
1. Anggota masyarakat mengetahui sepenuhnya tentang permasalahan dan
kepentingankebutuhan mereka.
2. Anggota masyarakat memahami sesungguhnya tentang keadaaan
lingkungan sosial dan ekonomi masyarakatnya. 3.
Anggota masyarakat mampu menganalisis sebab dan akibat dari berbagai kejadian dalam masyarakat.
4. Anggota masyarakat mampu merumuskan solusi untuk mengatasi
permasalahan dan kendala yang dihadapi. 5.
Anggota masayarakat mampu memanfaatkan sumberdaya pembangunan SDA, SDM, dana, sarana, dan teknologiyang dimiliki untuk
meningkatkan produksi dan produktivitas dalam rangka mencapai sasaran pembangunan masyarakatnya yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat.
6. Anggota masyarakat dengan upaya meningkatkan kemauan dan
kemampuan SDMnya sehingga dengan berlandaskan kepercayaan diri dan keswadayaan yang kuat mampu mengurangi dan bahkan menghilangkan
sebagian besar ketergantungan terhadap pihak luar.
Partisipasi masyarakat juga dapat diartikan sebagai pemberdayaan masyarakat, peran sertanya dalam kegiatan penyusunan perencanaan dan
implementasi programproyek pembangunan dan merupakan aktualisasi dan kesediaan dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap
implementasi program pembangunan. Kemudian Soehardjo dalam Tangkilisan 2005: 321 mengatakan bahwa
dalam pembangunan, partisipasi semua unsur masyarakat dengan kerja sama sukarela merupakan kunci utama bagi keberhasilan pembangunan. Dalam hal ini
partisipasi berfungsi menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri dalam usaha memperbaiki taraf hidup masyarakat.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan menjadi hal yang sangat penting ketika diletakkan di atas keyakinan bahwa masyarakatlah yang paling
tahu apa yang menjadi kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Menurut Conyers dalam M. Arifin, Nst, 2007 :38 ada tiga alasan utama
mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat yang penting dalam pelaksanaan pembangunan, yaitu:
1. Partisipasi merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai
kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.
2. Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program
pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk
proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.
3. Merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam
pembangunan masyarakat sendiri. Dalam hal ini masyarakat mempunyai hak untuk turut memberikan saran dalam menentukan jenis pembangunan
yang akan dilaksanakan di daerah mereka Dalam hubungannya dengan pelaku-pelaku yang terlibat dalam aktivitas
pembangunan, Nelson dalam tangkilisan 2005:323 menyebutkan ada dua macam bentuk partisipasi, yaitu:
1. Partisipasi Harizontal yaitu partisipasi di antara sesama warga atau
anggota masyarakat, dimana masyarakat mempunyai kemampuan berprakarsa dalam menyelesaiakan secara bersama suatu kegiatan
pembangunan. 2.
Partisipasi Vertikal yaitu partisipasi antara masyarakat sebagai suatu keseluruhan dengan pemerintah, dalam hubungan dimana masyarakat
berada pada posisi sebagai pengikut atau klien. Dalam proses pembangunan, partisipasi berfungsi sebagai masukan dan
keluaran, sebagai masukan, partisipasi masyarakat berfungsi menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri. Selain itu, partisipasi
masyarakat sebagai masukan pembangunan dapat meningkatkan usaha perbaikan kondisi dan tarap hidup masyarakat yang bersangkutan, dan sebagi keluaran
partisipasi dapat digerakkan atau dibangun dengan memberikan motivasi melalui berbagai upaya, seperti Inpres Bantuan Desa, LKMD, KUD dan lain sebagainya
Ndraha, 1990:109. Keberhasilaan pembangunan dalam masyarakat tidak selalu ditentukan oleh
tersedianya sumber dana keuangan dan manajemem keuangan yang memadai, tetapi banyak dipengaruhi oleh peran serta masyarakat atau partisipasi
masyarakat.
II. 4 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan II.4.1 Gambaran Umum PNPM Mandiri Pedesaan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan
masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah
perdesaan. Pendekatan PNPM Mandiri Pedesaaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan PKK, yang selama ini dinilai berhasil.
http:arsip.pnpm-mandiri.orgimagesstoriespedum_final.pdf, diakses tanggal 21 Januari 2011.
Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat diajak terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses
perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan
dan pelestariannya. Visi PNPM Mandiri Pedesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan
kemandirian masyarakat miskin pedesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri
untuk memobilisasi sumberdaya yang ada dilingkungannya, mampu mengakses sumberdaya diluar lingkungannya, serta mengelola sumberdaya tersebut untuk
mengatasi kemiskinan. Misi PNPM Mandiri pedesaan adalah: 1 peningkatan kapasitas
masyarakat dan kelembagaannya; 2 pelembagaan sistem pembangunan
partisipatif; 3 pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal; 4 peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi
masyarakat; 5 pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan. Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Pedesaan, strategi
yang dikembangkan PNPM Mandiri Pedesaan yaitu menjadikan masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif,
serta mengembangkan kelembagaan kerjasama antar desa. Berdasarkan visi,misi dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM Mandiri Pedesaan lebih
menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri Pedesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan
pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melaui Program Pengembangan Kecamatan PPK.
Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa PMD, Departemen Dalam Negeri. Program
ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN, alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBD, dana hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank Dunia.
II.4.2 Dasar Kebijakan PNPM Mandiri Pedesaan