Pola Asuh Otoriter Pola Asuh Demokratis

23 Koch 1983: 178 yaitu : pola asuh Otoriter, Demokratis, Permisif. Hal tersebut dilakukan agar pembahasan lebih terfokus dan jelas.

1.3.1 Pola Asuh Otoriter

Pola asuh Otoriter adalah suatu bentuk pola asuh yang menuntut anak agar patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orangtua tanpa ada bertanya dan mengemukakan pendapatnya sendiri Gunarsa, 2008 . Pola asuh otoriter adalah pengasuhan yang kaku, dictator, dan memaksa untuk selalu mengikuti orangtua tanpa banyak alasan. Perilaku dalam berinteraksi pola asuh otoriter ini tegas, dan suka menghukum, serta mengekang keinginan anak. Jadi apabila seorang anak menentang atau membantah maka orangtua tidak segan - segan akan diberikan hukuman. Dalam hal ini kebebasan anak sangatlah dibatasi. Apa saja yang dilakukan seorang anak harus sesuai dengan keinginan orangtua bukan dari kesadaran dari anak. Pola asuh otoriter dapat berdampak buruk pada anak, yaitu anak merasa tidak bahagia, ketakutan, tidak terlatih untuk berinisiatif, selalu tegang, cenderung ragu,tidak mampu menyelesaikan masalah kemampuan problem solving- nya buruk, kemampuan komunikasinya buruk, serta mudah gugup. Akibat seringnya mendapat hukuman dari orangtua. Anak menjadi tidak disiplin dan nakal, pola asuh otoriter ini anak diharuskan untuk berdisiplin karena keputusan dan peraturan ada ditangan orangtua. Komunikasi yang terjadi dalam pola asuh ini adalah komunikasi searah, dimana orangtualah yang memberikan tugas dan menentukan berbagai aturan tanpa memperhitungkan keadaan dan keinginan anak. Perintah yang diberikan berorientasi pada sikap keras orangtua, karena tanpa sikap keras itu anak tidak Universitas Sumatera Utara 24 akan melaksanakan tugas dan kewajibanya. Jadi anak melakukan perintah karena takut bukan karena kesadaran dan keinginan sendiri.

1.3.2 Pola Asuh Demokratis

Menurut Shocib 2010 pola asuh demokratis adalah suatu bentuk pola asuh yang memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu tidak sepenuhnya diberikan tetapi tetap dalam pengendalian, bimbingan dan penuh pengertian antara orantua dan anak serta memberikan arahan yang mana boleh dilakukan dan yang mana tidak boleh dilakukan. Dengan kata lain pola asuh demokratis ini memberikan kebebasan kepada anak untuk mengemukakan pendapat, dan melakukan apa yang diinginkan dengan tidak melewati batas atau atiuran – aturan yang telah ditetapkan antara orangtua dan anak. Pola asuh demokratis ini ditandai dengan : Adanya sikap terbuka antara orangtua kepada anak sehingga dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga. a. Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan mempertimbangkan alasan – alasan yang dapat diterima dipahami dan dimengerti oleh anak yang disetujui bersama. b. Menentukan peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan mempertimbangkan alasan – alasan yang dapat diterima dipahami dan dimengerti oleh anak yang disetujui bersama. c. Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu dipertahankan dan yang tidak baik agar ditinggalkan. Universitas Sumatera Utara 25 d. Anak diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginan serta belajar untuk menaggapi pendapat orang lain. e. Terdapatnya komunikasi yang baik antara orantua dan anak. Dalam pola asuh demokratis ini, anak akan mampu mengembangkan kontrol terhadap prilakunya sendiri dengan hal – hal yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini mendorong anak untuk mampu berdiri sendiri, bertanggungjawab dan yakin terhadap diri sendiri. Shochib juga berpendapat bahwa dalam pola asuh demokratis menjadikan adanya komunikasi dialogis antara orangtua dan anak, dengan adanya kehangatan membuat anak remaja diterima oleh orangtua, sehingga memungkinkan mereka untuk memahami, menerima dan menginternalisasikan “pesan’’nilai moral yang di upayahkan untuk diapresiasikan berdasarkan pertimbangan anak remaja tersebut.

1.3.3 Pola Asuh Permisif