Pola Asuh Orang tua Perilaku Seksual Remaja

62 Interprestasi hasil uji hipotesa berdasarkan kekuatan kolerasai bahwa nilai 0,00-0,199 dengan interprestasi sangat lemah yaitu dalam kategorik , 0,20-0,399 dengan interprestasi lemah, 0,40-0,599 dengan interprestasi sedang, 0,60-0,799 dengan interprestasi kuat, dan 0,80-1,000 dengan interprestasi sangat kuat. Dari hasil penelitian dengan menggunakan uji kolersi Spearman diperoleh koefisien kolerasi antara variabel kolerasi dan perilaku seksual remaja r xy 0.521 memiliki kekuatan korelasi yang sedang Tabel 5.8 : Hasil uji statistik Spearmen pola asuh orang tua dengan perilaku seksual remaja n=84 Korelasi Koefisien Korelasi Sig. 2-Tailed Pola asuh orang tua dengan perilaku seksual remaja 0,521 0,001

5.2. PEMBAHASAN

5.2.1 Pola Asuh Orang tua

Berdasarkan hasil penelitian pola asuh orang tua di Kelurahan Mangga di Kecamatan Medan Tuntungan diperoleh pola asuh demokratis 48 responden 57.1 positif. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari Endang 2007 yang menunjukan bahwa dari 144 responden, sebanyak Universitas Sumatera Utara 63 135 responden 93,5 yang memiliki pola asuh orang tua demokratis. hal ini menunjukan bahwa pola asuh demokratis banyak digunakan oleh orang tua. Berdasarkan hasil analisis data oleh Deviy 2012 diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang positif pola asuh demokratis 144 52. Menurut Shocib 2010 orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk berbuat keputusan secara bebas, berkomunikasi dengan lebih baik, mendukung anak untuk memiliki kebebasan sehingga anak mempunyai kepuasan, dan sedikit menggunakan hukuman badan untuk mengembangkan disiplin. Menurut Astuti 2005, pola asuh demokrasi dapat mendorong anak untuk mandiri, tapi orang tua tetap menetapkan batas dan kontrol serta memiliki dampak positif yaitu anak-anak akan merasa bahagia, mempunyai kontrol diri dan rasa percaya didirinya terpupuk, bisa mengatasi stress, punya keinginan untuk berprestasi dan bisa berkomunikasi dengan baik. Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis akan berusaha mengajak anak agar terbiasa menerima konsekuensi secara logis dalam setiap tindakannya sehingga anak akan menghindari keburukan karena dia sendiri merasakan akibat perbuatan buruk itu, bukan karena desakan orang tuanya.

5.2.2 Perilaku Seksual Remaja

Hasil penelitian mengenai perilaku seksual remaja di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan dari 84 responden 89,2 mayoritas berperilaku positif, hasil penelitian diatas dibuktikan oleh hasil penelitian dari Meyana 2011 Universitas Sumatera Utara 64 menunjukan bahwa perilaku seksual remaja dari 84 responden 95,5 berperilaku positif. Dan hasil penelitian mengenai perilaku seksual remaja didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari Endang 2007, bahwa dari 144 responden, 125 responden 86,8 yang memiliki perilaku remaja yang positif. Dan hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth Estin 2009, dari 53 responden, 46 responden 86,8 memiliki perilaku seksual positif Menurut Sarwono 2007, perilaku seksual merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk- bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tetarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat ditimbulkannya. Akan tetapi, pada sebagian perilaku seksual yang lain dampaknya bisa cukup serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah, ketegangan mental, dan kebingungan akan peran sosial. Proporsi responden penelitian yang dilakukan di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan remaja adalah perilaku seksual dengan katagori positif yaitu pernah makan berdua dengan pacar 61.9 didukung oleh data demografi mayoritas responden remajan berusia antara 17 – 20 tahun 58,4 dengan jenis kelamin laki-laki 51,2, agaman islam 69,0 , dengan suku batak 48,8 jenjang pendidikan SMA 63,1 . Penelitian ini didukung oleh penelitian Meyana 2011 yang menayatakan bahwa dari 88 responden mayoritas responden usia 17 – 20 remaja akhir 39,8 berperilaku seksual positif, jenjang Universitas Sumatera Utara 65 pendidikan SMA 51.1. Didukung oleh hasil data dari Lestari Endang 2007 menyatakan agaman islam 5.76 suku batak 59.7. Penelitian ini juga didukung dan dibuktikan dari hasil penelitian Fuad 2003 bahwa yang menunjukkan usia remaja ketika pertama kali mengadakan hubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14 – 23 tahun dan usia terbanyak adalah antara 17 – 18 tahun, dan didukung oleh penelitian Ariyanto 2008 mengungkapkan bahwa 16,7 remaja melakukan makan berdua dengan pacar 61.9. Penelitian lain yang mendukung diungkapkan oleh Sekarrini 2011 yang menyatakan bahwa 39,3 berperilaku seksual dalam kategori ringan seperti pernah makan berdua dengan pacar. Berdasarkan hasil data dan wawancara sekaligus observasi dapat dilihat kusioner responden remaja didapati perilaku seksual remaja dikelurahan mangga ada yang berperilaku negatif perna bersetubuh dengan pacar 35.3, tetapi karna hasil data kusioner perilaku seksual remaja di kelurahan mangga berilaku seksual positif yaitu pernah makan berdua dengan pacar 61.9, mayoritas remaja berperilaku seksual positif. Pasangan remaja mengatakan sehabis makan bersama pacar remaja itu langsung pulang kerumah. 5.

2.3 Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku Seksual Remaja