Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku Seksual Remaja

65 pendidikan SMA 51.1. Didukung oleh hasil data dari Lestari Endang 2007 menyatakan agaman islam 5.76 suku batak 59.7. Penelitian ini juga didukung dan dibuktikan dari hasil penelitian Fuad 2003 bahwa yang menunjukkan usia remaja ketika pertama kali mengadakan hubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14 – 23 tahun dan usia terbanyak adalah antara 17 – 18 tahun, dan didukung oleh penelitian Ariyanto 2008 mengungkapkan bahwa 16,7 remaja melakukan makan berdua dengan pacar 61.9. Penelitian lain yang mendukung diungkapkan oleh Sekarrini 2011 yang menyatakan bahwa 39,3 berperilaku seksual dalam kategori ringan seperti pernah makan berdua dengan pacar. Berdasarkan hasil data dan wawancara sekaligus observasi dapat dilihat kusioner responden remaja didapati perilaku seksual remaja dikelurahan mangga ada yang berperilaku negatif perna bersetubuh dengan pacar 35.3, tetapi karna hasil data kusioner perilaku seksual remaja di kelurahan mangga berilaku seksual positif yaitu pernah makan berdua dengan pacar 61.9, mayoritas remaja berperilaku seksual positif. Pasangan remaja mengatakan sehabis makan bersama pacar remaja itu langsung pulang kerumah. 5.

2.3 Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku Seksual Remaja

Pada penelitian ini pola asuh dibagi atas tiga tipe yaitu demokrasi , otoriter, permisif. Untuk menghubungkan ketiga pola asuh diatas dengan perilaku seksual remaja peneliti menggunakan uji spermen Universitas Sumatera Utara 66 Dari hasil analisis data didapat nilai dengan taraf signifikansi p value p= 0.01 artinya bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh orangtua dengan perilaku seksual remaja di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan dengan kekuatan korelasi yang sedang yaitu sebesar 0,521 Menurut Peneliti Kekuatan korelasi sedang karna adanya mayoritas penduduk di kelurahan mangga kecamatan medan tuntungan menggunakan pola asuh orang tua demokratis kepada anak remajanya sehingga mayoritas remaja di kelurahan mangga berpola perilaku seksual positif dan adanya hubungan yang harmonis serta komunikasi dan perilaku yang baik anak remaja dengan orang tua. Menurut Green 2003, perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Didukung oleh hasil penelitian Seotjiningsih 2006 menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah hubungan orang tua remaja, tekanan negatif teman sebaya, pemahaman tingkat agama religiusitas, dan eksposur media pornografi memiliki pengaruh yang signifikan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Menurut Hurlock 1978 menyatakan bahwa perlakuan orang tua terhadap anak akan mempengaruhi sikap anak dan perilakunya. Keberhasilan pembentukan karakter pada anak ini salah satunya dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth Estin 2009, bahwa dari analisis statistika diperoleh nilai signifikan p value sebesar 0,000 sehingga lebih kecil dar i nilai α = 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara pola Universitas Sumatera Utara 67 asuh orang tua terhadap perilaku seksual remaja.Didukung oleh hasil penelitian oleh Deviy 2012 diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang positif pola asuh demokratis orang tua berpengaruh terhadap kemampuan mengemukakan pendapat anak 144 52. Dengan nilai nilaikoefisien korelasi product moment 0,397 dan koefisien determinasi 15,8 Dari hasil penelitian di atas, berbading terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari Endang 2007, bahwa dari analisis statistika diperoleh nilai signifikan p value sebesar 0,07 sehingga lebih besar dari nilai α = 0,05. Hal ini menunjukkan Ho gagal ditolak sehingga disimpulkan tidak ada hubungan pola asuh orangtua terhadap perilaku seksual remaja. Sebaliknya, Menurut pendapat Lauritsen 1994 bahwa pola asuh orang tua baik otoriter maupun demokrasi, permisif tidak ada hubungan yang signifikan terhadap perilaku seksual remaja. Karena seperti pola asuh otoriter yang diterapkan di kalangan keluarga yang artinya berdampak buruk pada remaja, ketika diteliti bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter tidak berdampak apa-apa pada anak remajanya. Remaja tersebut juga tidak ada berpengaruh terhadap pergaulan bebas, yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja. Didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Susi 87

97.6 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pola asuh keluarga dengan tipe