Pekerjaan Agama Karakteristik Pasien

dengan sungguh-sungguh tentulah terikat kepada agama yang dianutnya Sinulingga, 2008. Mubarak 2009 mengatakan bahwa, Agama bahasa inggris religion, yang berasal dari bahasa latin religare, yang berarti menambatkan, adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. kamus filosofi dan agama mendefenisikan agama sebagai berikut, ”sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, serta menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati”. Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti “10 firman” dalam agama Kristen atau “5 rukun Islam” dalam agama Islam. Agama merupakan kepercayaan individu kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agama merupakan tempat mencari makan hidup yang terakhir atau penghabisan. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam konstruksi suatu kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi, berperilaku individu, dan prilaku hidup sehat Sunaryo, 2004. Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya. Agama dan kepercayaan spiritual sangat mempengaruhi pandangan klien tentang kesehatan dan penyakitnya, rasa nyeri dan penderitaan, serta kehidupan dan kematian. Sehat spiritual terjadi saat individu menentukan keseimbangan antara nilai-nilai dalam kehidupannya, tujuan, dan kepercayaan dirinya dengan orang lain. Penelitin menunjukkan hubungan antara jiwa, daya pikir, dan tubuh. Kepercayan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan seseorang Potter Perry, 2009. Ajaran Agama umumnya mengajarkan kepada pemeluknya untuk melakukan hal-hal yang baik dan melarang berbuat yang tidak baik. Perbuatan baik atau yang tidak baik yang berkaitan dengan tata kehidupan. Agama memiliki aturan mengenai makanan, perilaku, dan cara pengobatan yang dibenarkan secara hukum agama. Dipandang dari sudut pandang agama apapun, pada prinsipnya mereka mengajarkan kebaikan. Sumber agama merupakan dasar dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Hal ini berarti bahwa berbuat baik dianggap melakukan perintah Tuhan, dimana perintah tersebut dianggap sebagai moral yang baik dan benar. Sedangkan larangan Tuhan adalah sebagai hal yang salah dan buruk. Persepsi yang demikian mencerminkan pola berpikir yang berpedoman pada teori etika. Pada pemahaman ini, agama dianggap mampu memberi arahan dan menjadi sumber mortalitas untuk tindakan yang akan dilaksanakan. Pada dasarnya, aturan-aturan etis yang penting diterima oleh semua agama, maka pandangan moral yang dianut oleh agama-agama besar pada dasarnya hampir sama. Agama berisi topik-topik etis dan memberi motivasi pada penganutnya untuk melaksanakan nilai-nilai dan norma-norma dengan penuh kepercayaan Sudarman, 2008. Sebagian dari kita menciptakan permasalahan atau penyakit sebagai jalan dalam mengarahkan diri kita ke arah kegembiraan terbesar kita. Mungkin tidak selalu terasa seperti ini manakalah pada saat kita merasa sakit atau berhadapan dengan gejala yang membatasi mobilitas kita dan menghalangi hidup kita, tetapi tentu banyak orang tumbuh melalui berbagai macam penayakit mereka, menjadi semakin sadar akan diri mereka, lebih mandiri secara spiritual. Itu membentuk kita untuk dapat memandang semua hal yang terjadi pada kita, sebagai suatu kesempatan bukan suatu bencana Malkani, 2001. Sudarman 2008 menyebutkan bahwa, pola hubungan agama dan kesehatan secara teoritis dapat dirincikan tiga 3 kemingkinan pola hubungan antara agama dan kesehatan. 1. Saling berlawanan Agama dan kesehatan potensial muncul sebagai dua bidang kehidupan yang saling berlawanan atau setidaknya tema kesehatan tersebut masih menjadi wacana prokontra. Dalam batasan tertentu, hal ini menunjukan bahwa apa yang dianjurkan dalam bidang kesehatan , tidak selaras dengan apa yang dianjurkan dalam agama. Contohnya, penggunaan pengobatan alternatif, dalam kebatinan Jawa praktik kesehatan ada yang dilakukan oleh dukun, yaitu dukun mendapat ilmu kesehatan dari Nyi Roro Kidul. Pengakuan terhadap adanya peran makhluk halus merupakan praktik kesehatan yang bertentangan dengan ajaran agama yang lebih menekankan aspek ketulusan beribadah dan rasionalitas dalam berpikir. 2. Saling mendukung Agama dan ilmu pengetahuan kesehatan memiliki potensi saling mendukung. Contohnya, tradisi puasa atau diet merupakan salah satu terapi yang diakui oleh kalangan medis dalam meningkatkan kesehatan. Oleh karena itu, ajaran agama sejatinya memiliki potensi untuk memberikan dukungan terhadap kesehatan dan begitu pula sebaliknya. Untuk menggenapkan masalah ini, secara umum dapat dikatakan bahwa dari sisi pengobatan modern ada teknologi kesehatan dan dalam agama ada moral kode etik penerapan teknologi kesehatan. Inilah peran simbiosis mutualisme antara agama dan kesehatan. 3. Saling melengkapi Saling melengkapi merupakan adanya peran dari agama untuk mengoreksi praktik kesehatan atau ilmu kesehatan yang mengoreksi praktik kesehatan keagamaan. Dengan adanya saling mengoreksi ini, menyebabkan praktik kesehatan dapat dibangun lebih baik lagi. Contohnya, Islam memberikan kritik pada praktik kesehatan modern yang lebih bersifat dualistis material. Dalam dunia medis, masalah kesehatan lebih banyak dianggap sebagai masalah jasmaniah belaka. Padahal, pada kenyataannya masalah sakit dan sehat manusia dipengaruhi oleh psikis individu. Oleh karena itu, agama memberikan tambahan perspektif mengenai sakit dan sehat manusia. Sudarman 2008 menyebutkan bahwa, fungsi agama bagi kesehatan ada tiga hal yaitu: 1. Sumber moral Agama memiliki fungsi yang strategis untuk menjadi sumber kekuatan moral baik bagi pasien dalam proses penyembuhan maupun tenaga kesehatan. Misalnya, bagi seorang yang beragama, sehat atau sakit adalah bagian dari perilaku Tuhan bagi umatnya dan sakit adalah karena takdir Tuhan, serta hanya Tuhan jugalah yang memiliki kemampuan menyembuhkannya. Dengan keyakinan seperti ini, seorang pasien dapat memiliki semangat hidup yang lebih baik. Bagi orang yang beragama, mereka memang keyakinan bahwa perlakuan Tuhan sesuai dengan persangkaan manusia kepada-Nya. Agama menjadi sumber sugesti dan motivasi yang kuat dalam diri pasien untuk hidup secara positif. 2. Sumber keilmuan Sejalan dengan agama sebagai sumber moral, agama pun berperan sebagai sumber keilmuan bagi bidang kesehatan. Konseptualisasi dan pengembangan ilmu kesehatan atau kedokteran yang bersumber dari agama, dapat kita sebut kesehatan profetik, dalam konteks Islam disebut dengan ilmu kesehatan Islami atau kedokteran Islami. Praktik-praktik keagamaan menjadi bagian dari sumber ilmu dalam mengembangkan terapi kesehatan. Tidak bisa dipungkiri, yoga dan meditasi adalah beberapa ilmu agama yang dikonversikan menjadi bagian dari terapi kesehatan. Dalam ajaran Islam, puasa telah diakui berbagai pihak sebagai praktik agama yang dapat menyehatkan, didalam rukun Islam dan rukun iman memiliki kandungan hikmah dalam mengembangkan kesehatan mental. Agama Khususnya Islam, sebagai sumber pengembangan tenoklogi kesehatan dikemukakan oleh Osman Bakar. Dalam kaitan ini, Osmar Bakar menyebutkan empat cabang pengobatan yang dikembangkan dalam pengobatan Islam, yaitu terapi resimental seperti terapi fisik; pijat bayi dan mandi uap, terapi diet seperti pengaturan pola makan, farmakoterapi seperti obat-obatan, dan pembedahan. 3. Amal agama sebagai amal kesehatan Seiring dengan pemikiran yang dikemukakan sebelumnya, bahwa pola pikir yang dianut dalam wacana ini adalah all for health, yaitu sebuah pemikiran bahwa berbagai hal yang dilakukan individu, mulai dari bangun tidur, mandi pagi, makan, kerja, sehat sore hari, sampai tidur lagi, bahkan selama tidur sekalipun, memiliki implikasi dan kontribusi nyata terhadap kesehatan. Seiring dengan pandangan ini, maka agama atau ritual keagamaan perlu dipahami sebagai bagian dari aktivitas manusia yang harus mendukung pada kesehatan. Oleh karena itu, selaras dengan uraian sebelumnya, dapat dikemukakan bahwa praktik agama ini memiliki kaitan dengan masalah kesehatan pikiran, asupan makanan aspek biologis, maupun jiwa aspek psikologis. Puasa dan sholat dalam ajaran Islam merupakan salah satu contoh amal agama yang relevan dengan aktivitas kesehatan jasmaniah. Sedangkan penekanan pada hukum makanan yang harus memuat syarat halal dan bersih merupakan amal agama yang terkait dengan nutrisi. Sementara pembiasaan berpikir positif merupakan bagian dari upaya membangun jiwa yang sehat.

2.1.6. Sukubudaya

Istilah kebudayaan berasal kata budh berasal dari kata sansekerta. Dari kata budh ini kemudian dibentuk kata buddhayah, bentuk jamak dari kata budhi yang berarti budi atau akalbangun atau sadar, sehingga kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal manusia. Dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah culture yang berasal dari kata latin colore, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa indonesia. Berdasarkan ilmu antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dari hasil karya manusia dalam rangka membangun kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar Sudarman, 2008. Office of minority health OMH menggambarkan budaya sebagai ide-ide, komunikasi, tindakan, kebiasaan, kepercayaan, nilai-nilai, dan adat istiadat dari kelompok ras, etnik, agama, atau sosial. Budaya merupakan konteks dimana sekelompok individu menafsirkan dan mendefinisikan pengalaman mereka yang berkaitan dengan transisi kehidupan. Hal ini termasuk kejadian-kejadian seperti kelahiran, penyakit, dan kematian. Ini merupakan suatu sistem nilai dimana individu dapat mengerti pengalaman mereka. Budaya adalah bagaimana orang lain mendefinisikan fenomena sosial seperti saat individu sehat atau memerlukan intervensi Kulwicky, 2003 dalam potter ferry, 2009. Purnell dan Paulanka 2003 dalam Potter dan Perry, 2009 mengatakan, budaya merupakan penyebaran secara sosial dari pengetahuan, bentuk tingkah laku, nilai-nilai, kepercayaan, norma, dan gaya hidup dari kelompok tertentu yang menunjukkan pandangan mereka dan cara pengambikan keputusan. Budaya memiliki dua komponen yaitu: nyata mudah dilihat, tersembunyi kurang terlihat. Soekanto 2001 dalam Sunaryo, 2004 mengatakan kebudayaan adalah ekspresi jiwa terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama, rekreasi, dan hiburan. Latar belakang budaya dan etnik seseorang mengajarkan cara sehat, cara mengenali sakit, dan cara jatuh sakit. Efek penyakit dan interprestasinya berbeda menurut keadaan kultural. Perbedaan etnik dapat mempengaruhi keputusan

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa Di RSUP Haji Adam Malik Medan

26 150 99

Hubungan Peran Perawat Pelaksana dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan

13 98 111

Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisa Di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan

18 79 79

Tingkat Kepuasan Pasien yang Menjalani Hemodialisa Dalam Pelayanan Keperawatan di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

22 153 64

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan

12 119 95

Hubungan Karakteristik Pasien dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 0 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Karakteristik - Hubungan Karakteristik Pasien dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 0 38

Hubungan Karakteristik Pasien dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 2 10

Hubungan Karakteristik Pasien dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 0 33

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Karakteristik - Hubungan Karakteristik Pasien dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 0 38