Penyiapan hewan percobaan Pengujian efek antidiare

25 dilakukan pengendapan dengan menambahkan etanol 95 yang telah diasamkan dengan 2 ml asam klorida pekat per satu liter etanol. Perbandingan filtrat dengan etanol yang ditambahkan adalah 1:1,5. Proses pengendapan dilakukan selama 12 jam, kemudian disaring. Pektin dikatakan positif jika terbentuk endapan seperti gel Hariyati, 2006.

3.6 Pembuatan Ekstrak Etanol Sabut Pinang EESP

Pembuatan EESP dilakukan secara maserasi menggunakan etanol 80. Prosedur pembuatan ekstrak secara maserasi, yaitu sebanyak 10 bagian serbuk simplisia dimasukkan ke dalam sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian etanol 80, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, serkai, lalu cuci ampas dengan etanol 80 secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Dipindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari. Dienap tuangkan atau disaring Depkes, 1979. Maserat yang diperoleh diuapkan menggunakan rotary evaporator pada temperatur ± 40 o C sampai diperoleh ekstrak kental kemudian dikeringkan menggunakan freeze dryer pada suhu -40 °C. Bagan kerja pembuatan ekstrak etanol sabut pinang dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 54.

3.7 Percobaan Efek Antidiare

Pengujian efek antidiare meliputi penyiapan hewan percobaan, penyiapan bahan kontrol negatif, bahan kontrol positif, bahan uji, induktor diare dan pengujian efek antidiare.

3.7.1 Penyiapan hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus putih 26 berjenis kelamin jantan dengan berat rata-rata 200 gram sebanyak 30 ekor. Dibagi dalam 6 kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Tikus diaklimatisasi terlebih dahulu selama 2 minggu sebelum penelitian, kemudian diberi makanan dan minuman secara teratur, serta dijaga kebersihan kandangnya. Penelitian menggunakan hewan telah mendapat persetujuan etik dari Komite Etik Penelitian Kesehatan FK USU dan Komite Etik Penelitian Hewan FMIPA USU Animal Research Ethics CommitteesAREC, dikenal dengan ethical clearance atau kelayakan etik yang merupakan keterangan tertulis untuk penelitian yang melibatkan mahluk hidup manusia, hewan dan tumbuhan. Surat ethical clearance dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 48.

3.7.2 Penyiapan bahan

Bahan yang digunakan meliputi suspensi CMC Na sebagai kontrol negatif, suspensi loperamid HCl Imodium® sebagai kontrol positif atau pembanding, suspensi ekstrak etanol sabut pinang EESP sebagai bahan uji dan oleum ricini sebagai induktor diare.

3.7.2.1 Pembuatan suspensi CMC Na 1 bv

Sebanyak 1 g CMC Na ditaburkan ke dalam lumpang yang berisi air suling panas sebanyak 20 ml, ditutup dan dibiarkan selama 30 menit hingga diperoleh massa yang transparan, digerus lalu diencerkan dengan air suling hingga 100 ml Anief, 2004. Perhitungan dosis dan volume pemberian suspensi CMC Na 1 bv dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 62.

3.7.2.2 Pembuatan suspensi loperamid HCl dosis 1 mgkg bb

Tablet Imodium yang mengandung 2 mg loperamid HCl, ditimbang sebanyak 20 tablet. Tablet digerus dan diambil serbuk sebanyak 900 mg. Serbuk 27 dimasukkan ke dalam lumpang, lalu ditambahkan suspensi CMC Na 1 bv sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen. Dicukupkan dengan suspensi CMC Na 1 bv hingga 50 ml. Perhitungan dosis dan volume pemberian suspensi loperamid HCl dapat dilihat pada Lampiran 14, halaman 63.

3.7.2.3 Pembuatan suspensi ekstrak etanol sabut pinang EESP dengan

konsentrasi 0,75; 1,5; 2,25; dan 3 bv Ekstrak ditimbang dengan seksama sesuai dengan konsentrasi masing- masing 0,0375 g; 0,075 g; 0,1125 g; dan 0,15 g kemudian dimasukkan ke dalam lumpang lalu ditambahkan sedikit suspensi CMC Na 1 bv diaduk hingga homogen. Dicukupkan dengan suspensi CMC Na 1 bv hingga 5 ml. Perhitungan dosis dan volume pemberian suspensi ekstrak etanol sabut pinang dapat dilihat pada Lampiran 15, halaman 65.

3.7.3 Pengujian efek antidiare

Dosis EESP ditentukan berdasarkan orientasi pada hewan percobaan terhadap parameternya. Dosis yang digunakan yaitu 25, 50, 75, 100, 125 dan 150 mgkg bb. Hasil orientasi dipilih variasi dosis sebanyak empat dosis, yaitu 25, 50, 75 dan 100 mgkg bb. Larutan suspensi dibuat bervariasi agar pemberian dosis EESP terhadap setiap tikus pada masing-masing kelompok seragam yaitu sebesar 0,667 ml200 g bb tikus. Tikus dipuasakan selama 18 jam sebelum perlakuan, kemudian ditimbang dan ditandai. Tikus diberikan oleum ricini sebanyak 2 ml200 g bb tikus. Satu jam setelah pemberian oleum ricini masing-masing kelompok diberi perlakuan yaitu kelompok kontrol negatif diberikan suspensi CMC Na 1 bv, kelompok kontrol positif diberikan suspensi loperamid HCl dosis 1 mgkg bb dan kelompok bahan 28 uji diberikan suspensi EESP yang terdiri dari empat dosis yaitu 25, 50, 75 dan 100 mgkg bb, lalu tikus ditempatkan dalam wadah pengamatan. Pengamatan dimulai 30 menit setelah perlakuan selama 6 jam. Parameter yang diamati meliputi saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frekuensi diare dan lama terjadinya diare Enda, 2010; Sugiarto, 2008.

3.8 Analisis data

Data hasil pengamatan saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses, diameter serapan air, berat feses dan waktu defekasi, frekuensi diare dan lama terjadinya diare, dianalisis secara statistik dengan metode analisis variansi ANOVA pada tingkat kepercayaan 95, dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan untuk melihat perbedaan nyata antar kelompok perlakuan. Analisis statistik ini menggunakan program SPSS Statistical Product and Service Solution versi 16.