32 diawali dengan melakukan orientasi dosis. Dosis yang digunakan, yaitu 25, 50,
75, 100, 125 dan 150 mgkg bb. Dosis 25, 50, 75 dan 100 mgkg bb digunakan dalam penelitian karena menunjukkan efek antidiare, sedangkan dosis 125 dan
150 mgkg juga menunjukkan efek antidiare, namun efek yang dihasilkan lebih kuat dibandingkan dengan loperamid HCl 1 mgkg bb, sehingga tidak digunakan
dalam penelitian. Hasil orientasi dapat dilihat pada Lampiran 17, halaman 69. Tikus dipuasakan 18 jam sebelum penelitian, kemudian ditimbang dan
ditandai. Tikus diberikan oleum ricini sebanyak 2 ml200 g bb tikus. Satu jam setelah pemberian oleum ricini, masing-masing kelompok diberi perlakuan, yaitu
kelompok kontrol negatif diberikan suspensi CMC dosis 1 bv, kelompok kontrol positif diberikan suspensi loperamid HCl dosis 1 mgkg bb dan kelompok
bahan uji diberikan suspensi EESP yang masing-masing terdiri dari empat dosis, yaitu 25, 50, 75, 100 mgkg bb. Penentuan efek antidiare dari ekstrak etanol sabut
pinang dilakukan dengan cara mengamati saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frekuensi diare dan lama terjadinya diare.
4.4.1 Penentuan saat mulai terjadinya diare
Hasil analisis data saat mulai terjadinya diare dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3
Hasil analisis data saat mulai terjadinya diare
Keterangan: OR : oleum ricini
EESP : ekstrak etanol sabut pinang Kel
Perlakuan Saat mulai terjadinya diare
menit ke-±SD 1
OR + CMC 1 bv 56,8±2,28
2 OR + Loperamid HCl 1 mgkg bb
107,8±11,17 3
OR + EESP 25 mgkg bb 82,4±2,51
4 OR + EESP 50 mgkg bb
91,8±2,95 5
OR + EESP 75 mgkg bb 114,0±9,11
6 OR + EESP 100 mgkg bb
127,2±10,11
33
Gambar 4.1 Grafik saat mulai terjadinya diare
Tabel 4.3 dan Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa pemberian suspensi loperamid HCl dosis 1 mgkg bb menyebabkan perubahan waktu yang sangat
berarti, yaitu pada menit ke-107,8, dimana waktu mulai terjadinya diare lebih lama dibandingkan dengan EESP dosis 25 mgkg bb 82,4 menit dan 50 mgkgbb
91,8 menit, lebih cepat daripada dosis 75 mgkg bb 114 menit dan 100 mgkg bb 127,2 menit. Hasil pengamatan saat mulai terjadinya diare dapat dilihat pada
Lampiran 18, halaman 70. Berdasarkan uji statistik anova kemudian dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan, suspensi EESP dosis 100 mgkg bb berbeda
secara signifikan dari semua dosis yang diuji. Dosis yang tidak berbeda secara signifikan adalah dosis 25 mgkg bb dengan dosis 50 mgkg bb, serta dosis 75
mgkg bb tidak berbeda secara signifikan dengan dosis loperamid 1 mgkg bb. Hasil analisis uji beda rata-rata Duncan dapat dilihat pada Lampiran 23,
halaman 78.
56,8 107,8
82,4 91,8
114 127,2
20 40
60 80
100 120
140
OR + CMC 1 bb
OR + Loperamid
HCl 1 mgkg bb
OR + EESP 25 mgkg bb
OR + EESP 50 mgkg bb
OR + EESP 75 mgkg bb
OR + EESP 100 mgkg
bb
Wak tu
mu lai
te r
jad in
ya d
iar e
me n
it
Perlakuan
34 Pengujian efek antidiare dilakukan dengan metode defekasi. Metode ini
telah dilakukan oleh Enda 2010 dan Sugiarto 2008, namun perlakuannya berbeda pada penelitian ini. Oleum ricini diberikan terlebih dahulu kemudian satu
jam setelah pemberian oleum ricini, diberikan suspensi yang akan diuji. Sampel uji dinyatakan memiliki aktivitas antidiare, jika waktu mulai terjadi diare yang
diperoleh lebih lama daripada kontrol negatif dan semakin cepat terjadinya diare, maka aktivitas antidiare akan semakin lemah.
4.4.2 Penentuan konsistensi feses diameter serapan air dan berat feses