Morfologi tumbuhan Kandungan sabut pinang

6

2.1.2 Morfologi tumbuhan

Pohon pinang berbatang langsing, tumbuh tegak, tinggi 10-30 m, diameter 15-20 cm, tidak bercabang, dengan bekas daun yang lepas. Daun majemuk menyirip, tumbuh berkumpul di ujung batang membentuk roset batang dan panjang helaian daun 1-1,8 m. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang sekitar 80 cm dan tangkai daun pendek. Tongkol bunga dengan seludang panjang yang mudah rontok, keluar dari bawah roset daun, panjang sekitar 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap. Bakal buah beruang satu. Buah bentuk bulat telur sungsang memanjang, panjang 3,5-7 cm, dinding buah berserabut, warna merah jingga jika masak. Biji satu, berbentuk seperti kerucut pendek dengan ujung membulat, pangkal agak datar dengan suatu lekukan dangkal, panjang 15- 30 mm, permukaan luar berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan Dalimartha, 2009.

2.1.3 Kandungan sabut pinang

Sabut pinang mengandung pektin 25, pektin oksalat 2, hemiselulosa 2, selulosa 40 dan lignin 18 Chanakya dan Malayil, 2011, serta mengandung flavonoid 52,57 mgg Zhang, dkk., 2009. a. Pektin Pektin berasal dari bahasa Latin, yaitu pectos yang berarti pengental atau membuat sesuatu menjadi keras atau padat. Pektin merupakan senyawa polisakarida yang larut dalam air dan secara umum terdapat di dalam dinding sel primer tanaman, khususnya di sela-sela antara selulosa dan hemiselulosa, berfungsi sebagai perekat antara dinding sel yang satu dengan yang lain. Bagian antara dua dinding sel yang berdekatan tersebut dinamakan lamella tengah. Pektin 7 memiliki potensi yang baik dalam bidang farmasi. Towel dan Christensen 1973 menyatakan bahwa sejak dahulu pektin digunakan dalam penyembuhan diare dan menurunkan kadar kolesterol darah Hariyati, 2006. Pektin sebagai antidiare bekerja dengan cara membentuk gumpalan seperti gel, sehingga feses yang terbentuk menjadi lebih padat. Pektin juga bekerja melawan bakteri tertentu yang dapat menyebabkan diare dan oleh flora normal di usus dapat membentuk suatu lapisan yang menutupi bagian usus yang mengalami iritasi, selain itu pektin dapat menghambat motilitas usus Yajima, 1985. b. Pektin oksalat Pektin oksalat merupakan pektin yang tidak larut dalam air yang disebut dengan protopektin Chanakya dan Malayil, 2011. Protopektin dengan adanya larutan asam akan terhidrolisis menjadi pektin yang mudah larut Hariyati, 2006. c. Selulosa Selulosa adalah polimer glukosa yang berbentuk rantai linier dan dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosidik. Struktur yang linier menyebabkan selulosa bersifat kristalin dan tidak mudah larut. Selulosa tidak pernah ditemukan dalam keadaan murni di alam, tetapi selalu berikatan dengan hemiselulosa dan lignin membentuk kerangka utama dinding sel tumbuhan Mosier, dkk., 2005. Molekul selulosa pada tumbuhan tersusun dalam bentuk fibril yang terdiri atas beberapa molekul paralel yang dihubungkan oleh ikatan glikosidik, sehingga sulit diuraikan. Komponen-komponen tersebut dapat diuraikan oleh aktivitas mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme mampu menghidrolisis selulosa untuk digunakan sebagai sumber energi, seperti bakteri dan fungi Sukumaran, dkk., 2005. 8 d. Hemiselulosa Hemiselulosa adalah polimer glukosa dengan lima monomer yang berbeda, yaitu glukosa, mannosa, galaktosa, xylosa dan arabinosa. Hemiselulosa sangat dekat hubungannya dengan selulosa dalam dinding sel tanaman. Rantai molekul hemiselulosa jauh lebih pendek bila dibandingkan dengan selulosa Hermiati, dkk., 2010. e. Lignin Lignin atau zat kayu adalah polimer terbanyak kedua setelah selulosa yang terdapat di antara sel-sel dan di dalam dinding sel. Lignin berfungsi sebagai pengikat antar sel dan menguatkan dinding sel, sehingga tumbuhan yang besar seperti pohon yang tingginya lebih dari 15 m tetap dapat kokoh berdiri. Struktur molekul lignin sangat berbeda dengan polisakarida karena terdiri atas sistem aromatik yang tersusun atas unit-unit fenilpropana. Lignin sangat stabil dan sukar dipisahkan dan mempunyai bentuk yang bermacam-macam, sehingga susunan lignin yang pasti di dalam suatu tanaman tidak menentu. Nofriadi, 2009. f. Flavonoid Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman. Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenolik dengan struktur kimia C 6 -C 3 -C 6 Redha, 2010. Flavonoid dapat mengobati diare dengan cara menghambat produksi prostaglandin E 2 Meite, dkk., 2009 karena pada kondisi diare prostaglandin E 2 menyebabkan hipersekresi dan bertumpuknya cairan di usus akibat resorpsi air dan elektrolit yang terganggu, sehingga meningkatkan motilitas usus dan cairan 9 yang dikeluarkan terlalu banyak, serta menambah frekuensi defekasi Sanchez de Medina, dkk., 1997.

2.1.4 Manfaat tumbuhan