Alat ukur persediaan Klasifikasi persediaan

akan dikirim atau dijual pada suatu waktu tertentu, ada juga karena merupakan akibat dari permintaan yang terlalu sedikit dibandingkan dengan perkiraan awal. Hal ini disebabkan oleh adanya ketidakpastian. Ketidakpastian pada supply chain tidak hanya muncul dari arah permintaan tetapi juga dari arah pasokan dan operasi internal. Adapun yang menjadi yang menjadi tujuan pengendalian persediaan menurut Assauri 1988:177 adalah sebagai berikut: 1. Menjaga jangan sampai terjadi kehabisan persediaan. 2. Menjaga agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar sehingga biaya yang timbul tidak terlalu besar. 3. Menghindari pembelian secara kecil-kecilan karena akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.

2.4.1 Alat ukur persediaan

Persediaan memang harus selalu diperhatikan karena terlalu sensitif. Tidak terlalu banyak dan tidak pula terlalu sedikit. Alat ukur yang menjadi patokan dalam memenuhi persediaan yaitu: 1. Tingkat perputaran persediaan inventory turnover rate. Ini melihat seberapa cepat produk atau barang mengalir relatif terhadap jumlah yang rata-rata tersimpan sebagai persediaan. Nilainya bisa diukur untuk tiap individu produk atau secara agregat mewakili satu kelompok atau keseluruhan produk. Tingkat perputaran biasanya diukur dalam setahun. 2. Inventory days of supply. Didefinisikan sebagai rata-rata jumlah hari suatu perusahaan bisa beroperasi dengan jumlah persediaan yang dimiliki. Ukuran Universitas Sumatera Utara ini bisa dikatakan seirama dengan tingkat perputaran persediaan. Kalau inventory days of supply panjang maka tingkat perputarannya rendah. 3. Fill rate adalah persentase jumlah item yang tersedia ketika diminta oleh pelanggan. Jadi fill rate 97 berarti ada kemungkinan 3 dari item yang diminta oleh pelanggan tidak tersedia. Akibatnya pelanggan harus menunggu beberapa lama atau pindah ketempat lain untuk mendapatkannya. Fill rate bisa di ukur untuk tiap produk secara individual atau untuk keseluruhan produk secara agregat. Untuk menciptakan supply chain management yang efektif, perusahaan mungkin harus membedakan target fill rate untuk setiap pelanggan dan tiap item. Pujawan, 2005: 102-103.

2.4.2 Klasifikasi persediaan

Setelah mengetahui alat ukur untuk menentukan kapasitas persediaan, diperlukan pula klasifikasi untuk menentukan jenis persediaan tersebut: 1. Berdasarkan bentuknya, persediaan bisa diklarifikasikan menjadi bahan baku raw materials, barang setengah jadi wood in process, dan produk jadi finished product. Klarifikasi ini biasanya hanya berlaku pada konteks perusahaan manufaktur. Produk jadi yang dihasilkan oleh supplier akan menjadi bahan baku bagi sebuah pabrik perakitan. Jadi, dalam konteks supply chain mestinya produk jadi adalah produk yang sudah tidak akan mengalami proses pengolahan lagi dan siap digunakan oleh pemakai akhir. 2. Berdasarkan fungsinya, persediaan bisa dibedakan menjadi: a. Pipeline. Persediaan ini muncul karena lead time pengiriman dari suatu tempat ketempat lain. Barang yang tersimpan di truk sewaktu proses pengiriman adalah salah satu contohnya. Universitas Sumatera Utara b. Cycle stock, ini adalah persediaan akibat motif memenuhi skala ekonomi seperti yang didiskusikan diatas. Persediaan ini punya siklus tertentu. Pada saat pengiriman jumlahnya banyak, kemudian sedikit demi sedikit berkurang akibat dipakai atau dijual sampai akhirnya habis atau hampir habis kemudian mulai dengan siklus baru lagi. c. Persediaan pengaman safety stock. Fungsinya adalah sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian permintaan maupun pasokan. Perusahaan biasanya menyimpan lebih banyak dari yang diperkirakan dibutuhkan selama suatu periode tertentu supaya kebutuhan yang lebih banyak bisa dipenuhi tanpa harus menunggu. Menentukan berapa besarnya persediaan pengaman adalah pekerjaan yang sulit. Besar kecilnya persediaan pengaman terkait dengan biaya persediaan dan service level. d. Anticipation stock adalah persediaan yang dibutuhkan untuk mengantisipasi kenaikan permintaan akibat sifat musiman dari permintaan terhadap suatu produk. 3. Persediaan juga bisa diklarifikasikan berdasarkan sifat ketergantungan kebutuhan antara satu item dengan item yang lainnya. Item-item yang kebutuhannya tergantung pada kebutuhan item lain dinamakan dependent demand item. Sebaliknya, kebutuhan dependent demand item tidak tergantung pada kebutuhan item lain. Klasifikasi ini dilakukan karena pengelolaan kedua jenis item ini biasanya berbeda. Yang termasuk dalam dependent demand item biasanya adalah komponen atau bahan baku yang akan digunakan untuk membuat produk jadi. Pujawan, 2005: 103-105.

2.4.3 Komponen-komponen biaya persediaan