3. Model EOQ Fixed Production Rate.
4. Model EOQ Quantity Discount.
2.1.1 Model EOQ statis klasik
Model persediaan statis klasik merupakan model persediaan yang paling sederhana dari berbagai model yang ada. Terdapat beberapa asumsi-asumsi yang
ada pada Model Statis ini yakni: 1.
Hanya satu item barang produk yang diperhitungkan, 2.
Kebutuhan permintaan setiap periode diketahui tertentu, 3.
Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia. 4.
Waktu ancang-ancang lead time bersifat konstan, 5.
Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan,
6. Tidak ada pesanan ulang back order karena kehabisan persediaan storage,
dan 7.
Tidak ada quantity discount. Adapun proses penghitungannya dengan menganalisa tahap demi tahap
sebagai berikut: Biaya Total Persediaan = Biaya Pesanan + Biaya Penyimpanan + Biaya
Pembelian Parameter-parameter yang dipakai dalam model ini adalah:
D = Jumlah kebutuhan produk selama satu periode k = Biaya pesanan setiap kali pesan
h = Biaya penyimpanan per-unit persediaan c = Biaya pembelian per-unit produk
Universitas Sumatera Utara
t = Waktu antara satu pemesanan kepemesanan berikutnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan mengenai:
a. Jumlah pemesanan yang optimal EOQ,
b. Frekuensi pemesanan f,
c. Waktu antar pemesanan t
, d.
Biaya Total Persediaan yang relevan TIC. Adapun rumus yang akan digunakan dalam pemecahannya adalah sebagai
berikut: a.
Dari rumus Wilson, rumus untuk menentukan jumlah pesanan yang optimal EOQ:
��� = � 2
�� ℎ
b. Rumus untuk menentukan Frekuensi pemesanan f:
� = �
�
c. Rumus untuk waktu antar pemesanan t
: t
= ���
� d.
Rumus untuk menentukan Total persediaan yang relevan TIC: ��� = √ 2��ℎ
2.1.2 Model EOQ dengan back order
Pada asumsi keenam dalam model dasar EOQ adalah tidak adanya back order karena kehabisan persediaan shortage cost. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan actual actual demand dan biasanya lebih rendah dibandingkan biaya persediaan tambahan
Universitas Sumatera Utara
yang diperlukan bila memenuhi seluruh kebutuhan tanpa back order. Tujuannya
adalah untuk menentukan ukuran kuantitas Q optimal yang meminimasi Total
biaya TIC persediaan sehingga bisa diasumsikan sebagai berikut:
1. Berapa jumlah persediaan maksimal yang diinginkan pada awal siklus
pemesanan produksi. 2.
Berapa jumlah kehabisan persediaan maksimal yang diperbolehkan. Dalam model ini dipakai asumsi bahwa perusahaan menanggung beban
biaya kehabisan persediaan shortage cost, yaitu kerugian atas ketidakmampuan perusahaan menyediakan barang yang dibutuhkan p dan lama kebutuhan itu baru
dapat dipenuhi. Berdasarkan model dan asumsi tersebut, maka TIC persediaan model back order dapat dinyatakan dalam persamaan:
TIC = Biaya Pesanan + Biaya Penyimpanan + Biaya Kehabisan Persediaan
Adapun rumus yang akan digunakan dalam pemecahannya adalah sebagai berikut:
TIC = k �
� +
ℎH
2
2 �
+ �
� − �
2
2 �
Tujuan model persediaan ini adalah mencari nilai Q dan H yang dapat meminimasi TIC persediaan. Dengan menderivatifkan secara parsial persamaan
diatas, maka diperoleh:
� = � 2
�� ℎ
� � + ℎ
�
� = � 2
�� ℎ
� �
� + ℎ
Universitas Sumatera Utara
Dengan memasukkan persamaan Q dan H ke persamaan TIC, maka diperoleh:
��� = √2ℎ�� � �
� + ℎ
2.1.3 Model EOQ fixed production rate