Sumber: dokumentasi dan wawancara kepada pemilik toko 2016. Data diatas merupakan data hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan oleh peneliti. Data ini dapat menunjang kelangsungan penelitian yang akan dilakukan. Pemilik melakukan pemesanan produk semen hanya pada saat
stok semen telah habis terjual. Artinya pemilik baru akan memesan kembali jika produk semen benar-benar sudah kosong. Hal ini yang menjadi fokus penelitian
yang akan dijadikan target utama karena tindakan yang dilakukan oleh pemilik cukup berisiko. Keputusan tersebut tentunya dapat membuat calon pembeli akan
langsung pergi mencari produk semen pada toko lain.
4.2.2 Identifikasi Berbasis Supply Chain Management SCM
Fokus utama penelitian ini adalah terletak pada pendekatan ini. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk meminimalisir biaya-biaya serta konsistensi
waktu yang terpakai selama melakukan pemesanan produk semen. Pendekatan ini baru dapat dianalisa setelah mengetahui aspek-aspek biaya serta waktu
pengiriman dari hulu perusahaan sampai ke hilir tempat usaha. Seperti yang terlihat bahwasanya Model Economic Order Quantity EOQ telah membahas
bermacam rangkaian biaya yang dikeluarkan selama pesanan dan berikut akan dibahas efisiensi waktu selama pengiriman produk semen pada pendekatan Supply
Chain Management SCM, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Pendekatan Supply Chain Management SCM dari Segi Waktu Pesanan
NO. Jenis Kegiatan
Keterangan
1. Lama Pengiriman
1 ā 4 jam 2.
Bongkar muatan ke gudang 1 ā 2 jam
Sumber: Hasil penelitian 2016.
Universitas Sumatera Utara
Data diatas didapat dari hasil wawancara terhadap pemilik usaha. Perusahaan produk semen yang berlokasi disekitar Belawan tempat dimana
Usaha ini memesan produk semen lebih mengutamakan pelanggan yang membayar produk tunai bukan kredit. Salah satunya adalah Toko Material
Usaha Panglong Jaya Bangun ini. Perusahaan tentunya selalu siap sedia mengisi muatan Produk semen kedalam truk untuk didistribusikan kepelanggannya guna
menghemat waktu. Namun beberapa waktu perusahaan sengaja mengalihkan distribusi produk
kepelanggan yang telah membayar tunai produknya. Hal ini tentunya membuat usaha sedikit kesulitan dalam memprediksikan lama pengiriman produk yang
dipesan. Belum lagi jika terjadi kemacetan lalu lintas selama diperjalanan.
4.2.3 Identifikasi Peramalan Persediaan
Persediaan memang harus tetap di awasi pemenuhannya, karena persediaan terlalu sensitif. Tidak terlalu banyak dan tidak pula terlalu sedikit.
Untuk mengidentifikasikannya diperlukan patokan ataupun alat ukur untuk pemenuhan persediaan tersebut. Adapun alat ukurnya sebagai berikut:
a. Inventory turnover rate. Pada toko material Panglong Jaya Bangun, tingkat
perputaran persediaannya masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari persediaan yang tidak tertata. Produk semen baru akan dipesan saat produk telah habis
terjual atau pada saat mendapat proyek besar-besaran. Pada pengukuran ini biasanya disebut juga sebagai jumlah kebutuhan barang selama satu periode
dengan simbol āDā untuk menghitungnya. b.
Inventory days of supply. Pada toko material Panglong Jaya Bangun, rata-rata frekuensi pesanan biasanya dilakukan sebanyak 7 kali pemesanan. Untuk
Universitas Sumatera Utara
mengukur frekuensi dapat dihitung dengan membagi tingkat persediaan D dengan rata-rata pesanan Q selama satu periode.
c. Fill rate. Pada toko material Panglong Jaya Bangun, persentase jumlah item
yang harus tersedia sebelum melakukan pesanan ulang biasanya mendekati nol persediaan habis. Untuk mengukurnya dapat dilakukan dengan
menghitung pesanan yang ekonomis EOQ, frekuensi pesanan f, dan selisih antar pesanan t.
Setelah mengetahui alat ukur untuk menentukan kapasitas persediaan, diperlukan pula klasifikasi untuk menentukan jenis persediaan tersebut. Jika
dilihat dari bentuknya, produk semen dapat dikatakan sebagai produk jadi finished produk. Namun jika dilihat berdasarkan fungsinya, produk semen
adalah produk yang berbentuk pipeline, dimana persediaan muncul diakibatkan adanya waktu tenggang pemenuhannya dari satu tempat ketempat yang lain.
Produk yang dikirim dari pabrik perusahaan untuk diecerkan oleh toko material ini.
Komponen-komponen biaya persediaan dapat diidentifikasikan dengan menentukan kategori biaya-biaya tersebut, adapun komponen-komponennya
sebagai berikut: a.
Biaya pembelian. Biaya pembelian produk semen biasanya Rp.45400 sak. b.
Biaya pemesanan. Biaya pemesanan produk semen adalah Rp.200 pesan. c.
Biaya simpan. Biaya simpan produk semen adalah Rp.300 sak. d.
Biaya kekurangan persediaan. Belum ada biaya kekurangan persediaan pada toko ini.
Universitas Sumatera Utara
Pada jenis penjualan, toko material Panglong Jaya Bangun termasuk dalam kategori Technical selling. Sebagai pengecer yang meningkatkan penjualan
dengan cara member arahan kepada pembeli akhir dari produk semen yang dijual, dan pemilik lebih kepada kriteria sales engineer dalam melakukan penjualan.
4.3 Analisis Data