Pengertian Kinerja Kerangka Teori

7 yang digunakan sebagai pisau analisis antara lain ialah Kinerja, Teori Pembangunan, Teori Kebijakan Publik, serta Konsep Pemerintah Daerah.

1.6.1. Pengertian Kinerja

Berdasarkan pengertian dari Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa kinerja merupakan sesuatu sasaran ataupun tujuan yang harus dicapai. 9 Dalam halnya organisasi, kinerja diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut. 10 Dalam kinerja ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu kualitas, kuantitas, dan ketepatan waktu. Hal senada juga dikemukakan oleh Anwar Prabu Mangkunegara, menurutnya kinerja merupakan sebuah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kesimpulan yang dapat diambil ialah bahwa kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan perlu diberitahukan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil atau tingkat keberhasilan suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi baik itu perusahaan, instansi pemerintahan dan lembaga-lembaga lainnya. Ada enam karakteristik dari sesorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dalam mencapai prestasi kerja yaitu: 1 memiliki tanggungjawab yang tinggi, 2 berani mengambil resiko, 3 memiliki tujuan yang realistis, 4 memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merelalisasikan tujuan, 5 memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukan, 6 mencari kesempatan untuk merelisasikan rencana yang telah diprogramkan. 9 Chaizi Nasucha. 2004. Reformasi Administrasi Publik. Jakarta: PT. Grasindo. Hal.54 10 Drs. Hesel Nogi S. Tangkilisan. M.Si. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset YPAPI. Hal.175 Universitas Sumatera Utara 8 Untuk mengukur kinerja apakah itu baik ataupun buruk dapat digunakan beberapa ukuran kinerja. Beberapa ukuran tersebut meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja, pengetahuan tentang pekerjaan, kemampuan mengemukakan pendapat, pengambilan keputusan, perencanaan kerja dan lingkungan organisasi kerja. Dalam tulisan ini, ukuran prestasi kinerja yang digunakan lebih sederhana. Terdapat tiga kriteria yang dipakai, pertama kuantitas kerja yaitu jumlah yang harus dikerjakan, kedua kualitas kerja yaitu mutu yang dihasilkan, dan yang ketiga adalah ketepatan waktu yaitu kesuesuaian dengan waktu yang telah ditetapkan. Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering diartikan oleh para cendekiawan sebagai “penampilan”, “unjuk kerja”, atau “prestasi”. David C McClelland berpendapat bahwa ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kinerja. Beberapa individu mempunyai dorongan yang kuat sekali untuk berhasil. Mereka lebih mengejar prestasi pribadi dibandingkan dengan adanya imbalan terhadap keberhasilan. Mereka mempunyai dorongan untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik atau lebih efisien daripada yang telah dilakukan sebelumnya. Dorongan ini yang disebut dengan n Ach singkatan dari need for Achievement, kebutuhan untuk meraih hasil atau prestasi. 11 Virus n Ach diartikan sebagai suatu macam pikiran yang berhubungan dengan melakukan sesuatu dengan baik ataupun melakukan sesuatu dengan lebih baik lagi dari yang pernah ada sebelumnya, lebih efisien dan lebih cepat. McClelland menyebutkan bahwa bangsa-bangsa yang lebih tinggi n Ach-nya akan berkembang lebih pesat. Beliau juga menyebutkan bahwa revolusi akan terjadi apabila virus n Ach tetap kokoh tertanam. Itu sebabnya beliau menimpulkan bahwa virus n Ach merupakan salahb satu unsur penting dalam modernisasi. Dari penelitian mengenai kebutuhan akan prestasi, McClelland menemukan bahwa individu yang mempunyai dorongan prestasi tinggi berbeda dengan individu yang mempunyai keinginan kuat untuk melakukan hal-hal dengan lebih baik. Mereka 11 Myron Weiner. Ibid. hal.2-3 Universitas Sumatera Utara 9 mencari kesempatan pada saat mereka mempunyai tanggung jawab pribadi untuk memecahkan permasalahan, mereka dapat segera menerima umpan-balik atas kinerjanya sehingga mereka dapat mengetahui dengan mudah apakah mereka menjadi lebih baik atau tidak, dan mereka dapat menentukan langkah-langkah yang menantang. Individu-individu yang mempnyai dorongan prestasi yang tinggi lebih menyukai tantangan dalam menyelesaikan suatu masalah dan menerima kegagalan dengan lapang dada bukannya mengandalkan peluang atau bantuan individu lain. Berdasarkan teori tersebut, maka dapat ditarik bahwa pegawai atau dalam hal ini Pemerintah Daerah akan mampu mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki n Ach yang tinggi. Kebutuhan akan prestasi ini harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri dan lingkungan kerja. Hal ini karena n Ach atau kebutuhan akan prestasi yang tumbuh dari dalam diri sendiri akan membentuk suatu kekuatan diri dan jika kondisi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian kinerja akan lebih mudah. Selain David C McClelland, Abraham Maslow juga mengungkapkan teori kebutuhan yang menyebutkan bahwa tingkah laku individu berguna untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan needs membantu menentukan cara bagaimana seseorang harus merespon atau bagaimana menemukan stimulasi lingkungan, dengan memperhitungkan fakta-fakta objektif maupun fakta -fakta subyektif. Maslow menyatakan bahwa manusia mempunyai sejumlah kebutuhan dalam bentuk hirarki yang terdiri atas lima jenjang kebutuhan yaitu fisiologis, keamanaan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi apabila jenjang sebelumnya telah terpenuhi. Hirarki kebutuhan bersifat mengikat, maksudnya; kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah harus relatif terpuaskan sebelum orang menyadari atau dimotivasi oleh kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi. Berdasarakan hal tersebut dapat dilihat bahwa seseorang akan termotivasi untuk lebih giat lagi apabila jenjang kebutuhannya belum terpuaskan atau terpenuhi. Itu sebabnya teori kebutuhan Maslow juga berkaitan erat dengan pencapaian kinerja. Universitas Sumatera Utara 10

1.6.2. Teori Pembangunan