Teori Pembangunan Kerangka Teori

10

1.6.2. Teori Pembangunan

Pembangunan adalah suatu hal yang kompleks, dimana pembangunan meliputi perubahan-perubahan sosial. Riant Nugroho mengatakan bahwa dalam pembangunan, perencanaan pembangunan menjadi kunci, karena sesungguhnya ini adalah pekerjaan yang maha rumit. Seperti diketahui, istilah “pembangunan” adalah istilah khas dari proses rekayasa sosial dalam arti luas, termasuk ekonomi, politik, kebudayaan, dan sebagainya yang dilaksanakan oleh negara-negara berkembang. Bagi negara berkembang melakukan pembangunan dalam era globalisasi bukanlah pekerjaan yang mudah. Tambah lagi pembangunan menjadi sebuah ideologi bagi setiap negara baru negara-negara yang rata-rata merdeka setelah Perang Dunia Kedua usai. Kemajuan dan kemakmuran negara-negara di Eropa Barat dan Amerika Utara tidak hanya memicu semangat negara-negara berkembang untuk mengejar ketertinggalan bahkan lebih menjadi obsesi. Pembangunan menjadi ideologi, agama, bahkan kemudian menjadi mitos. Sebuah keyakinan bahwa pembangunan pada akhirnya membuat negara-negara terbelakang mampu mengejar ketertinggalannya, dan menjadi setara dengan negara yang maju. Padahal, sebagian besar perjalanan pembangunan negara-negara tersebut berujung kepada jalan buntu. Nugroho mengemukakan bahwa, kecenderungan mempergunakan pendekatan politik atau pendekatan ekonomi untuk menyelesaikan masalah pada saat ini sudah tidak memadai lagi karena antara politik dan ekonomi, memiliki satu kesamaan. Keduanya adalah alat ukur yang relatif bersifat subyektif, yakni tergantung kepada siapa yang mempergunakan pendekatan tersebut. Menurutnya, pendekatan yang lebih tepat dipergunakan dalam menyusun konsep pembangunan baru dengan pendekatan manajemen. Makna manajemen di sini lebih luas daripada sekedar manajemen perusahaan atau pemerintahan. Manajemen di sini adalah sebuah paradig dan sebuah filosofi hidup. Manajemen adalah bagaimana kita menata kehidupan yang lebih baik, tertata, dan dapat dipertanggungjawabkan. Universitas Sumatera Utara 11 Pendekatan manajemen dimulai dengan menyusun Visi, kemudian Misi, Strategi, dan Aksi pembangunan. Visi adalah arah ke mana kita hendak pergi, sedangkan misi adalah tentang apa yang harus dikerjakan dalam usaha mewujudkan visi. Ditegaskan oleh Nugroho agar paradigma dan pendekatan pembangunan yang baru ini dapat dilaksanakan, maka visi baru perlu dirumuskan dan dijadikan dasar perumusan kebijakan dan strategi jaringan pembangunan. Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan. Menurut Nugroho, strategi pembangunan yang paling akomodatif untuk era globalisasi adalah pemberdayaan. Pemberdayaan dilakukan oleh tiga aktor dalam negara yakni, organisasi publik, organisasi bisnis dan masyarakat dalam hal ini civil society. Menurut Nugroho, strategi pemberdayaan terdiri dari empat indikator, yaitu para pelaku pembangunan, baik sektor negara dan sektor masyarakat, memeperoleh keadilan dan kesetaraan dalam hal akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dari dan terhadap pembangunan. Pemberdayaan memepergunakan tiga tahapan yakni penyiapan bagi yang hendak diberdayakan, pemihakan terhadap yang diberdayakan dan perlindungan bagi yang sudah mandiri. Keberhasilan pemberdayaan tersebut dapat dilihat dari sejauh mana organisasi- organisasi tersebut telah dikelola dengan baik sehingga memberikan nilai bagi kustomernya dalam hal ini masyarakat. Lebih lanjut Nugroho menyatakan bahwa strategi pembangunan pemberdayaan adalah meletakkan organisasi publik sesuai tugas-pokok-dan-fungsinya, dan demikian pula dengan kedua organisasi yang lain. Strategi yang bersifat makro tersebut dijabarkan dalam strategi mikro yang bersifat aksi yakni setiap organisasi harus menjalani proses “reinventing” atau penemuan diri, dengan melalui tiga penahapan. Pertama, reorientasi, yaitu menemukan di mana kondisi saat ini, apa yang masih tersisa dan hendak ke mana tujuan organisasi. Kedua, restrukturisasi yakni menata ulang seluruh rancang bangun organisasi dan nilai agar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai serta kondisi riil dan potensial yang dimiliki. Ketiga, aliansi yakni menyetarakan dan menyamakan langkah antar organisasi, baik di dalam sektornya maupun lintas sektor. Universitas Sumatera Utara 12 Teori modernisasi merupakan salah satu pelengkap dalam teori pembangunan dunia ketiga. Schoorl menyebutkan bahwa modernisasi adalah suatu proses transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya. Dalam bukunya yang berjudul Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara- Negara Sedang Berkembang 1981 Schoorl membuka tulisannya dengan menyatakan bahwa modernisasi sebagai gejala umum. Semua bangsa terlibat dalam proses modernisasi. Manifestasi proses modernisasi ini pertama kali nampak di Inggris pada abad ke-18 yang disebut revolusi industri. Penyebaran itu dianggap sebagai sesuatu yang begitu biasa, sehingga masyarakat dunia itu dibagi menjadi dua kategori yaitu negara maju dan negara sedang berkembang, masing-masing terdiri atas negara-negara yang telah mengalami modernisasi dan yang sedang mengadakan modernisasi. 12 Lebih lanjut, Schoorl menyatakan bahwa ada beberapa konsep kunci sosiologi yang berhubungan dengan proses-proses modernisasi seperti industrialisasi, pertumbuhan ekonomi, kapitalisasi, perubahan struktur masyarakat baik melalui kemajuan politik maupun mobilitas penduduk, perkembangan teknologi sebagai peningkatan pengetahuan. Modernisasi sama artinya dengan evolusi bila dibatasi pada perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan. Menurut Linton, modernisasi dan masyarakat modern itu dapat bermacam-macam arahnya. 13 Tergantung pada nilai-nilai dan norma-norma yang digunakan apakah modernisasi tertentu itu juga dipandang sebagai kemajuan atau bukan. Proses evolusi merupakan pertumbuhan yang mutlak dan manusia sesuai dengan posisi dan situasinya, sampai batas-batas tertentu bertanggung jawab atas perkembangan masyarakat dan kebudayaannya. Modernisasi masyarakat itu secara umum dapat dirumuskan sebagai penerapan pengetahuan ilmiah yang ada kepada semua aktivitas, semua bidang kehidupan atau kepada semua aspek-aspek masyarakat. Definisi ini bertolak dari gagasan bahwa tambahnya suatu pengetahuan ilmiah merupakan faktor yang terpenting dalam proses 12 Prof. Dr. Jw. Schoorl. 1981. Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-Negara Sedang Berkembang. Jakarta: PT Gramedia. hal.1 13 Ibid. hal. 9 Universitas Sumatera Utara 13 modernisasi. Maka dalam hal ini masyarakat dikatakan lebih atau kurang modern, apabila lebih atau kurang menerapkan pengetahuan dengan cara yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Selain itu, Schoorl juga memandang modernisasi yang lahir di barat akan cenderung ke arah westernisasi, memiliki tekanan yang kuat meskipun unsur-unsur tertentu dalam kebudayaan asli negara ketiga dapat selalu eksis, namun setidaknya akan muncul kebudayaan barat dalam kebudayaanya. Schoorl memusatkan perhatian pada proses modernisasi yang terjadi pada negara- negara yang sedang berkembang. Ia menyebutkan bahwa proses modernisasi yang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang memiliki jenis proses tersendiri, hal ini didasarkan pada usaha-usaha negara tersebut untuk mengejar suatu ketertinggalan yang jauh, suatu perubahan radikal dari keadaan yang ada serta penyesuaian diri dengan perubahan sebagai suatu gejala yang permanen. Perkembangan selanjutnya dalam mendefenisikan teori pembangunan ialah munculnya teori ketererbelakangan. Teori keterbelakangan muncul sebagai reaksi terhadap fenomena kegagalan penerapan teori modernisasi di Amerika Latin. Teori ini cenderung melihat pembangunan dan keterbelakangan di banyak Negara melalui pendekatan yang cenderung kepada aspek politik dan pemerintahan. Keterbelakagnan dan kemiskinan yang terjadi di banyak negara khususnya di negara dunia ketiga merupakan sebagai akibat dari adanya ketergantungan terhadaap kekuatan ekonomi global dan konflik internasional. Pandangan mengenai keterbelakangan juga dikemukakan oleh Andre Gunder Frank. 14 Menurut pandangannya proses pembangunan dan perubahan sosial hanya akan dapat dipahami apabila ditinjau secara historis dengan memusatkan perhatian kepada proses interaksi didalam sistem politik dan perekonomian global. Frank berpendapat bahwa ketimpangan ekonomi dunia merupakan hasil dari dominasi ekonomi oleh negara-negara kapitalis maupun industri. Pembangunan dan keterbelakangan bagaikan dua sisi dari sebuah mata uang. Negara-negara dengan 14 Arief Budiman. Ibid. hal.64 Universitas Sumatera Utara 14 ekonomi yang kuat akan teteap semakin kuat dengan melakukan pemerasan terhadap negara-negara miskin. Dengan demikian usaha-usaha pembangunan di dunia ketiga tidak akan dapat mengejar ketertinggalannya dari negara dunia pertama. Teori terakhir yang mendasari terbentuknya teori pembangunan ialah keberadaan teori ketergantungan Dependent Development Theory. Ketergantungan adalah sebuah situasi dimana ekonomi sebuah negara dikondisikan oleh perkembangan dan ekspansi dari ekonomi negara lain. Menurut Arief Budiman ketergantungan terhadap ekonomi internasional tidak selalu menghasilkan keterbelakangan di dunia ketiga. Sistem ekonomi dunia menurut pandangan ini dapat menjadi pendukung sekaligus penghambat terhadap kemajuan ekonomi di negara-negara yang sedang berkembang. Teori ini menganggap bahwa kemajuan ekonomi sebuah negara lebih bergantung kepada faktor-faktor domestik daripada faktor global. Faktor-faktor tersebut antara lain ialah kemampuan dan kapasitas pemerintah, pemilik modal, masyarakat dan hubungan antar kelas yang dapat menjadi faktor pendukung kearah pertumbuhan ekonomi dan proses modernisasi.

1.6.3. Teori Kebijakan Publik