commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbendaharaan aksara Mandarin yang demikian banyak membuat banyak pemula yang mempelajari bahasa Mandarin merasa sangat kesulitan. Menurut Tan Huay
Peng 2008 ada kira-kira 6000 huruf Mandarin yang harus dihafal oleh seseorang yang ingin menguasai bahasa Mandarin. Hal ini menyebabkan banyak pemula mengambil
jalan pintas dengan menggunakan Hanyu Pinyin sitem romanisasi bahasa Mandarin untuk mempelajari percakapan bahasa Mandarin. Padahal Hanyu Pinyin lebih tepat
digunakan sebagai pendamping huruf Mandarin, yaitu untuk membantu melafalkan huruf Mandarin dan kurang cocok dipelajari secara terpisah.
Oleh karena itu, diperlukan metode-metode yang lebih efektif untuk mempermudah pembelajar menghafal aksara Mandarin. Yaitu suatu metode yang dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman pembelajar tentang makna di balik aksara Mandarin. Dengan mempelajari bentuk terawal dari aksara Mandarin beserta tahap-
tahap evolusinya diharapkan menjadikan pembelajar lebih mudah memahami aksara Mandarin.
Menurut Dr.Ong Tee Wah 1980:vii bentuk terawal dari aksara Mandarin bersifat piktografik, yaitu gambar objek yang distilisasi. Simbol-simbol grafis
ditambahkan pada piktograf untuk mewakili pemikiran abstrak yang sederhana. Kemudian, untuk menjabarkan gagasan yang rumit, dibuatlah ideograf dari aksara-
aksara sederhana yang sudah lebih dulu ada. Ideograf dibuat untuk menyampaikan gagasan dengan cara menjajarkan unsur-unsur yang bisa saling dipertukarkan.
1
commit to user
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan akan ribuan aksara baru, bahasa Mandarin mengambil cara penulisan fonetik atau harmonik, dengan cara mengandalkan radikal
sebagai penunjuk makna dan fonetik sebagai penunjuk bunyi. Pemahaman dan penguasaan aksara Mandarin menjadi dasar yang penting dalam
mempelajari bahasa Mandarin. Dengan memahami dan menguasai aksara Mandarin, tentu pembelajaran bahasa Mandarin akan jadi lebih mudah. Sebaliknya, tanpa
pemahaman yang baik, pembelajaran bahasa Mandarin hanya akan bersifat superfisial dangkal karena hasil dari menghafal saja. Jelaslah hal ini menjadi sangat tidak efektif
dan akan jadi membosankan, karena sesuatu yang dipahami lebih mudah untuk diingat daripada sesuatu yang dihafalkan.
Penulis melakukan magang kerja sebagai guru bahasa Mandarin di SMA Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Karanganyar, di mana pembelajar –dalam hal ini
siswa kelas X– masih menghafalkan secara konvensional aksara-aksara yang diajarkan. Pembelajar hanya menghafalkan aksara-aksara beserta artinya tanpa memahami makna
dari bentuk aksara-aksara itu sendiri. Hal ini menyebabkan banyak pembelajar yang kesulitan untuk menghafalkan setiap karakter yang telah diajarkan. Setiap memulai bab
pelajaran baru maka sebagian besar aksara-aksara yang telah dipelajari sebelumnya akan terlupakan. Oleh karena itulah diperlukan metode-metode baru untuk membantu
pembelajar –khususnya pembelajar pemula– menghafal aksara-aksara Mandarin dengan lebih mudah. Pembelajaran metode piktografi, ideografi, dan penyusunan karakter
gabungan radikal-fonetik penulis pandang sebagai metode yang ampuh untuk memudahkan pembelajar menghafal aksara-aksara Mandarin. Hal ini tidak lain karena
penulis telah mempraktekkannya dalam diri penulis sendiri selama mempelajari bahasa Mandarin.
commit to user
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan metode-metode ini dalam membantu pembelajar memahami makna aksara Mandarin dengan lebih mudah, penulis
menerapkan metode ini dalam pelajaran bahasa Mandarin di SMA Negeri 1 Karanganyar.
B. Pembatasan Masalah