4.8 Ethical Clearance
Ethical clearance atau kelayakan etik adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh komisi etik penelitian untuk penelitian yang melibatkan makhluk
hidup yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan, dimana dinyatakan bahwa suatu proposal penelitian layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan. Pada
penelitian ini, akan dilakukan pengambilan data jika ethical clearance pada penelitian ini sudah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Bidang
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4.9 Jadwal Penelitian
Tabel 4.1 Jadwal Penelitian
N o
Maret April
Mei Juni
Juli Ags
Sept Okt
Nov Des
1 Studi
kepustakaan
√ √
√
2 Proposal
Penelitian
√
3 Pengumpulan
Data
√ √
4 Penelitian
√ √
5 Pembahasan
hasil
√ √
√
6 Pembacaan
hasil penelitian
√
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 015889 yang beralamat di Desa Bogak, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara,
Sumatera Utara. Sekolah ini menggunakan kurikulum 2013 sebagai sistem pembelajarannya, dimana terdapat dua belas kelas yang menjalani proses belajar
mengajar yang terdiri dari kelas satu sampai enam. Sekolah ini hanya memiliki enam ruang kelas, sehingga masing-masing kelas dibagi menjadi dua kelompok
yaitu kelas A dan B. Kelas A dilaksanakan secara paralel pada pagi hari dan kelas B dilaksanakan secara paralel pada siang hari.
Sekolah ini terletak di daerah pesisir pantai dan termasuk daerah lahan gambut. Akses air bersih yang sulit dan tempat pembuangan sampah yang tidak
terkoordinir menyebabkan daerah di sekitar sekolah ini kotor. Daerah ini termasuk permukiman padat penduduk dan mayoritas penduduk merupakan golongan
ekonomi lemah sehingga lingkungan di sekitar sekolah ini terkesan kumuh.
5.1.2 Distribusi Responden Penelitian
Responden penelitian adalah siswi-siswi dari kelas lima dan enam berjumlah 56 orang yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan kelas
Kelas Jumlah Responden
Orang Persentase
5A 14
25,0 5B
13 23,2
6A 13
23,2 6B
16 28,6
Total 56
100
Dari Tabel 5.1, didapatkan hasil bahwa jumlah responden yang berasal dari kelas 5A adalah 14 orang 25, 5B adalah 13 orang 23,2, 6A adalah 13
orang 23,2, dan 6B adalah 16 orang 28,6.
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan umur
Umur Jumlah Responden
Orang Persentase
10 5
8,9 11
21 37,5
12 25
47,6 13
5 8,9
Total 56
100
Dari Tabel 5.2, didapatkan hasil bahwa jumlah responden yang berumur 10 tahun adalah 5 orang 8,9, 11 tahun adalah 21 orang 37,5, 12 tahun
adalah 25 orang 47,6, dan 13 tahun adalah 5 orang 8,9.
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan diagnosis Pedikulosis kapitis
Pedikulosis Kapitis
Jumlah Responden Orang
Persentase Ya
38 67,9
Tidak 18
32,1 Total
56 100
Dari Tabel 5.3, didapatkan hasil bahwa jumlah responden yang menderita pedikulosis kapitis adalah 38 orang67,9 dan yang tidak menderita pedikulosis
kapitis adalah 18 orang 32,1.
Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan konsentrasi
Konsentrasi Jumlah Responden
Orang Persentase
Baik 43
76,8 Buruk
13 23,2
Total 56
100
Dari Tabel 5.4, didapatkan hasil bahwa jumlah responden yang memiliki konsentrasi belajar yang baik adalah 43 orang 76,8 dan yang memiliki
konsentrasi belajar yang buruk adalah 13 orang 23,2.
5.1.3 Hasil Analisis Data Statistik Tabel 5.5 Hubungan Pedikulosis kapitis terhadap konsentrasi
Konsentrasi Baik Konsentrasi Buruk
Fisher- exact test
Pedikulosis + 31
7 Pedikulosis -
12 6
Total 43
13 p=0,310
Berdasarkan data yang didapatkan, jumlah responden yang menderita pedikulosis kapitis dan memiliki konsentrasi belajar yang baik adalah 31 orang
72,1, jumlah responden yang menderita pedikulosis kapitis dan memiliki konsentrasi belajar yang buruk adalah 7 orang 53,8, jumlah responden yang
tidak menderita pedikulosis kapitis dan memiliki konsentrasi belajar yang baik adalah 12 orang 27,9, dan jumlah responden yang tidak menderita pedikulosis
kapitis dan memiliki konsentrasi belajar yang buruk adalah 6 orang 46,2. Dengan menggunakan uji statistik Fisher-exact test, didapatkan bahwa tidak ada
hubungan antara pedikulosis kapitis dengan konsentrasi belajar p=0,310.
5.2 Pembahasan
Menurut Albhastawy dan Hasna 2012, anak sekolah dasar yang menderita pedikulosis kapitis cenderung memiliki konsentrasi yang buruk dan
mempengaruhi prestasi belajarnya akibat stigma sosial yang dialaminya.Etim, et al. 2012 dan Lesshafft, et al. 2013 juga meyatakan bahwa anak yang menderita
pedikulosis kapitis mengalami gangguan tidur dan menyebabkan gangguan konsentrasi dan penurunan prestasi belajar.
Seorang anak dapat berkonsentrasi dengan baik atau tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Robert dalam Farooq, et al. 2011 ada tiga faktor
utama yang mempengaruhi konsentrasi belajar yaitu etika kemampuan diri dan motivasi, pelajaran kualitas dan kuantitas, dan lingkungan rumah, ruang kelas,
teman, dan televisi. Hakim 2002 juga menyatakan bahwa gangguan konsentrasi disebabkan oleh faktor internal seperti kesiapan fisik dan mental untuk menerima
pelajaran dan faktor eksternal seperti kondisi ruangan, kebisingan, dan lain-lain. Dari penelitian yang telah dilaksanakan, didapatkan bahwa siswi-siswi di
SDN 015889 Desa Bogak mayoritas menderita pedikulosis kapitis namun tetap memiliki konsentrasi belajar yang baik. Dari uji statistik dengan menggunakan
Fisher-exact test didapatkan hasil yang tidak signifikan p=0,310 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pedikulosis kapitis dengan
konsentrasi belajar. Kebanyakan siswi di SDN 015889 Desa Bogak tidak mengalami gejala
pedikulosis kapitis dan sebagian besar dari mereka tidak menyadari menderita pedikulosis kapitis.Hal ini bisa disebabkan akibat infestasi pedikulosis yang baru
yaitu kurang dari enam minggu sehingga belum menimbulkan gejala atau bisa diakibatkan infeksi yang lama sehingga penderita sudah toleransi dengan gejala
klinis yang ditimbulkan.Selain itu tidak terjadinya gangguan konsentrasi belajar bisa disebabkan pengendalian diri self-control yang baik pada siswi-siswi
tersebut.Pengendalian diri self-control merupakan kemampuan seseorang untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilakunya agar selaras dengan tujuannya
Kross dan Guevarra, 2015.Pengendalian diri juga didefinisikan sebagai kesungguhan hati, ketekunan, ketertiban dan rasa tanggung jawab dalam mencapai
tujuan yang diinginkan dalam hal ini tujuan untuk mencapai konsentrasi belajar Moffit, et al. dalam Duckworth, 2012. Oleh karena itu, seburuk apapun
gangguan konsentrasi yang dialami, jika seseorang memliki sikap pengendalian diri self-control yang baik tidak akan mampu merusak daya konsentrasinya.
Selain itu, tidak terdapatnya hubungan pedikulosis kapitis dengan konsentrasi belajar bisa disebabkan oleh jumlah sampel yang kurang banyak dan
teknik pemilihan sampel yang kurang random sehingga mempengaruhi hasil uji statistik. Selain itu, alat yang digunakan untuk menguji daya konsentrasi masih
terlalu sederhana, yaitu Bourdon-wiersma test sehingga hasil penelitiannya kurang representatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan data penelitian yang
didapatkan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan pedikulosis kapitis dengan konsentrasi belajar pada siswi SDN 015889 Desa Bogak, Kecamatan
Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan