Faktor- Faktor Penyebab Kemiskinan .1 Kajian Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik

Kemiskinan buatan juga merupakan konsep yang ditemukan jika kajian kemiskinan dititikberatkan pada aspek penyebab. Kemiskinan buatan secara khusus dipertentangkan dengan kemiskinan alamiah. 2.5.4 Faktor- Faktor Penyebab Kemiskinan 2.5.4.1 Kajian Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik Secara umum faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu : 1. Faktor internal, yaitu yang dalam hal ini berasal dari dalam diri individu yang mengalami kemiskinan itu secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi : a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan. b. Intelektual, seperti: kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya informasi. c. Mental emosional atau tempramental, seperti: malas, mudah menyerah dan putus asa. d. Spiritual, seperti: tidak jujur, penipu,serakah dan tidak disiplin e. Sosial psikologis, seperti: kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi, stress, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan. f. Keterampilan, seperti: tidak memilikki keahlian yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja. Universitas Sumatera Utara g. Asset, seperti: tidak memilikki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja. 2. Faktor Eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu atau keluarga yang mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, meliputi : a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar. b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan alat memenuhi kebutuhan hidup. c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor informal. d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung sektor usaha formal. e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak. f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal, seperti zakat. g. Dampak sosial negatif dari program penyesuaian struktural structural adjustment program. h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan. i. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana. j. Pembangunan yang lebih beorientasi fisik material. k. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata. Universitas Sumatera Utara l. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin. Kajian tentang faktor-faktor penyebab kemiskinan yang telah dikemukakan memang pada awalnya berupaya memberikan sajian sistematik, namun jika kita dalami, tidaklah keliru jika kita menyatakan bahwa kandungan sajian itu justru kurang sistematik. Hanya saja, sajian berkategoris tersebut memang berupaya melakukan kajian dan mencoba menyajikannya secara sistematik. Kompleksitas masalah kemiskinan pada umumnya dan masalah faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan pada khususnya justru menyulitkan konsistensi dalam sistematika sajian. Selain itu fenomena sosial juga menunjukkan pada umumnya faktor penyebab kemiskinan tidak bekerja sendiri, melainkan berinteraksi dan terintegrasi dengan faktor-faktor lain. Bahkan tidak jarang interaksi dan integrasi itu demikian kompleks sehingga tidak jelas mana pangkal dan ujungnya.

2.5.4.2 Kajian Faktor Penyebab Berdasarkan Jenis Kemiskinan

1. Kemiskinan Massa dan Non Massa Sulit untuk memvonis satu faktor tertentu dalam menetapkan penyebab kemiskinan itu terjadi. Terutama karena kemiskinan itu merupakan masalah yang sangat kompleks, sehingga antara sebab dan akibat sering sulit dibedakan. Kesulitan lain yang dihadapi dalam menetapkan faktor-faktor penyebab kemiskinan adalah berbedanya corak kemiskinan itu sendiri, seperti kemiskinan massa, yakni kemiskinan yang Universitas Sumatera Utara diderita oleh mayoritas masyarakat yang ada dalam suatu negara ataupun dalam suatu daerah, dengan kemiskinan non massa, yakni kemiskinan yang diderita oleh segelintir anggota masyarakat disuatu negara maupun di suatu wilayah. 2. Kemiskinan Alamiah dan Kemiskinan Budaya Harus diakui bahwa kondisi kehidupan merupakan fungsi dari interaksi antara faktor-faktor alamiah dan non alamiah. Interaksi yang serasi, selaras, dan seimbang merupakan syarat dari tercapainya kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan. Adakalanya alam kurang bersahabat, sehingga masyarakat yang ada di lingkungan tersebut tidak memilikki taraf hidup yang layak. Namun ada kalanya, masalah kemiskinan justru dapat diterima oleh masyarakat itu sendiri, sehingga akhirnya seakan-akan hal itu bukan lagi dianggap masalah. Secara makro, sulit diterima adanya kemiskinan alamiah. Oleh karena itu, pernyataan yang menegaskan faktor alam sebagai penyebab kemiskinan selalu menjadi polemik. Uraian tentang kemiskinan alamiah selalu ditegaskan dengan suatu anggapan bahwa negara tersebut pada dasarnya secara alamiah miskin, yakni berkah fisiknya sangat miskin, ditandai dengan tanah yang berbatu-batu, kering, atau tidak cukup luas, tidak menyimpan mineral, hidrokarbon, atau kekayaan alam lainnya. Namun, anggapan diatas sesungguhnya hanya akan dapat diterima sebagai suatu kebenaran seandainya negara Jepang miskin. Jepang, yang negerinya terdiri dari serangkaian pulau-pulau lepas pantai yang Universitas Sumatera Utara berbukit-bukit dengan sedikit tanah subur, mineral, tidak mempunyai minyak bumi, bahkan luar biasa jumlah penduduknya. Demikian juga halnya dengan Taiwan. Di Indonesia, kemiskinan budaya mudah ditemukan. Identik dengan kondisi, dimana negara-negara yang pertama kali mempermasalahkan kemiskinan yang dialami negara-negara miskin justru negara-negara kaya. Demikian halnya dengan masyarakat miskin di Indonesia, sering kurang peduli atas kondisi yang dialami. Akibatnya, sering kali penduduk miskin tidak mempersoalkan kemiskinan yang diderita. Hal ini menimbulkan kesan, bahwa mereka tidak menganggap kemiskinan itu sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan. Sering terlihat, sikap masyarakat miskin justru mencerminkan bahwa mereka ternyata dapat menerima keadaan yang dihadapi. Dengan demikian mereka kurang termotivasi untuk keluar dari kondisi miskin yang sedang dihadapi tersebut. Kondisi spesifik seperti inilah yang kemudian melahirkan konsep program pengentasan masyarakat miskin di Indonesia. Konsep ini diilhami oleh suatu anggapan bahwa masyarakat miskin tidak memilikki kemampuan, bahkan motivasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Universitas Sumatera Utara 2.6 Pemberdayaan Masyarakat 2.6.1 Konsep Arti dan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat