Sikap Partisipasi Kerangka Pemikiran

Dalam proses persepsi terdapat 3 komponen utama yaitu : a. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. b. Interpretasi penafsiran, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai factor seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang di terimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang komplek menjadi sederhana. c. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi yaitu bertindak sehubungan dengan apa yang telah di serap yang terdiri dari reaksi tersembunyi sebagai pendapatsikap dan reaksi terbuka sebagai tindakan yang nyata sehubungan dengan tindakan yang tersembunyi.

2.3 Sikap

Sikap adalah cara seseorang mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain melalui perilaku. Sikap terbentuk melalui proses belajar social learning, yaitu sumber pembentukan sikap pada diri individu adalah orang lain. Sikap positif adalah perwujudan nyata dari intensitas perasaan yang memerhatikan hal – hal yang positif dan mencerminkan seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang baik. Sikap negatif adalah sesuatu yang menunjukkan ketidakramahan, ketidaksenangan dan tidak memiliki kepercayaan diri. Untuk mengetahui bagaimana sikap seseorang terhadap objek sikap tertentu, harus melihat ketiga komponen sikap, yaitu : Universitas Sumatera Utara a. Pengetahuan kognisi b. Perasaan afeksi c. Perilaku Konasi

2.4 Partisipasi

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan diyakini banyak pihak telah menjadi kata kunci dalam pengembangan pembangunan di era otonomi daerah sekarang ini. Pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat ternyata telah gagal menciptakan keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Partisipasi merupakan jembatan penghubung antara pemerintah sebagai pemegang kekuasaan, kewenangan, dan kebijakan dengan masyarakat yang memiliki hak sipil, politik dan social ekonomi masyarakat. Dengan partisipasi masyarakat, posisi tawar masyarakat di mata pemerintah menjadi meningkat, masyarakat tidak selalu di dikte dan di dominasi oleh pemerintah dalam memenuhi kebutuhan atau keputusan dalam pembangunan lingkunganya namun selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan maupun dalam pelaksanaanya. Konsep partisipasi merupakan suatu konsep yang luas, dan penting, karena salah satu indikator keberhasilan suatu pembangunan adalah adanya partisipasi masyarakat penerima program. 2.5 Kemiskinan 2.5.1 Pengertian Kemiskinan Mencher 2001 mengemukakan, kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak Siagian, 2012:5. Castells 1998 mengemukakan kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yg Universitas Sumatera Utara berada dibawah standar kebutuhan hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup. Siagian, 2012: 10. Berdasarkan beberapa pernyataan para ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kemiskinan itu adalah gejala penurunan kemampuan yg dialami seseorang maupun sekelompok orang sehingga ia tidak dapat hidup diatas standar kebutuhan hidup minimum.

2.5.2 Gejala-Gejala Kemiskinan

Untuk memahami kemiskinan secara akurat dan komprehensif diperlakukan data yang lengkap dan valid. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan pengukuran yang teruji. Melalui cara dan upaya demikian akan diperoleh kesimpulan yang pasti tentang kemiskinan itu. Upaya seperti ini menuntut waktu yang panjang,bahkan tenaga maupun dana yang besar. Akibatnya jarang dilakukan dan sangat sedikit pihak yang melakukannya. Salah satu cara dan langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran gejala-gejala kemiskinan,seperti : 1. Kondisi kepemilikan faktor produksi. Kemiskinan tidak datang secara serta merta. Demikian halnya dengan pendapatan, juga tidak datang secara serta merta. Semuanya melalui saluran, sumber dan proses tertentu. Dengan demikian, salah satu pendekatan untuk mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan atau mata pencaharian, apa alat atau faktor yang digunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan pencaharian itu. Pemahaman akan berbagai hal tersebut merupakan jalan Universitas Sumatera Utara bagi kita untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut miskin atau tidak. 2. Angka ketergantungan penduduk Secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti hasil usaha atau keuntungan, upah, bunga tabungan dan lain-lain.Namun bagi mayoritas masyarakat, ada satu kalimat yang berlaku secara umum : Orang hanya akan memiliki pendapatan jika bekerja. Namun pada kenyataannya, angka ketergantungan dalam masyarakat atau keluarga sangat tinggi. Dalam sebuah keluarga dengan empat orang anak atau lebih, misalnya sering hanya satu orang yang bekerja, sedangkan lima orang menggantungkan hidupnya pada satu orang.Gejala seperti ini sangat umum dalam negara yang menawarkan lapangan atau kesempatan kerja yang kecil seperti Indonesia. Angka ketergantungan tentu sangat berbeda pada negara yang surplus dan minus lapangan dan kesempatan kerja.Tingginya angka ketergantungan di Indonesia sangat nyata,dimana bekerja di negara lain saat ini menjadi alternatif, termasuk bagi tenaga tidak terampil. 3. Kekurangan gizi. Pendapatan bagaikan paspor bagi setiap orang untuk memasuki hidup yang layak. Pendapatan merupakan unsur yang secara langsung dapat digunakan sebagai alat memenuhi kebutuhan agar seseorang itu dapat hidup secara layak. Pemenuhan kebutuhan tentu dilakukan secara hirakhis, mulai dari kebutuhan fisik, sebagai unsur yang menempati prioritas utama dari berbagai unsur yang termasuk kebutuhan pokok. Universitas Sumatera Utara Laporan dari berbagai institusi seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas maupun Rumah Sakit sering menggambarkan status gizi masyarakat. Berbagai kesimpulan diperoleh dari laporan tersebut, antara lain adanya wilayah rawan gizi. Berbagai media massa sering menginformasikan tentang kondisi masyarakat yang kurang gizi. Informasi ini merupakan gejala sangat miskinnya seseorang atau sekelompok orang. Masalahnya, berbagai unsur terdapat dalam kebutuhan pokok, dimana kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang paling utama. Oleh karena itu, tidak terpenuhinya kebutuhan fisik yang mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang itu teridentifikasi kekurangan gizi menjadi gejala betapa miskinnya seseorang atau sekelompok orang itu. 4. Pendidikan yang rendah. Di era modern sekarang ini, pendidikan dianggap sebagai sesuatu yang penting. Pendidikan bahkan telah dianggap sebagai indikator utama kedudukan dalam masyarakat. Oleh karena itu, adalah wajar jika setiap orang berupaya meraih tingkat pendidikan, bahkan tidak sekadar pendidikan, melainkan pendidikan yang tinggi. Hal ini terjadi, karena pendidikan dianggap sebagai alat memenangkan persaingan yang makin hari makin ketat. Hampir disemua sektor, termasuk sektor informal memerlukan pengetahuan. Sektor pertanian pun membutuhkan inovasi dalam rangka mempertahankan, terlebih meningkatkan produktivitas. Harus diakui, berbagai kebijakan telah ditetapkan pemerintah dalam rangka membuka dan Universitas Sumatera Utara mempermudah akses masyarakat terhadap pendidikan. Namun hingga saat ini pendidikan masih belum gratis, bahkan masih cukup mahal, terutama pendidikan dengan kualitas dan tingkat yang tinggi Siagian,2012: 15

2.5.3 Jenis-Jenis Kemiskinan

Kemiskinan sebagai suatu polemik di Indonesia terdiri dari beberapa jenis. Adapun jenis-jenis kemiskinan adalah sebagai berikut: 1. Kemiskinan Absolut Istilah atau jenis kemiskinan absolut dikenal juga jika kita mengidentifikasi kemiskinan berdasarkan bagaimana kita mengkaji kemiskinan tersebut. Lebih luas lagi, tinjauan konsep kemiskinan dari sudut bagaimana kita memandang atau mengkaji kemiskinan tersebut akan mengenalkan kita pada dua jenis kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi, dimana seseorang atau sekelompok orang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut memilikki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia. Lebih dari itu kondisi kehidupan seseorang atau sekelompok orang itu sedemikian rupa sehingga secara fisik mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang itu tidak mampu melakukan aktivitas yang wajar. 2. Kemiskinan Relatif Seperti telah dikemukakan, kemiskinan relatif dikenal jika kita melakukan kajian atas kemiskinan berdasarkan bagaimana kita memandang Universitas Sumatera Utara dan mengkajinya. Kemiskinan relatif sendiri dipertentangkan dengan kemiskinan absolut. Lebih khusus lagi, kemiskinan relatif justru ditemukan jika kajian kita tentang kemiskinan tersebut didasarkan pada komparasi kondisi kehidupan antara seseorang dengan orang lain atau antara satu kelompok dengan kelompok lain. Kajian komparatif juga dapat dilakukan antara kehidupan seseorang dengan kelompoknya dimana ia menjadi bagian dari kelompok tersebut. Kajian jenis kemiskinan relatif sering didasarkan atas konsumsi rata-rata perkapita di suatu daerah. Sebagai contoh, jika konsumsi rata-rata disuatu desa Rp. 1.250.000 perorang perhari, maka seseorang atau sekelompok orang mengkonsumsi di bawah konsumsi rata-rata tersebut Rp. 1.250.000 di identifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang yang miskin. Sebaliknya, seseorang atau sekelompok orang yang mengkonsumsi rata-rata di wilayah tersebut diidentifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang yang tidak miskin. Berdasarkan uraian di atas dapatlah kiranya kita pahami, bahwa penggunaan istilah kemiskinan relatif tersebut. Relatif berarti, bahwa identifikasi tersebut dibatasi sesuatu, tegasnya dibatasi oleh wilayah atau lingkungan. Dapat saja terjadi, dimana seseorang atau sekelompok orang yang bermukim di suatu kota dengan kondisi kehidupan tertentu, termasuk di dalamnya kuantitas dan kualitas konsumsi tertentu tergantung miskin. Namun dengan kondisi kehidupan yang sama, termasuk didalamnya dengan pendapatan yang sama maupun dengan kuantitas dan kualitas konsumsi yang Universitas Sumatera Utara sama pula, justru dapat saja diidentifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang yang tidak miskin jika mereka pindah atau bermukim di desa atau daerah lain, dimana konsumsi rata-rata masyarakat di sana lebih kecil dari Rp. 1.250.000.Siagian,2012: 49 3. Kemiskinan Massa Secara sederhana kemiskinan massa dapat diartikan sebagai kemiskinan yang dialami secara massal penduduk dalam suatu lingkungan wilayah. Hal ini berarti, terdapat demikian banyak orang secara faktual tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik minimumnya sehingga terpaksa hidup serba kekurangan, serta mengalami kondisi hidup yang tidak layak jika dlihat dari segi harkat dan martabat manusia. Kemiskinan massa biasanya terjadi disebabkan daya dukung wilayah terhadap kehidupan manusia diwilayah itu tidak memadai. Kondisi seperti ini disebabkan minimnya potensi wilayah tersebut. Sebagai contoh, pada umumnya wilayah-wilayah yang sangat terpencil menghadapi masalah kemiskinan massa. Keterpencilan wilayah dipastikan menghambat interaksi wilayah tersebut dengan wilayah sekitarnya, terlebih dengan wilayah dimana terdapat pusat-pusat pertumbuhan. Identik dengan seseorang tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bantuan dan kerja sama orang lain, maka suatu wilayah, seperti sebuah desa tidak akan mampu menyediakan seluruh kebutuhan masyarakat yang berdiam di wilayah atau desa itu. Universitas Sumatera Utara 4. Kemiskinan Non Massa Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kemiskinan non massa adalah kemiskinan yang dihadapi oleh segelintir orang. Memang asal muasal konsep kemiskinan non massa itu adalah terdapatnya segelintir atau sebagian kecil penduduk suatu wilayah yang menghadapi dan mengalami hidup yang serba kekurangan, kondisi mana mengakibatkan merekat tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak sebagaimana seharusnya manusia mempunyai harkat dan martabat. 5. Kemiskinan Alamiah Jenis kemiskinan lain adalah kemiskinan alamiah. Kemiskinan alamiah dikemukakan jika kajian tentang kemiskinan itu didasarkan atas faktor-faktor penyebab kemiskinan itu terjadi. Dalam hal ini kemiskinan alamiah diidentifikasi sebagai kemiskinan yang terjadi sebagai konsekwensi dari kondisi alam dimana seseorang atau sekelompok orang tersebut bermukim. Lebih jauh lagi, daya dukung lingkungan terhadap kehidupan manusia sangat tergantung pada potensi lingkungan atau wilayah dimana mereka hidup. Dalam konteks ini, jika ternyata daya dukung lingkungan secara alamiah dimana seseorang atau sekelompok orang tersebut berada tidak cukup menopang kehidupan mereka, produknya adalah seseorang atau sekelompok orang tersebut akan teridentifikasi sebagai manusia atau masyarakat miskin. Hal ini disebabkan potensi alamiah dari lingkungan dimana mereka berada tidak cukup menopang kehidupan manusia itu, Universitas Sumatera Utara akibatnya seseorang atau sekelompok orang itu pun hidup dibawah kewajaran Geertz, dalam Siagian, 2012: 57. 6. Kemiskinan Kultural Kasus lain berlaku pada konsep kemiskinan kultural atau kemiskinan budaya. Dalam kasus ini, budaya diidentifikasi sebagai faktor penyebab terjadinya kemiskinan tersebut. Sangat banyak pendapat yang berkenaan dengan kemiskinan budaya. Hal mana merupakan konsekwensi logis dari fakta, bahwa membicarakan budaya sesungguhnya kita telah memasuki wilayah dengan unsur-unsur yang sangat sensitif dan sangat berpeluang menimbulkan polemik. Namun demikian, tentu ada satu kepastian, bahwa semua orang menginginkan hidup yang baik, layak dan sejahtera. Sementara itu budaya dengan segala faktor-faktor yang terkait di sana justru akumulasi dari berbagai unsur yang kehadirannya justru bersifat kontra produktif dengan upaya mempertahankan hidup. Jika dianalisis semua unsur yang ada dalam budaya tersebut ada kalanya menghasilkan suatu konsklusi bahwa unsur-unsur dari budaya tersebut sepertinya sering justru tidak atau kurang mendukung keberhasilan hidup manusia. Seperti misalnya, terlihat dari ethos kerja yang rendah, yang pada gilirannya menghambat manusia itu mengembangkan kehidupan. Budaya justru dapat menjadi suatu beban bagi mereka, sehingga mereka sering melakukan kegiatan yang mengindikasikan bahwa mereka justru menjadi hamba dari budaya itu sendiri Myrdal, dalam Siagian, 2012: 58. Universitas Sumatera Utara 7. Kemiskinan Terinvolusi Kemiskinan terinvolusi tergolong kemiskinan kultural yang sudah sedemikian parah. Oleh karena itu kemiskinan terinvolusi sangat sulit diselesaikan. Setidaknya ada dua kondisi yang menyebabkan demikian sulitnya memecahkan masalah kemiskinan terinvolusi, yaitu : a. Seseorang atau sekelompok orang yang diidentifikasi miskin itu sendiri sepertinya dapat menerima kemiskinan itu. Bagi mereka kemiskinan itu bukanlah masalah yang esensial, dan mereka pun tidak mempermasalahkan kondisi hidup mereka yang jauh dari standar. Justru orang lain yang memandang kondisi kehidupan mereka tidak layak dan mempermasalahkan. b. Sesungguhnya seseorang atau sekelompok orang yang dikategorikan miskin itu menyadari kondisi kehidupan mereka sebagai sesuatu yang tidak layak. Namun mereka juga menyadari bahwa tidak ada jalan bagi mereka untuk keluar dari kondisi tersebut. Mereka sepertinya menganggap kemiskinan itu bagaikan takdir. Akibatnya mereka tidak pernah berikhtiar untuk menata hidup dan keluar dari kondisi kehidupan yang tidak layak Lipton, dalam Siagian, 2012: 60. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa kemiskinan terinvolusi terkait dengan masalah mental yang sudah semakin parah, sehingga sulit dirancang intervensi sosial yang bagaimana yang dapat mengatasi kemiskinan tersebut. Diperlukan proses panjang dalam melakukan perubahan mental yang telah demikian kental. Universitas Sumatera Utara Kemiskinan terinvolusi merupakan bentuk dan kondisi khusus dari kemiskinan kultural. Ciri khusus kemiskinan terinvolusi adalah telah terinternalisasinya nilai-nilai negatif dalam diri seseorang atau sekelompok orang dalam memandang diri dan kehidupannya, sehingga mereka menganggap kehidupan dengan segala kondisinya sebagai sesuatu yang tidak dapat berubah. 8. Kemiskinan Struktural Seperti halnya kemiskinan alamiah, kultural dan terinvolusi, kemiskinan struktural juga ditemukan jika masalah kemiskinan dikaji dari segi faktor- faktor penyebab kemiskinan itu. Sehubungan dengan hal tersebut, konsep kemiskinan struktural antara lain mendeskripsikan bahwa struktur sosial masyarakat itu seedemikian rupa, sehingga menghambat masyarakat tersebut mengembangkan kehidupannya Jay, dalam Siagian, 2012: 61. Kemiskinan struktural sering juga dikaitkan dengan kebijakan yang digariskan oleh pemerintah. Pada umumnya kebijakan itu adalah kebijakan pembangunan. Dengan demikian adalah sangat antagonis, jika kita mengemukakan bahwa kebijakan pemerintah justru mengakibatkan masyarakat atau rakyatnya mengalami kemiskinan. Bukankah pembangunan dengan segala kebijakan dan implementasinya bermuara pada peningkatan kualitas hidup masyarakat secara global, Namun ada kalanya kondisi empiris membuktikan bahwa kebijakan negara justru memiskinkan masyarakat tertentu. Universitas Sumatera Utara Bentuk lain dari kemiskinan struktural adalah kelembagaan, seperti kelembagaan sewa-menyewa lahan senantiasa lebih menguntungkan pemilik lahan. Juga kelembagaan sistem upah disektor pertanian yang tidak menguntungkan buruh tani, karena proses penyempitan lahan pertanian mengakibatkan posisi buruh tani makin power less. Kemiskinan struktural juga dapat muncul sebagai akibat kelembagaan upah disektor industri. Kebijakan upah minimum yang ditetapkan pemerintah cenderung lebih memihak pengusaha daripada buruh mengakibatkan kondisi kehidupan buruh tidak layak. Dalam kasus kemiskinan struktural yang terkait dengan kelembagaan dapat dikemukakan bahwa kelembagaan tersebut sedemikian rupa sehingga benar-benar menghambat mobilitas sosial ekonomi secara vertikal. 9. Kemiskinan Situasional Istilah kemiskinan situasional juga ditemukan jika kajian kemiskinan menjadikan penyebab sebagai titik fokus. Secara umum dapat dikemukakan bahwa kemiskinan situasional adalah kondisi kehidupan masyarakat yang tidak layak yang disebabkanoleh situasi yang ada. Lebih tegasnya, situasi yang ada dilingkungan mana dan saat mana seseorang atau sekelompok orang itu hidup sedemikian rupa sehingga tidak kondusif bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan. Akibatnya mereka menghadapi dan mengalami kondisi hidup yang tidak layak. 10. Kemiskinan Buatan Universitas Sumatera Utara Kemiskinan buatan juga merupakan konsep yang ditemukan jika kajian kemiskinan dititikberatkan pada aspek penyebab. Kemiskinan buatan secara khusus dipertentangkan dengan kemiskinan alamiah. 2.5.4 Faktor- Faktor Penyebab Kemiskinan 2.5.4.1 Kajian Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik Secara umum faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu : 1. Faktor internal, yaitu yang dalam hal ini berasal dari dalam diri individu yang mengalami kemiskinan itu secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi : a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan. b. Intelektual, seperti: kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya informasi. c. Mental emosional atau tempramental, seperti: malas, mudah menyerah dan putus asa. d. Spiritual, seperti: tidak jujur, penipu,serakah dan tidak disiplin e. Sosial psikologis, seperti: kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi, stress, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan. f. Keterampilan, seperti: tidak memilikki keahlian yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja. Universitas Sumatera Utara g. Asset, seperti: tidak memilikki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja. 2. Faktor Eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu atau keluarga yang mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, meliputi : a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar. b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan alat memenuhi kebutuhan hidup. c. Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor informal. d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung sektor usaha formal. e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak. f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal, seperti zakat. g. Dampak sosial negatif dari program penyesuaian struktural structural adjustment program. h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan. i. Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana. j. Pembangunan yang lebih beorientasi fisik material. k. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata. Universitas Sumatera Utara l. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin. Kajian tentang faktor-faktor penyebab kemiskinan yang telah dikemukakan memang pada awalnya berupaya memberikan sajian sistematik, namun jika kita dalami, tidaklah keliru jika kita menyatakan bahwa kandungan sajian itu justru kurang sistematik. Hanya saja, sajian berkategoris tersebut memang berupaya melakukan kajian dan mencoba menyajikannya secara sistematik. Kompleksitas masalah kemiskinan pada umumnya dan masalah faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan pada khususnya justru menyulitkan konsistensi dalam sistematika sajian. Selain itu fenomena sosial juga menunjukkan pada umumnya faktor penyebab kemiskinan tidak bekerja sendiri, melainkan berinteraksi dan terintegrasi dengan faktor-faktor lain. Bahkan tidak jarang interaksi dan integrasi itu demikian kompleks sehingga tidak jelas mana pangkal dan ujungnya.

2.5.4.2 Kajian Faktor Penyebab Berdasarkan Jenis Kemiskinan

1. Kemiskinan Massa dan Non Massa Sulit untuk memvonis satu faktor tertentu dalam menetapkan penyebab kemiskinan itu terjadi. Terutama karena kemiskinan itu merupakan masalah yang sangat kompleks, sehingga antara sebab dan akibat sering sulit dibedakan. Kesulitan lain yang dihadapi dalam menetapkan faktor-faktor penyebab kemiskinan adalah berbedanya corak kemiskinan itu sendiri, seperti kemiskinan massa, yakni kemiskinan yang Universitas Sumatera Utara diderita oleh mayoritas masyarakat yang ada dalam suatu negara ataupun dalam suatu daerah, dengan kemiskinan non massa, yakni kemiskinan yang diderita oleh segelintir anggota masyarakat disuatu negara maupun di suatu wilayah. 2. Kemiskinan Alamiah dan Kemiskinan Budaya Harus diakui bahwa kondisi kehidupan merupakan fungsi dari interaksi antara faktor-faktor alamiah dan non alamiah. Interaksi yang serasi, selaras, dan seimbang merupakan syarat dari tercapainya kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan. Adakalanya alam kurang bersahabat, sehingga masyarakat yang ada di lingkungan tersebut tidak memilikki taraf hidup yang layak. Namun ada kalanya, masalah kemiskinan justru dapat diterima oleh masyarakat itu sendiri, sehingga akhirnya seakan-akan hal itu bukan lagi dianggap masalah. Secara makro, sulit diterima adanya kemiskinan alamiah. Oleh karena itu, pernyataan yang menegaskan faktor alam sebagai penyebab kemiskinan selalu menjadi polemik. Uraian tentang kemiskinan alamiah selalu ditegaskan dengan suatu anggapan bahwa negara tersebut pada dasarnya secara alamiah miskin, yakni berkah fisiknya sangat miskin, ditandai dengan tanah yang berbatu-batu, kering, atau tidak cukup luas, tidak menyimpan mineral, hidrokarbon, atau kekayaan alam lainnya. Namun, anggapan diatas sesungguhnya hanya akan dapat diterima sebagai suatu kebenaran seandainya negara Jepang miskin. Jepang, yang negerinya terdiri dari serangkaian pulau-pulau lepas pantai yang Universitas Sumatera Utara berbukit-bukit dengan sedikit tanah subur, mineral, tidak mempunyai minyak bumi, bahkan luar biasa jumlah penduduknya. Demikian juga halnya dengan Taiwan. Di Indonesia, kemiskinan budaya mudah ditemukan. Identik dengan kondisi, dimana negara-negara yang pertama kali mempermasalahkan kemiskinan yang dialami negara-negara miskin justru negara-negara kaya. Demikian halnya dengan masyarakat miskin di Indonesia, sering kurang peduli atas kondisi yang dialami. Akibatnya, sering kali penduduk miskin tidak mempersoalkan kemiskinan yang diderita. Hal ini menimbulkan kesan, bahwa mereka tidak menganggap kemiskinan itu sebagai suatu masalah yang harus dipecahkan. Sering terlihat, sikap masyarakat miskin justru mencerminkan bahwa mereka ternyata dapat menerima keadaan yang dihadapi. Dengan demikian mereka kurang termotivasi untuk keluar dari kondisi miskin yang sedang dihadapi tersebut. Kondisi spesifik seperti inilah yang kemudian melahirkan konsep program pengentasan masyarakat miskin di Indonesia. Konsep ini diilhami oleh suatu anggapan bahwa masyarakat miskin tidak memilikki kemampuan, bahkan motivasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Universitas Sumatera Utara 2.6 Pemberdayaan Masyarakat 2.6.1 Konsep Arti dan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan, dinamis, secara sinergis mendorong keterlibatan semua potensi yang ada secara evolutif, dengan keterlibatan semua potensi.Dengan cara ini akan memungkinkan terbentuknya masyarakat madani yang majemuk, penuh keseimbangan kewajiban dan hak, saling menghormati tanpa ada merasa asing dalam komunitasnya. Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan bahwa masyarakat diberi kuasa, dalam upaya untuk menyebarkan kekuasaan, melalui pemberdayaan masyarakat, organisasi agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya untuk semua aspek kehidupan politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, pengelolaan lingkungan dan sebagainya. Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep yang menekankan pada pembangunan ekonomi pada mulanya yang dikembangkan berdasarkan nilai-nilai masyarakat. Konsep ini mencerminkan paradigma baru yang menekankan pada peran serta masyarakat kesinambungan serta fokus pembangunan pada manusia.Konsep pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu alternatif pembangunan yang merubah paradigma pendekatan nasional menjadi pendekatan yang lebih partisipatif. Peningkatan peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting dan erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, pengalaman, dan pelaksanaan demokrasi.Ada dua alasan penting bagi perencana pembangunan untuk melibatkan masyarakat dalam menyusun program pembangunan yaitu alasan intristik dan alasan pragmatis Sewell Coppock dalam Suhendra, 2006: 76. Secara intristik,setiap anggota masyarakat berhak mengetahui dan Universitas Sumatera Utara menyampaikan pendapatnya terhadap issue pembangunan, sedang secara pragmatis, pemerintah selaku perencana dapat menggali aspirasi masyarakat.Pemberdayaan menurut Ife dalam Suhendra, 2006: 77 adalah meningkatkan kekuasaan atas mereka yang kurang beruntung “empowerment aims to increase the power of disadvantages”.

2.6.2 Metode dan Teknik Pemberdayaan Masyarakat

Banyak sekali teknik-teknik pemberdayaan masyarakat yang telah dihasilkan. Semuanya sangat bermanfaat dan membantu efektivitas dan efisiensi upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. Setiap teknik pemberdayaan mempunyai karakteristik tersendiri tinggal memilih untuk diaplikasikan sesuai faktor-faktor “endegenous”, faktor-faktor setempat yang tepat. Dengan karakteristik tersebut maka dapat dikemukakan beberapa teknik hanya beberapa pemberdayaan masyarakat diantaranya : 1. Participatory Rural Appraisal PRA Participatory Rural Appraisal PRA merupakan suatu teknik pengkajian pengembangan masyarakat desa yang di Indonesia diawali tahun 1993 di lingkungan Konsorsium Pengembangan Dataran Tinggi Nusa Tenggara KPDTNT. Teknik ini di uji cobakan mempelajari PRA di lembaga Myrada- India yang telah mengembangkan metode ini. PRA ditafsirkan sebagai: “Pendekatan dan teknik-teknik pelibatan masyarakat dalam proses-proses pemikiran yang berlangsung slama kegiatan-kegiatan perencanaan dan pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi program pembangunan masyarakat” Driyamedia, dalam Suhendra, 2006: 105. 2. Metode Partisipatori dan Assesment Universitas Sumatera Utara Rencana ini sebenarnya sejalan bahkan hampir sama dengan metode PRA. Metode ini diadopsi dari dua sumber yaitu Field Book WSLIC – 2 Project World Bank dan Partisipatory Analysis Techniques DFID – World Bank masing-masing Januari 2002 Bambang Rustanto, dalam Suhendra, 2006: 109. Metode Partisipatori Assesment MPA terdiri dari empat langkah : a. Menemukan masalah b. Menemukenali potensi c. Menganalisis Masalah dan Potensi d. Memilih solusi Pemecahan Masalah 3. Metode Loka Karya Metode loka karya efektif untuk memotivasi anggota peserta menyampaikan aspirasi dan kreativitas. Lokakarya bermanfaat untuk mengambil keputusan untuk sesuatu fokus permasalahan secara musyawarah dan ditemukannya suatu konsensus. 4. Teknik Brainstorming Teknik ini mula – mula disampaikan oleh Alex F.Osborne yang dapat memotivasi untuk munculnya kreativitas anggota dalam memecahkan masalah atau persoalan yang dihadapi. Teknik ini merupakan wujud dari “bottom up” hingga dapat memunculkan rasa memilikki dari rasa tanggung jawab. Adapun operasionalisasi dari teknik Brainstorming adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Kumpulkan kelompok – kelompok sekitar 10 orang dan ajukan fokus yang akan dibahas. b. Setiap peserta secara bertanggung jawab boleh mengajukan gagasannya secara bebas. c. Seorang berperan sebagai sekretaris selalu mencatat inti pembicaraan. d. Resumekan dan refleksikan kembali pada peserta. e. Temukan konsensus alternatif dan ambil suatu keputusan. 5. CO – CD Community Organization – Community Development Community Organization COmerupakan suatu proses untuk mewujudkan dan membina suatu penyesuaian yang bertambah lama bertambah efektif diantara sumber-sumber kesejahteraan sosial dan kebutuhan-kebutuhan kesejahteraan sosial di lingkungan suatu daerah geografis atau bidang fungsional. Tujuannya sesuai dengan tujuan pekerjaan sosial yaitu difokuskan pada kebutuhan – kebutuhan orang serta penyediaan sarana untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan ini dengan cara yang sesuai dasar kehidupan demokrasi” Neil dalam Suhendra, 2006:112. Untuk teknik Community Development CD, PBB Perserikatan Bangsa – Bangsa menyampaikan defenisi dalam Suhendra, 2006:113 : “Community Development menunjukkan digunakannya berbagai pendekatan dan teknik dalam suatu program tertentu pada masyarakat – masyarakat lokal sebagai kesatuan tindakan dan mengusahakan perpaduan antara bantuan yang berasal dari luar dengan keputusan dan upaya masyarakat lokal yang Universitas Sumatera Utara disorganisasi. Program ini dimaksudkan untuk mendorong prakarsa dan kepemimpinan lokal sebagai sarana perubahan primer”. 2.7 Program Saving Group 2.7.1 Defenisi dan Tujuan Program Saving Group Program Saving Group adalah program menabung yang terbagi dalam beberapa kelompok menabung yang didominasi oleh ibu-ibu rumah tangga dan difasilitasi langsung oleh Yayasan Fondasi Hidup Indonesia dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarga serta memberdayakan keluarga miskin. Tujuan Program Saving Group adalah untuk meningkatkan aktivitas menabung pada keluarga dan meningkatkan pendapatan keluarga dengan pengelolaan usaha bagi anggota masyarakat yang tertarik untuk memulai usaha kecil, serta mencegah penurunan kualitas hidup dan keterpurukan perekonomian keluarga miskin, akibat ketidakstabilan perekonomian, serta kelangkaan ketersediaan kebutuhan barang dan jasa menyebabkan kenaikan harga-harga pada sejumlah kebutuhan pokok sehingga mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terutama pada masyarakat miskin.

2.7.2 Landasan, Prinsip dan Tujuan Kelompok Menabung Saving Group

Landasan, Prinsip dan Tujuan dari Kelompok Menabung adalah sebagai berikut: 1. Kelompok menabung ini berlandaskan pada prinsip-prinsip kepercayaan, keterbukaan, tanggungjawab, kepemimpinan, saling, kerjasama, saling memperhatikan satu sama lain dan pengelolaan yang baik. 2. Tujuan dari kelompok menabung adalah dikembalikan pada keputusan masing-masing kelompok menabung 3. Tujuan sosial dari kelompok menabung adalah dikembalikan pada keputusan masing-masing kelompok menabung Universitas Sumatera Utara 4. Tujuan dari keuangan dari kelompok menabung adalah dikembalikan pada keputusan masing-masing kelompok menabung

2.7.3 Usaha Kelompok Menabung Saving Group

Untuk mencapai maksud dan tujuannya, maka kelompok menabung menyelenggarakan usaha sebagai berikut: a. Mendorong agar para anggota menyimpan pada kelompok menabung secara teratur dan menggunakan uangnya secara hemat dan bijaksana b. Mengusahakan agar pinjaman yang diberikan kepada anggota kelompok menabung sesuai dengan kebutuhan produktif, serta dengan cara yang tepat, cepat dan bunga yang rendah serta mengangsurnya tiap bulan. c. Mendidik para calon anggota tentang prinsip-prinsip, tujuan kelompok menabung, pengembangan usaha produktif seperti pertanian, peternakan dan usaha lainnya yang dapat mendorong perkembangan ekonomi anggota. d. Membuat programkegiatan untuk dapat mendorong kemajuan anggota dan kelompok menabung secara umum. e. Menjalankan program pendidikan secara intensif dan teratur bagi para anggota untuk menambah pengetahuan anggota tentang kelompok menabung dan pengembangan kelompok menabung.

2.7.4 Mekanisme Pembentukan KelompokSaving Group

Adapun mekanisme pembentukan kelompok dalam program saving group adalah sebagai berikut: a. Satu kelompok menabung terdiri dari minimal 10 orang anggota Universitas Sumatera Utara b. Anggota kelompok menabung haruslah memiliki komitmen menabung c. Setiap kelompok wajib memiliki struktur organisasi yang terdiri dari ketua, sekertaris dan bendahara, dan dalam pembentukan struktur organisasi tersebut harus dipilih dari anggota dan oleh anggota kelompok menabung. d. Kelompok menabung yang telah dibentuk wajib untuk memiliki nama kelompok, menetapkan visi dan missi kelompok, serta peraturan menabung e. Kelompok menabung harus menyepakati berapa nominal tabungan yang harus dikumpulkan di setiap pertemuan menabung f. Kegiatan menabung dilakukan 1 kali dalam 1 minggu dan di damping oleh fasilitator lapangan Yayasan Fondasi Hidup.

2.7.5 Hak dan Kewajiban Anggota

Setiap anggota kelompok menabung memiliki hak dan kewajiban yang sama di dalam kelompok menabung tanpa terkecuali, yaitu mendapatkan pelayanan dari kelompok menabung dan tunduk. Adapun hak dan kewajiban anggota kelompok saving group adalah sebagai berikut: 1. Keanggotaan kelompok menabung melekat pada diri anggota sendiri dan tidak dapat dipindahtangankan atau diwakilkan kepada orang lain. 2. Setiap anggota kelompok menabung harus mematuhi ADART dan peraturan- peraturan khusus dan Keputusan Rapat Anggota 3. Seluruh anggota wajib hadir dalam setiap penabungan 4. Tabungan dapat di titipkan apabila alasan untuk berhalangan bisa di terima oleh anggota keputusan ada di tangan komunitas 5. Penyimpanan saldo kelompok menabung di simpan di kotak kas 6. Kunci kotak kas di pegang oleh dua orang anggota secara bergiliran Universitas Sumatera Utara 7. Penyimpanan penabungan dilakukan di rumah anggota dengan sistem pergantian atau bergilir 8. Jika ada anggota yang mengundurkan diri atau berpindah tempat sebelum akhir periode saldo tetap diberikan di akhir periode 9. Jika ada anggota yang meninggal dunia maka saldo di berikan ke ahli waris di akhir periode tetapi dapat di teruskan oelh ahli waris yang bersangkutan

2.7.6 Sasaran Program Saving Group

Berdasarkan Anggaran Rumah Tangga ART dikemukakan bahwasasaran program saving group adalah warga negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Dapat mengikuti dan mematuhi ADART kelompok menabung 2. Berkeinginan dan memiliki kemampuan untuk memahami ADART kelompok menabung 3. Tidak tersangkut di dalam suatu usaha atau pekerjaan yang bertentangan dengan kepentingan kelompook menabung. 4. Berminat untuk menyimpan secara terus menerus di dalam kelompok menabung 5. Bersedia mengikuti pendidikan dan dapat bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama 6. Anggota kelompok menabung sedang tidak terlibat pada tindakan kriminal 7. Anggota kelompok tinggal pada lingkungan yang sama 8. Seseorang yang akan masuk menjadi anggota dapat menemui kelompok menabung, mendaftarkan diri dan aktif setiap pertemuan rutin kelompok menabung Universitas Sumatera Utara 9. Permohonan berhenti sebagai anggota harus diajukan secara lisan dan tulisan kepada pengurus kelompok menabung 10. Perhentian anggota oleh pengurus harus mendapat persetujuan dari rapat anggota 11. Jika anggota yang bersangkutan melalui keputusan rapat anggota harus mengakhiri keanggotaannya, maka segala hak anggota di dalam kelompok menabung akan dikembalikan setelah terlebih dahulu melunasi segala pinjamannya apabila melakukan peminjaman.

2.7.7 Struktur dan Pemilihan Pengurus Kelompok

Yayasan Fondasi Hidup Indonesia menentukan peraturan akan kepengurusan kelompok menabung saving group. Adapun kelompok saving group memiliki struktur kepengurusan sebagai berikut: 1. Pengurus kelompok terdiri sekurang-kurangnya 3 orang dan sebanyak- banyaknya 5 orang 2. Susunan pengurus minimal terdiri dari Ketua, Sekertaris, Bendahara dan Pemegang Kunci 3. Pengurus kelompok tidak menerima gaji keputusan ada di tangan komunitas

2.7.8 Tugas-Tugas Pokok Pengurus Kelompok

Pengurus kelompok yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan pemegang kunci memiliki tugas pokok masing-masing. 1. Ketua bertugas sebagai berikut: a. Mengemban kepemimpinan kelompok b. Memastikan peraturan-peraturan kelompok dihormati c. Membuka pertemuan, menyampaikan jadwal acara dan berpindah antara kegiatan satu dan yang lainnya Universitas Sumatera Utara d. Memimpin diskusi e. Menjaga ketentraman di dalam proses pertemuan kelompok menabung f. Membuat inisiatif pertemuan untuk membahas masalah-masalah yang muncul g. Memberi nasihat kepada anggota h. Menemukan dan menangani bersamapengurus yang lain untuk solusi konflik anggota 2. Sekertaris bertugas sebagai berikut: a. Mencatat dan mengingat kegiatan yang dilakukan oleh kelompok sepanjang pertemuan b. Memastikan bahwa seluruh kegiatan dilakukan saat anggota kelompok hadir pada pertemuan kelompok menabung c. Menjaga dan merawat pembukuan d. Membacakan ADART 3. Bendahara bertugas sebagai berikut: a. Mengelola dan menjaga dengan aman semua keuangan, barang lainnya milik kelompok menabung b. Memegang kunci kotak kas c. Melakukan transaksi penerimaan dan memberi pinjaman kepada anggota pada saat pertemuan kelompok menabung d. Memastikan keamanan uang kelompok menabung Universitas Sumatera Utara

2.7.9 Hak dan Kewajiban Pengurus Kelompok

Pengurus kelompok melaksanakan tugas masing-masing didasarkan pada hak dan kewajiban yang ditetapkan oleh Yayasan Fondasi Hidup Indonesia. Adapun hak dan kewajiban tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengurus kelompok menabung dipilih dari dan oleh rapat anggota dalam setiap akhir periode kepengurusan 2. Jika salah seorang pengurus berhenti sebelum masa jabatannya berakhir maka rapat pengurus dapat mengangkat penggantinya akan tetapi pengangkatan itu harus disahkan oleh rapat anggota 3. Pengurus wajib mencatat setiap kejadian dan kegiatan di dalam kelompok menabung 4. Pengurus wajib memberitahukan kepada seluruh anggota hasil segala kegiatan yang berlangsung di dalam kelompok menabung demi kemajuan bersama 5. Pada akhir periode atau akhir siklus, masing-masing pengurus membuat laporan pertanggungjawabannya 6. Pengurus bersama seluruh anggota mengevaluasi bersama program kelompok dan menyusun rencana program kelompok 7. Setiap pengurus harus bekerjasama demi kemajuan kelompok menabung dan dapat memberikan penjelasan tentang segala pembukuan, perbendaharaan, seluruh inventaris yang menjadi dan merupakan kekayaan kelompok menabung 8. Setiap pengurus menanggung keruguian yang diderita oleh kelompok menabung, karena kelalaian dalam melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing Universitas Sumatera Utara 2.7.10 Sumber Keuangan dan Modal Usaha Menabung Saving Group 2.7.10.1 Sumber Keuangan Saving Group Sumber keuangan saving group diperoleh dari: a. Simpanan anggota atau tabungan anggota b. Angsuran pinjaman dari anggota c. Denda pinjaman dan denda ketidakhadiran dalam pertemuan d. Bunga pinjaman anggota e. Usaha-usaha lain yang disepakati bersama oleh anggota kelompok f. Bantuan yang tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip kelompok menabung serta tidak bertentangan dengan ADART

2.7.10.2 Modal Usaha Menabung Saving Group

Kelompok menabung mempunyai modal usaha tidak tetap dan tak terbatas yang diperoleh dari uang tabungan anggota, bunga pinjaman, bantuan yang tidak mengikat keputusan ditanyakan kembali kepada komunitas.Buku Anggota Penerimaan dan Transaksi Keuangan berisikan hal berikut: 1. Setiap transaksi keuangan harus dilakukan oleh anggota yang bersangkutan 2. Jika buku anggota hilang, anggota harus segera melaporkan kepada bendahara atau pengurus dan menggantinya dengan biaya sendiri oleh anggota 3. Pengurus boleh meminta pernyataan tertulis seperlunya dari anggota yang menerangkan bahwa buku tersebut hilang dan telah diterbitkan pengurus duplikatpengganti atas buku yang hilang tersebut. Universitas Sumatera Utara

2.7.11 Pinjaman Anggota Saving Group

Yayasan Fondasi Hidup Indonesia membuat ketetapantentang pinjaman anggota saving group, yakni: 1. Pinjaman di dalam kelompok menabung diberikan kepada seluruh anggota dengan tujuan mendukung usaha-usaha yang bersifat produktif 2. Pinjaman yang diberikan kepada anggota terlebih dahulu melalui persetujusn keseluruhan pengurus 3. Khusus bagi anggota baru, selama 3 bulan pertama tidak dibenarkan mengajukan permohonan peminjaman karena masih dalam tahap pendidikan setelah menjadi anggota keputusan ada di tangan komunitas 4. Seluruh pinjaman harus dibukukan di dalam dokumen kelompokmenabung yang telah ditentukan 5. Pinjaman pertama kelompok menabung akan terjadi pada keputusan ada di tangan komunitas 6. Besar bunga pinjaman sebesar keputusan ada di tangan komunitas 7. Lama bunga yang dibayarkan adalah keputusan ada di tangan komunitas 8. Jumlah maksimum yang dapat diambil oleh kelompok adalah keputusan ada di tangan komunitas 9. Yang dimaksud dengan melakukan penunggakan adalah tidak mengangsur pinjaman beserta bunganya

2.7.12 Sanksi atau Denda Saving Group

1. Bentuk-bentuk pelanggaran yang dikenakan sanksi karena merugikan kepentingan kelompok menabung : Universitas Sumatera Utara a. Tidak mengikuti pertemuan pada kegiatan pertemuan kelompok menabung tanpa pemberitahuan dan atau hanya menitipkan kewajibannya kepada orang lain tanpa alasan yang jelas dengan sanksi keputusan ada di tangan komunitas b. Melakukan penunggakan terhadap angsuran pinjaman dan atau tidak mengindahkan peraturan yang berlaku di kelompok menabung dengan denda keputusan ada di tangan komunitas c. Datang terlambat pada pertemuan kelompok menabung dengan denda keputusan ada di tangan komunitas d. Menggunakan nama kelompok untuk kepentingan pribadi keputusan ada di tangan komunitas 2. Tindakan pemberian sanksi dapat dikenakan kepada semua anggota kelompok menabung yang telah merugikan kepentingan kelompok menabung atas dasar pertimbangan rapat anggota dan pengurus berupa: a. Denda - Setiap anggota yang telah jatuh tempo pembayaran angsuran pinjaman dikenakan sanksi sesuai - Anggota yang tidak hadir tanpa alasan dan pemberitahuan serta tidak menitipkan kewajibannya dikenakan denda keputusan ada di tangan komunitas, kecuali sakitkeluarga sakit atau sedang berpergian dengan pemberitahuan kepada pengurus secara tertulis dan lisan Universitas Sumatera Utara - Anggota yang tidak hadir tanpa alasan yang jelas walau menitipkan kewajibannya, maka tetap dikenakan denda sebesar keputusan ada di tangan komunitas - Anggota yang tidak membayar tabungan maka akan dikenakan denda keputusan ada di tangan komunitas a.Teguran tertulis b.Teguran lisan c.Pemberhentian 3. Pemberitahuan sanksi bagi anggota yang melakukan penunggakan angsuran pinjaman: a. Anggota yang melakukan penunggakan akan diberikan teguran sesuai dengan ART. 4. Anggota yang melakukan penunggakan angsuran 3 bulan secara berturut- turut akan keputusan ada di tangan komunitas 5. Tindakan pemberhentian atau pemecatan terhadap anggota diambil melalui beberapa proses yaitu: b. Teguran lisan sebanyak 1 kali c. Teguran tertulis sebanyak 2 kali dilengkapi dengan bukti-bukti d. Pemberhentian yang teknis pelaksanaanya akan diatur melalui rapat pengurus e. Khusus bagi anggota yang 3 kali tidak hadir secara berturut-turut dalam mengikuti pertemuan kelompok menabung dalam 1 tahun maka akan dikenakan sanksi di berhentikan Universitas Sumatera Utara 6. Anggota yang dikenakan sanksi diberhentikan maka saldo tabungan akan dikembalikan setelah seluruh pinjamannya lunas Sisa Hasil Usaha Yayasan Fondasi Hidup Indonesia,2012

2.8 Kerangka Pemikiran

Ketidakstabilan ekonomi yang disebabkan karena kelangkaan ketersediaan kebutuhan barang dan jasa yang beredar di pasaran menyebabkan kenaikan harga-harga kebutuhan bahan pokok yang biasanya digunakan oleh masyarakat dalam pemenuhan keperluan hidup sehari-hari. Ketidakstabilan ekonomi tersebut jelas mempengaruhi kondisi perekonomian masyarakat Indonesia, terutama untuk kalangan menengah ke bawah.Untuk tetap menjaga kualiatas hidup masyarakat serta membantu meningkatkan perekonomian masyarakat terutama dari sektor keluarga dibentuklah oleh Yayasan Fondasi Hidup Indonesia yaitu Program Saving Group ini. Masyarakat juga berharap melalui program ini, uang yang ditabungkan dari proses saving group ini mampu meningkatkan pemenuhan kebutuhan hidup mereka baik dan cukup atas ketidakstabilan ekonomi tersebut. Adapun respon masyarakat meliputi 3 hal: yaitu persepsi masyarakat, sikap masyarakat dan partisipasi masyarakat, yang kemudian akan menghasilkan respon positif, netral, maupun negatif. Skematisasi kerangka pemikiran adalah proses transformasi narasi yang menerangkan hubungan atau konsep-konsep atau variable-variabel peneliti menjadi sesuatu yang berbentuk skema, artinya yang ada hanyalah perubahan cara penyajian dari narasi menjadi skema 2011: 132. Untuk itu skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Bagan Alir Pikir Program Saving Group PERSEPSI a. Pengetahuan masyarakat tentang saving group b. Pengetahuan masyarakat tentang tujuan saving group c. Atensi masyarakat terhadap saving group SIKAP a. Bagaimana penilaian masyarakat terhadap saving group b. Apakah masyarakat menerima atau menolak saving group c. Apakah masyarakat mengharapkan atau tidak saving group PARTISIPASI a. Menikmati b. Melaksanakan c. Menilai d. Frekuensi e. Kualitas Masyarakat Desa Sumbul Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang Universitas Sumatera Utara

2.9. Defenisi Konsep