Latar Belakang Tanggung Jawah Hukum Perusahaan Patungan (Joint Venture Company) dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sangat membutuhkan bantuan-bantuan dana yang cukup besar dalam melakukan pranata pembangunan nasional.Apabila hanya mengandalkan modal dan sumber dana dari pihak pemerintah, hampir dapat dipastikan sangat sulit mencapai pembagunan nasional tersebut. Salah satu sumber modal yang sangat efisien agar dapat digunakan dan didapatkan yaitu melalui pranata Hukum Penanaman Modal. Melalui pranata hukum penanaman modal dapat diharapkan adanya suatu bentuk peraturan hukum atau disebut sebagai payung hukum yang dapat melindungi serta memberikan suatu kepastian hukum bagi para investor dalam melakukan penanaman modal dalam suatu negara. 1 Mencermati peran penanaman modal cukup signifikan dalam melakukan pembagunan ekonomi, sehingga tidak mengherankan jika dalam berbagai negara baik negara berkembang maupun negara maju berusaha secara optimal agar negaranya menjadi tujuan dari investasi asing dan para investor. Namun untuk membuat negaranya menjadi tempat para investor asing dalam melakukan penanaman modal, negara tersebut harus dapat memberikan rasa aman kepada para investor dalam menanamkan modalnya dengan memberikan kepastian hukum. 2 1 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi Jakarta:Sinar Grafika, 2010, hlm.4. 2 Ibid., hlm. 4. Universitas Sumatera Utara Menurut Erman Rajagukguk mengatakan bahwa faktor utama bagi hukum untuk dapat berperan dalam pembagunan ekonomi adalah apakah hukum mampu menciptakan stability, predictabilitydan fairness. Dua hal yang pertama adalah persyarat bagi sistem ekonomi apa saja untuk dapat berfungsi.Termasuk dalam fungsi stabilitas stability adalah potensi hukum untuk menyeimbangkan dan mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang saling bersaing. Kebutuhan hukum untuk meramalkan predictabilityakibat dari suatu langkah-langkah yang diambil khususnya penting bagi negeri yang sebagian rakyatnya untuk pertama kali memasuki hubungan-hubungan ekonomi yang melewati lintas batas suatu negara. Aspek keadilan fairnessseperti perlakuan yang sama atas pola tingkah laku pemerintah. Oleh karena itu, investor membutuhkan adanya suatu bentuk kepastian hukum agar aktivitas investasinya dapat berjalan sesuai dengan persyaratan yang telah dipenuhi. 3 Tujuan dalam melakukan investasi baik bagi investor maupun bagi negara penerima modal yaitu mencari untung atau profit orientation. Bagi investor itu sendiri dengan melakukan investasi dinegara lain ia memperoleh keuntungan atas saham yang ditanamnya, selain itu juga motif dari para investor itu menanamkan modal untuk mendapatkan partner yang sudah dapat dipastikan partner tersebut sudah mengenal situasi pasar lokal. 4 Investor asing yang melakukan penanaman modal di negara penerima modal tidak perlu membuat jaringan pemasaran yang baru, yang akan memakan waktu, biaya dan tenaga dan akan memperoleh keuntungan lainnya, sedangkan 3 Erman Radjagukguk, Hukum Investasi diIndonesia Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007, hlm. 13. 4 Budiman Ginting, Hukum InvestasiPerlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas dalam Perusahaan penanaman Modal Asing Medan: Pustaka Bangsa Press, 2007, hlm. 1. Universitas Sumatera Utara bagi negara penerima modal itu sendiri memiliki harapan dengan hadirnya para penanam modal atau para investor asingdapat menyerap tenaga kerja dinegara penerima modal, dapat juga menciptakan demand bagi produk dalam negeri sebgai bahan baku, menambah devisa apalagi investor asing yang berorientasi ekspor dapat menambah penghasilan negara dari sektor perpajakan, juga adanya alih teknologi transfer of know how. Dilihat dari sudut pandang ini kehadiran dari para investor sangat berperan dalam pembagunan suatu ekonomi negara termasuk Indonesia 5 Tujuan dari negara-negara berkembang dalam mendatangkan para investor setidaknya harus mampu memenuhi ketiga syarat yaitu pertamasyarat adanya kesempatan ekonomi economic opportunity untuk menarik modal asing dibutuhkan adanya kesempatan ekonomi bagi investor, seperti dekat dengan sumber daya alam, tersedia bahan baku, tersedia lokasi untuk mendirikan pabrik yang cukup, tersedianya tenaga kerja yang murah dan tersedianya pasar yang prospektif.Kedua yaitu syarat stabilitas politik hal ini sangat mempengaruhi masuknya modal asing dalam suatu negara. Karena jika terjadi konflik elit politik atau terjadinya konflik masyarakat akan sangat mempengaruhi iklim investasi disuatu negara. Ketiga merupakan syarat adanya suatu kepastian hukum legal certainty untuk mewujudkan sistem hukum yang mampu mendukung iklim investasi diperlukan adanya suatu aturan yang jelas mulai dari izin usaha sampai dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk mengoperasikan suatu perusahaan. Kata kunci untuk mencapai kondisi ini adalah adanya penegakan supermasi hukum rule of law. . 6 5 Ibid., hlm. 3. 6 Erman Rajagukguk, Op.Cit., hlm. 15. Universitas Sumatera Utara Tidak semua kegiatan usaha dapat dilakukan sendiri, karena berbagai faktor dan alasan yang harus dihadapi seperti halnya alasan teknis mengenai produksi, alasan penguasaan pangsa pasar dan juga mengenai masalah keuangan dalam suatu negara. Untuk itulah suatu kegiatan penanaman modal patungan sangat diperlukan saat ini baik untuk negara maju dan negara berkembang.Dalam membentuk adanya suatu kegiatan usaha ataupun dalam melakukan kegiatan investasi dapat dilakukan oleh para penanam modal baik itu yang dilakukan oleh pihak swasta dengan pihak nasional atau pihak nasional dengan pemerintah juga dapat dilakukan antara penanam modal dalam negeri dengan penanam modal asing. Namun dalam membentuk kerja sama antara penanaman modal asing selanjutnya disingkat dengan PMA dan penanaman modal dalam negeri selanjutnya disingkat dengan PMDN cenderung dilakukan dengan membentuk adanya suatu perusahaan joint venturecompany. Perusahaan penanaman modal patungan joint venturecompany dibentukantara dua perusahaan atau lebih menanamkan modalnya untuk membentuk suatu perusahaan baru. Pada kenyataanya setiap penanaman modal yang mendirikan perusahaan yang berbentuk badan hukum di Indonesia haruslah badan hukum tersebut berbentuk perusahaan perseroan terbatas. Sesuai dengan perintah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal selanjutnya disingkat dengan UUPM pada Pasal 5 ayat 2 menyatakan bahwa “penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan diwilayah Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang”. Tujuan diwajibkan suatu PMA membentuk perseroan Universitas Sumatera Utara terbatasselanjutnya disingkat dengan PT tersebut agar pemerintah dapat memberikan suatu kepastian hukum. 7 Peter Mahmudmengatakan bahwa joint venture companymerupakan salah satu kontrak antara dua perusahaan untuk membentuk satu perusahaan yang baru perusahaan baru inilah yang disebut denganperusahaan joint venture. Pengertian perusahaan joint venture company juga dikemukakan oleh Erman Rajagukguk yaitu suatu kerja sama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal dalam nasional berdasarkan adanya suatu perjanjian.sehingga berdasarkan dari kedua pengertian diatas terdapat 2 unsur dalam perusahaan joint venture company yaitu kerjasama antara pemilik modal nasional dan modal asing membentuk suatu perusahaan baru antara pengusaha asing dan pengusaha nasional didasarkan adanya suatu kontraktual ataupun suatu perjanjian. Usaha penanaman modal patungan atau yang biasa dikenal denganjoint venture companymerupakan salah satu bentuk dari penanam modal dalam melakukan investasi disuatu negara.Dalam perusahaan penanaman modal patungan atau yang disebut joint venture companymemiliki suatu defenisi yang cukup luas karena dalam perusahaan joint venture company tidak hanya mencakup persoalan tentang penyertaan modal yang dilakukan oleh para pihak equityjoint ventures tetapi jugadapat mennyangkut tentang berbagai bentuk kontrak kerjasamanya baik dalam bidang manajemen management contract, pemberian lisensi license aggrement, bantuan teknik dan mencakup aspek- aspek lainnya. 8 7 Ibid., hlm. 20. 8 Ibid., hlm. 22. Universitas Sumatera Utara Joint venturecompanymerupakan salah satu bentuk kegiatan menanam modal yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan melalui usaha patungan untuk melakukan kegiatan usahanya diwilayah negara Republik Indonesia. Joint venture company atau usaha patungan ini merupakan suatu bentuk kegiatan penanaman modal asing PMA.Pada Pasal 1 angka 3 UUPMdisebutkan penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha diwilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri.Sedangkan pengertian modal asing diuraikan dalam Pasal 1 angka 8 UUPM, yaitu modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, danatau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.Dalam kontrak joint venture company dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitujoint venture company domestic dimana penanam modal perusahaan tersebut hanya terdapat didalam negeri saja. Sedangkan dalam perusahaan joint venture internasional dimana apabila salah satu partner perusahaannya itu merupakan perusahaan asing. Bentuk atas perusahaan penanaman modal patungan joint venture companyterdapat posisi-posisi yang menentukan kedudukan dari para pemegang saham diperusahaan tersebut dikarenakan jumlah atau besarnya kepemilikan saham yang dimiliki sangat menentukan penguasaan seseorang atas perusahaan tersebut.Dalam persentase kepemilikan saham atas perusahaan penanaman modal patungan joint venture company terbagi atas 2 yaitu pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Dalam kepemilikan saham mayoritas Universitas Sumatera Utara biasanya dikuasai oleh pihak asing dikarenakan jumlah nilai modal asing itu lebih besar dari pada modal saham dari nasional. Hal ini lah yang mengakibatkan para pemegang kelompok saham mayoritas lebih cenderung menguasai suatu perusahaan tersebut baik dalam pengambilan langkah kebijakan atas suatu perusahaan.Namun untuk melindungi kepentingan kedudukan investor nasional atau lokal selaku pemegang saham minoritas dalam perusahaaan joint venture company, Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatasselanjutnya disingkat dengan UUPT telah merumuskan perlindungan bagi pemegang saham minoritas atas tindakan direksi, dewan komisaris atau pemegang saham mayoritas perseroan yang diduga merugikannya. 9 Pemberitaan konflik yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam selanjutnya disingkat dengan SDA, baik bersifat vertikal maupun horizontal pada akhir-akhir ini sering muncul di media cetak maupun elektronik. Seperti kasus lumpur lapindo di Porong, Sidoarjo, konflik masyarakat Papua dengan PT freeport Indonesia, konflik masyarakat Aceh dengan Exxon Mobile di Arun, pencemaran lingkungan oleh newmont di Teluk Buyat dan lain sebagainya.Konflik ini menimbulkan berbagai dampak dalam pembagunan dunia usaha secara keseluruhan, terutama perusahaan yang berkaitan dengan pengelolaan SDA. Pada sisi lain terdapat fakta yang tidak bisa kita hindari, dimana terdapat keterbatasan kemampuan pemerintah dalam berbagai hal, terutama dalam pembagunan dunia usaha. Oleh karena itu pelaku usaha sangat dibutuhkan dalam mewujudkan iklim usaha yang kondusif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam kalangan dunia usaha adalah dengan melaksanakan 9 Budiman Ginting, Op.Cit., hlm. 2-3. Universitas Sumatera Utara program tanggung jawab hukum atas perusahaan-perusahaan dalam aktifitas- aktifitas usahanya dalam wilayah negara tersebut. 10 Negara penerima modal atau host country selain membuat adanya berbagai bentuk peraturan-peraturan hukum untuk memberikan rasa aman bagi para investor agar mau melakukan penanaman modal dinegaranya juga harus dapat membuat berbagai ketentuan peraturan hukum demi melindungi setiap kepentingan-kepentingan yang dimiliki dari negaranya atas terjadinya berbagi aktifitas-aktifitas penanaman modal yang dilakukan dinegaranya.Kewenangan menetapkan aturan aturan hukum penanaman modal merupakan suatu Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia selanjutnya disingkat dengan UUD1945 merupakan norma dasar pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. Dalam UUD 1945 mengamanatkan pemerintah dan seluruh kalangan masyarakat wajib melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangungan berkelanjutan, agar lingkungan hidup Indonesia menjadi sumber daya dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta mahkluk hidup lainnya. Bunyi Pasal 33 yakni sebagai berikut: 1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. 2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. 3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi denganprinsip kebersamaan, efesiensi berkeadilan,berkelanjutan,berwawasan lingkungan, kemandirian, sertadenganmenjaga keseimbangan kemajuan serta kesatuan ekonomi nasional. 5 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang- undang. 10 Ibid., hlm. 6. Universitas Sumatera Utara kewenangan yang bersifat absolute dari negara tujuan penanaman modal host country, karena kewenangan tersebut lahir dari sebuah kedaulatan negara untuk mengatur orang asing dan kekayaanya yang berada didalam wilayah teritorial host country. Pemanfaatan secara optimal terhadap modal asing, Pemerintah host country berhak menetapkan ketentuan penanaman modal dalam peraturan nasional sesuai dengan kebutuhan pembangunan ekonominya. Kewenangan ini tidak dibatasi oleh ketentuan perdagangan internasional, karena ketentuan dari perdagangan internasional tidak ditunjukan untuk membatasi kewenangan pemerintahhost country mengatur kegiatan penanaman modal diwilayah kedaulatannya. Karena setiap negara memiliki suatu peraturan sendiri yang dapat melindungi setiap kepentingan dari negaranya diwilayah teritorial negaranya sendiri pula. Untuk itu pemerintah seharusnya mampu untuk membentuk serta menghidupkan dan menjalankan peraturan perundang-undangan yang telah dibuat maupun yang akan dibentuk lainnya ketika melakukan kerja sama antara nasional dengan asing. Baik dalam hal diharapkannya pemerintah berhasil menarik para investor untuk melakukan penanaman modal dengan tujuan mewujudkan pembagunan nasionalnya serta mempengaruhi kehidupan perekonomian dari negara tersebut, namun tetap saja pemerintah dalam hal mewujudkan tujuan tersebutharus mampu mencegah kerugian besar yang terjadi atas berlangsungnya kerja sama antara asing dan nasional seperti hal nya mencegah kerusakaan-kerusakaan dari aspek lingkungan khususnya.dan juga dalam halnya jika terjadi sengketa dikemudian hari antara PMA dan PMDN dalam membentuk perusahaan joint venture company jika terjadi kerusakaan- Universitas Sumatera Utara kerusakaan baik dalam bidang lingkungan yang merugikan negara kiranya undang-undang Indonesia sendiri mampu memberikan sangsi yang cukup tegas atas kerugian yang ditanggung oleh negara. Berdasarkan uraian diatas maka menjadi suatu hal yang menarik untuk memilih judul “Tanggung Jawab Hukum Perusahaan Joint Venture Company”dalam Perlindungan dan Penggelolaan Lingkungan Hidup.”

B. Perumusan Masalah