1
BAB I 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa  bukanlah  tanda  mati  atau  angka-angka  matematik  yang  dipakai dalam  ilmu-ilmu  alam  untuk  makna  dan  jumlah  tertentu,  tetapi  bahasa  adalah
makhluk  hidup  yang  tumbuh  berubah,  berkembang  sesuai  tempat,  waktu,  dan perubahan  manusia  serta  akulturasi  kebudayaan,
1
kebudayaan  tidak  lahir  dari kekosongan.  Ia  didahului  oleh  kebudayaan-kebudayaan  lain  yang  menjadi  unsur
pembentukannya.  Kebudayaan  suatu  bangsa  selalu  merupakan  ikhtisar  dari kebudayaan  sebelumnya  atau  seleksi  dari  berbagai  kebudayaan  lain.  Dengan
demikian  kebudayaan  dapat  dipandang  sebagai  proses  memberi  dan  menerima Majid, 1997:2, proses di atas terjadi dan berkembang melalui berbagai sarana, di
antaranya penerjemahan.
2
Dalam  proses  penerjemahan,  penerjemah  membutuhkan  kosakata  yang banyak  karena  kosakata  pada  prinsipnya  adalah  wilayah  hubungan  bahasa  dan
pikiran.  Kualitas  berbahasa  seseorang  pastilah  tergantung  kuantitas  dan  kualitas kosakatanya  karena  kosakata  adalah  kehidupan  dan  kemampuan  mental
seseorang.
3
Kegiatan penerjemahan tidak terlepas juga oleh makna, karena makna itu merupakan  pusat  perhatian  penerjemah.  Segala  metode,  prosedur,  dan  teknik
dikerahkan  dan  diabdikan  sepenuhnya  untuk  mengungkap  makna  yang  terdapat
1
Hasan Usman, Manhaj Al- Bahast At- Tarikhiy ,  Kairo: Daarul Ma’arif,
6 cet 4, h. 1
2
Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia Teori dan Praktek, Bandung: Humaniora, 2005, cet-1, h. 1
3
Henri Guntur Tarigan, Pengajaran Kosakata, Bandung: Angkasa: 1993, h.2-16
dalam  nas  yang  diterjemahkan.
4
Kata-kata  atau  leksem-leksem  dalam  setiap bahasa  dapat  dikelompokkan  dalam  kelompok-kelompok  tertentu  yang
maknannya saling berkaitan atau berdekatan karena sama-sama berada dalam satu bidang  atau  keilmuan.  Umpamanya  kata-kata  menyalin,  menghapal,  menyontek,
belajar,  ujian,  tes,  guru,  murid,  catatan,  dan  buku  dapat  dikelompokkan  menjadi satu  karena  semuanya  berada  dalam  medan  maknabidang  pendidikan  dan
pengajaran.
5
Medan  makna  adalah  bagian  dari  sistem  semantik  bahasa  yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta
tertentu  dan  direalisasikan  oleh  seperangkat  unsur  leksikal  yang  maknanya berhubungan.  Misalnya nama-nama istilah perkerabatan dalam bahasa Indonesia
adalah  anak,  cucu,  cicit,  piut,  bapakayah,  ibu,  kakek,  nenek,  moyang,  buyut, paman, bibi, saudara, kakak, adik, sepupu, kemenakan, istri, suami, ipar, mertua,
menantu, dan besan.
6
Contoh  istilah  perkerabatan  dalam  bahasa  Indonesia  tidak  selengkap istilah  perkerabatan  bahasa  Arab  karena  setiap  bahasa  memiliki  medan  makna
yang berbeda sesuai kebudayaan masing-masing bahasa. Begitu juga bahasa Arab, kata  universitas  memiliki  medan  makna.  Kosakata-kosakata  yang  bermedan
makna  dengan  universitas  pun  akan  banyak  ditemukan.  Untuk  itu,  inilah  alasan Penulis  mengambil  judul
“PENERJEMAHAN KOSAKATA MEDAN MAKNA UNIVERSITAS
”
4
Ibid., h. 3
5
Abdul Chaer, Pengantar Semantik  Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1995 h.110
6
Ibid., h.110-111
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah