Dari kedua terjemahan di atas, terlihat terjemahan yang tidak mengandung nilai sastra dan terjemahan yang mengandung nilai sastra.
Dari sinilah, penerjemah harus mampu menerjemahkan ungkapan yang bernilai sastra diterjemahkan dengan terjemahan yang bernilai sastra
pula. Agar pembaca menikmati karya dan maksud dari pengarang. 5 Ethical Kesusilaan
Pada tingkat ini, penerjemah tidak hanya mampu memilih diksi dalam tingkat kesastraan, juga harus mampu memilih kata yang baik sesuai
pada prinsip kesopanan dan etika dalam bahasa sasaran, apalagi bahasa Indonesia yang sangat menjujung tinggi nilai kesopanan. Sebagai
contoh lebih
tepat diterjemahkan „orang yang terbelakang pertumbuhan mentalnya
‟ dari pada diterjemahkan „orang idiot‟, karena terjemahan itu lebih etis dan lebih sopan.
2.2 Medan Makna
Penerjemah tidak hanya membutuhkan kamus dalam menentukkan makna. Penerjemah harus memperhatikan makna yang dikandung dalam sebuah kata agar
tidak salah dan menyimpang. Pada proses itu, penerjemah dapat menggunakan teori-teori medan makna. Medan makna dalam bahasa Arab berpadanan dengan
ا . Parera mengutip pendapat Trier yang melukiskan vokabulari sebuah
bahasa tersusun rapi dalam medan-medan dan dalam medan itu setiap unsur yang berbeda didefinisikan dan diberi batas yang jelas sehingga tidak ada
tumpang tindih antar makna. Ia mengatakan bahwa medan makna itu tersusun sebagai satu mosaik. Setiap medan makna itu akan selalu tercocokkan antar
sesama medan sehingga membentuk satu keutuhan bahasa yang tidak mengenal
tumpang tindih.
12
Ullmann dalam hal ini juga mengutip konsep Trier yang merincikan tentang medan-medan sebagai sektor-sektor kosakata yang sangat erat
terajut. Dalam rajutannya sebuah bidang tertentu dapat dibagi-bagi, digolong- golongkan dan diorganisasikan sedimikian rupa sehingga setiap elemen
membantu membatasi elemen-elemen lainnya yang berdekatan dan tiap elemen dibatasi dengan elemen-elemen tersebut.
13
Sementara itu, Chaer mendefinisikan medan makna semantic domain, semantic field atau medan leksikal adalah seperangkat unsur leksikal yang
maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Misalnya, nama-nama
warna, nama-nama perabot rumah tangga, atau nama-nama perkerabatan, yang masing-masing merupakan satu medan makna.
14
Kata-kata atau leksem-leksem yang diklasifikasikan dalam satu medan makna, berdasarkan sifat hubungan semantisnya dapat dibedakan atas kelompok
medan kolokasi dan medan set. Medan kolokasi menunjukkan pada hubungan yang sintagmatik yang terdapat di antara kata-kata atau leksem-leksem atau unsur-
unsur leksikalnya, misalnya kata-kata layar, perahu, nelayan, badai, ombak, dan tenggelam merupakan kata-kata dalam satu kolokasi, yaitu satu tempat atau
lingkungan yang sama yang berkenaan dengan lingkungan kelautan. Sementara itu, medan set menunjukkan pada hubungan yang paradigmatik karena kata-kata
atau leksem-leksem yang berada dalam satu kelompok medan set bisa saling disubstitusikan. Sekelompok kata yang merupakan satu set biasanya mempunyai
12
J.D. Parera, Teori Semantik, Jakarta: Erlangga, 2004, edisi kedua, h. 139-140
13
Stephen Ullmann, Pengantar Semantik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h. 3001- 301
14
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h. 110-114
kelas kata yang sama, dan merupakan satu kesatuan. Setiap kata dalam medan set dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota set yang lainnya. Seperti
kata remaja dan sejuk. Kata remaja merupakan tahap perkembangan dari kanak- kanak menuju dewasa, sedangkan kata sejuk merupakan suhu di antara dingin dan
hangat. Pateda memberi konsep tentang fitur medan makna dapat dilihat dari
beberapa segi, 1 bentuk atau ukuran, 2 tingkat-tingkat dalam hirearki, 3 keanggotaan kata, 4 kebermacaman kata, dan 5 lingkungan kata semuanya
dapat dikelompokkan menjadi; entitas atau objek, kegiatan, abstraksi termasuk di situ kualitas dan penghubung.
15
Medan makna merupakan sekelompok kata-kata yang maknanya saling berhubungan maka kata-kata umum dapat mempunyai anggota yang disebut
hiponim contohnya: kata tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hiponim: bunga, durian, tomat, jagung, kelapa. Kata bunga juga memiliki hiponim: bugenfil,
kamboja, tulip dan lain-lain.
16
Mukhtar Umar mengemukakan bahwa kumpulan kata-kata yang kecil dapat membentuk satu medan makna jika memiliki hubungan makna antar satu
sama lain sebelum kita menganalisis ke tahap komponen makna untuk setiap kata.
17
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa medan makna adalah seperangkat makna yang memiliki komponen makna umum yang
sama. Dalam hal ini, Penulis lebih condong pada pernyataan Pateda bahwa
15
Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2010 edisi ke-2, h. 256
16
Ibid., h. 257
17
Ahmad Mukhtar Umar, Ilmu Ad-Dilaalah, Kuwait: Maktabah Daar Al-Guruubah li An-
Nasyr wa At- Tauzi’ , edisi pertama, h.
kosakata suatu bahasa sebenarnya bukanlah berupa sejumlah kata yang masing- masing berdiri sendiri, tetapi semuanya saling berhubungan dan memiliki medan
maknanya. Namun tidak semua medan makna ada superordinatnya.
18
2.3 Komponen Makna