Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Defenisi konsep

22 musyawarah besar warga Silahisabungan telah diambil kesimpulan tarombo Raja Silahisabungan. Pada tahun 1981 tertanggal dari 23 hingga 27 November, Tugu makam Raja Silahisabungan di maras Silalahi Nabolak diresmikan. Pembangunan tugu ini sendiri memakan waktu yang cukup lama dimulai dari tahun 1969 hingga tahun 1980, kurang lebih 29 tahun lamanya. Sejak diresmikannya Tugu Makam raja Silahisabungan tahun 1981, maka tiap tahun dilakukan pesta tahunan yang dilaksanakan secara bergiliran oleh delapan kelompok keturunan raja Silahi Sabungan dalam bentuk kegiatan adat, budaya, rohani, sosial, sebagai wujud ucapan terimakasih dan pujian kepada Tuhan serta media saling mengasihi sesama keturunan Pomparan raja Silahisabungan. Atas dasar hal ini lah peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana proses integrasi sosial dalam kelompok marga Silahisabungan yang tersebar di seluruh indonesia dengan tingkat perbedaan yang kompleks dapat bertahan melalui Pesta Luhutan Bolon Tugu Makam Raja Silahisabungan yang diadakan setiap tahunnya.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam penelitian itu dipandang menarik, penting dan perlu diteliti. Usman dan Purnomo, 2004:26. Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah diatas, yang menjadi rumusan masalah adalah Bagaimana Fungsi Pesta Tugu Luhutan Bolon dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahi Sabungan. Universitas Sumatera Utara 23

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan penulis dalam meneliti permasalahan ini adalah untuk menganalisa atau mengamati fungsi pesta tugu luhutan bolon dalam mempertahankan integrasi pomparan Raja Silahisabungan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang ada, terutama bagi mahasiswa sosiologi dan bagi siapa saja yang membaca penelitian ini yang tertarik dengan ilmu sosiologi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi yang ada dan menambah wawasan bagi penulis, dan pemahaman penulis tentang Fungsi Pesta Tugu Luhutan Bolon dalam Mempertahankan Integrasi pomparan Raja Silahisabungan.

1.5 Defenisi konsep

1. Adat Adat adalah tatanan hidup rakyat Indonesia yang bersumber pada rasa susila. Susila ini dimengerti dalam konteks harmoni spiritual, dimana kedamaian meneluruh ada karena kesepakatan bersama. Karena itu adat adalah suatu cara pikir bangsa Indonesia , dimana mereka membentuk dunianya. Adat mencakup seluruh kehidupan. Manusia dengan kematiannya tidak mungkin kehilangan Universitas Sumatera Utara 24 adatnya. Orang-orang mati memelihara dan menjaga adat melalui tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang. Dengan perantaraan adat, mereka tetap berehubungan dengan orang orang hidup. Yang merupakan inti pokok persekutuan antara orang-orang mati dan orang-orang hidup ialah justru adat bapa-bapa leleuhur sebagai tata tertib kehidupan anak-cucu mereka. Dalam persekutuan hidup dengan nenek moyang persekutuan adat itu menyatakan diri sebagai persekutuan religi. Suatu ciri yang menentukan dari religi ini ialah menyangkut kepada kesatuan etnis dan oleh sebab itu disebut religi etnis. Dari suatu sisi, tradisi nenek moyang , adat mempunyai sifat yang religius yang kuat. Adat mempunyai fungsi kultural dan fungsi sosial. Alasan mengapa adat begitu kuat melekat pada diri pemiliknya ialah karena adat sebagai patokan dan tata cara hidup tetapi meresapi kehidupan secara aktif. Adat mewujudkan suatu religionitas atau kepercayaan alamiah yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri. Dari hasil studinya Batak Toba ternyata cukup kuat dalam mempertahankan adatnya. Contohnya pendirian tugu monumen nenek moyang yang kini masih hidup di daerah Batak toba merupakan bukti bahwa penyembahan nenek moyang masih terus berlanjut pada mayarakat Batak Toba. 2. Tugu Tugu secara terminologi dapat diartikan dengan monumen. Bagi masyarakat Batak dapat dijadikan sebagai segala sesuatu yang telah melalui ketahanan yang sangat lama dipakai untuk mengenang seseorang yang notabene seseorang tersebut adalah kakek moyang bersama satu marga induk atau satu cabang marga atau satu tuirunan dari kakek nenek moyang sa ompu. Pembangunan tugu di Universitas Sumatera Utara 25 kalangan orang batak adalah berupa suatu kerangka yang berkaitan dengan adat batak dan merupakan peringatan atau penghormatan bagi nenek moyang atau seorang motivasi Raja sehingga penafsiran arti , motivasi Raja, sehingga penafsiran arti, motifvasi pendirian suatu Tugu tersebut perlu dipahami dari berbagai sudut. Dalam Togar Nainggolan 2006:242, menyatakan, ada berbagai keteranagn yang diberikan dalam literatur oleh informannya terkait tentang pendirian tugu-tugu modern ini a. Alasan politik Orang Batak makin banyak jumlahnya dan kaya di komunitas urban pada tahun 1960-an, tetapi pada saat yang sama mereka merasa tidak aman. Kekalahan pemberontakan PRRI tahun 1958 sampai 1959 memunculkan goncangan yang cukup kuat akan peranan tetap orang batak Toba dalam militer Sumatera utara. Penarikan diri kembali para pemberontak dibawah komando Kolonel Simbolon dari Medan ke Tapanuli Utara pada awal pemberontakan mengingatkan secara simbolis akan pentingnya kampung halaman sebagai pangkalan keamanan untuk masyarakat Batak Toba, meski mereka sudah menjadi masyarakat urban. Pada bulan Novenber 1961 Sisingamangaraja XII diakui secra resmi sebagai pahlawan nasional dari suku Batak atas perjuangannya melawan penjajah Belanda, atas dasar ini jugalah Soekarno mendorong pendirian tugu-tugu pahlawan nasional,. Hal ini membangkitkan keinginan orang Batak untuk mendirikan Tugu Sisingamangaraja XII dibeberapa kota di Sumatera Utara. b. Alasan ekonomi dan status Universitas Sumatera Utara 26 Umumnya tugu-tugu yang besar dan megah yang terdapat di Tapanuli Utara dibangun oleh para Orang Batak yang ada ditanah perantauan yang telah meninggalkan kampung induk , dan mereka adalah yang mempunyai hidup berkecukupan, kaya dan elit. Perlombaan status jelas merupakan satu faktor dalam kemegahan tugu dan kemewahan pesta pada saat peresmiannya. Tugu yang didirikan oleh kelompok satu marga dapat memprovokasi kecemburuan pada kelompok marga lain sampai mereka dapat merealisasikan tugu tersebut pada marga mereka sendiri. Dalam bruner tahun 1987 mengatakan kebanyakan dari pengkritik pendirian tugu mengatakan bahwa orang yang sudah berhasil di daerah perantauan ingin mempertontonkan kesusksesan mereka kembali dikampung induk mereka. Motifnya adalah kesombongan dan kecongkakan. Sementara Reid 2002 dalam Togar 2006, mengatakan, kelompok yang mendukung akan berkomentar bahwa kelompok keturunan mendirikan tugu untuk penegenalan diri mereka sebagai kelompok dari satu garis keturunan. c. Alasan religius Tugu didirikan dan pesta mangongkal holi pemakaman kembali dilaksanakan sehingga para orangtua dihormati asa sangap natua-tua i. Hal ini adalah cara orang batak untuk melaksanakan perintah kekristenan, yakni hormatilah bapa dan ibumu dan hormat umum kepada orang yang sudah meninggal. Hal ini jika dilihat dari sisi lain dapat diartikan sebagai pembelaan , kebanyakan mereka yang melakukan pesan diatas ada kemungkinan secara tulus mendukung pesta-pesta ini menyadari bahwa praktek masyarakat batak Toba saat ini jauh dari pengertian kekristenan. Sebenarnya penyembahan nenk moyang lebih Universitas Sumatera Utara 27 menonjol daripada mengikut perintah kekristenan “ hormatilah bapa dan ibumu”. Para nenek moyang disembah untuk mendapat berkat dari mereka. Berkat nenek koyang ini bagi mereka nyata dalam hal kesehatan, kekayaan, kuasa dan banyak keturunan. Ini merupakan satu hukti bahwa penyembahan nenek moyang masih kuat pada masyarakat Batak Toba, yang lebih mengherankan lagi yang menghidupkan kembali praktek ini adalah orang Batak Urban di kota-kota modern yang pemikirannya bisa dianggap sudah lebih realistis , kaya , terpelajar dan tidak meyakini praktek-praktek seperti ini d. Alasan komunitas klen Pembangunan tugu mengahadirkan sejenis kontark antara anggota kelompok marga yang kaya denganyang miskin, mereka yang merantau dan yang tinggal dikampung induk, yang muda dan tua. Ide dari pendirian tugu dan pelaksanaan pesta, meskipun biasanya didanai oleh orang Batak yang migran urban, sering diawali mereka yang tua dan tinggal dikampung induk. Bangunan dan pesta tentu mentransfer kekayaan orang kaya kepada mereka yang miskin dari daerah perantauan yang ada di kota ke desa. Hal ini pun membuat orang desa mendapat bantuan memperbaiki rumah rumah mereka untuk menampung orang kota saat akan berkunjung ke kampung induk atau saat melakukan pesta besar terhaqdap nenek moyang atau perkumpulan satu kelompok marga dari berbagai penjuru. Pengertian yang lebih fundamentalnya ialah bahwa orang kaya dan miskin bersama-sama dapat menghormati nenk moyang mereka. dengan demikian ikatan klen marga dikuatkan. e. Alasan identitas Universitas Sumatera Utara 28 Pembangunan tugu dan khususnya pesta ritus, yang menemaninya menguatkan ikatan garis keturunan yang barangkali sudah mulai terkikis karena adanya migrasi. Hal ini menjembatani ketidakcocokan yang dirasakan anatara gambaran yang ideal akan masyarakat batak dan situasi masyarakat yang dialami secara aktual. Ini membawa ketegangan bagi masyarakat batak berbicara tentang adat mereka yang dianggap sakral dan tidak terikat ruang dan waktu sementara batin mereka mengalami keterasingan karena hidup di perantauan. Tugu, seperti halnya semua monumen, merupakan jembatan antara masa sekarang dan masa lampau. Melalui pesta tugu orang-orang menangkap kembali masa lalu mereka, sejarah nenek moyang dan asal usul mereka. Ritus tugu menjadi suatu cermin diri bagi mereka yang lalu. Para migran masyarat Batak yang hidup di kota-kota besar untuk beberapa waktu meninggalkan dunia urban yang sekular lalu masuk ke dunia adat yang magis dikampung induk mereka. bersama sama dengan kelompok marga yang se-klen, dan keluarga karena peerkawinan, mereka merayakan genealoginya. Ritus tugu menguatkan kebatakan para migran. Kesatuan klen marga ini dapat disimbolakn melalui suatu patung dari nenek moyang . pada saat ini sponsor untuk mendirikan tugu datang dari keturunan satu klen yang migran yang mungkin semakin sadar akan identitas mereka ditengah suku-suku lain di daerah perantauan. Pendirian tugu modern oleh masyarakat batak toba yang berada di daerah rantau, menjadi sarana bagi klen mereka untuk menguatkan identitas mereka. Jikalau dahulu pemujaan nenek moyang ini dilakukan dengan memasukkan tulang belulang kedalam sorkefage, sekarang hal itu dilakukan dengan memasukkan tulang belualng nenek moyang kedalam tugu. Maknanya Universitas Sumatera Utara 29 tetap sama untuk penujaan nenek moyang. Ritus tugu ini bermakna peristiwa yang kultural, yang mempersatuakan aspek-aspek identitas batak dalam hal ini adalah klen marga, huta kampung induk, dalihan na tolu, dan adat yang menguatkan solidaritas diantara anggota klen. Untuk mengerti diri mereka yang sekarang, mereka masuk ke masa lalu. Identitas Batak Toba bagi migran Batak Toba dikuatkan dengan sikap mereka yang kembali kepada tradisi lama. Identitas batak Toba didaerah perantauan hadir dengan bentuk networkjaringan, tetangga, famili, rite de passage, dan kumpulan organisasi-organisasi Batak Toba yang lain.Togar Nainggolan , 2006: 246 Raja Parmahan Silalahi merupakan cabang marga induk yang memiliki kampung induk berada di hinalang Silalahi, balige. Ada juga istilah tugu berukuran kecil sebagai tempat tulang belulang dari satu ranting marga induk disebutlah kakek bersama dari ranting marga yaitu saompu biasanya lima sampai dengan tujuh generasi atau sundut. Demikian halnya pembangunan Tugu pada kelompok marga Silahisabungan. Tugu makam Raja Silahisabungan, dan Ruma parsantian oleh keturunan raja parmahan Silalahi oleh semangat Pasangapma natorasmu asa leleng ho mangolu di tano ma nilehon ni Jahowa debatam di ho”. Motto dari pada keturunan nya harus menghindar dari teal toal dan makna hasipele beguon. Dalam pembuatan tugu Raja Parmahan ini dan Ruma Parsantian, para keturunanya dituntut bersatu dalam satu kesatuan . 3. Integrasi sosial Integrasi Sosial adalah suatu proses dari unsur-unsur dalam suatu masyarakat kelompok sosial yang saling berhubungan secara intensif, dan harmonis dalam kehidupan sosial sehari-hari dan dalam interaksi diberbagai bidang sosial, Universitas Sumatera Utara 30 ekonomi, politik, dan sebagainya, dengan kata lain Integrasi sosial lebih bersifat sosiologis. Hess 1988 dan Federico 1979 dalam eriyanti 2013 mengemukakan bahwa proses integrasi sosial pada umumnya melalui beberapa tahap, yaitu tahap-tahap segregasi atau separatisme, akomodasi, akulturasi, asimilasi dan amalgamasi. Disamping itu, McLemore 1998 mengemukakan ada empat tingkat tahap integrasi sosial. Pertama, integrasi primer, yaitu adanya persamaan agama. Kedua, integrasi sekunder, yakni adanya kebebasan untuk bekerja dan berniaga. Ketiga, integrasi budaya, ialah terciptanya pembauran dalam hal makanan dan pakaian. Keempat, integrasi perkawinan, yang terlihat dengan terjadinya perkawinan antara pendatang minoritas dengan masyarakat setempat mayoritas. Konsep integrasi sosial dibedakan kedalam tiga sifat. Integrasi normatif, adalah kesepakatan yang terjadi karena adanya nilai , norma, cita-cita bersama atau adanya rasa solidaritas. Integrasi normatif pada dasarnya memiliki kesamaan dengan sifat-sifat solidaritas mekanik yang ditandai dengan suatu masyarakat yang sederhana yang anggotanya memperoleh sosialisasi yang sama sehingga memiliki suatu kesepakatan nilai-nilai dasar. Integrasi normatif ini merupakan alat untuk melihat sejauh mana masyarakat masih memiliki ikatan yang bersifat solidaritas mekanis. Integrasi fungsional merupakan kerangka perspektif fungsional yang melihat masyarakat sebagai suatu sistem yang terintegrasi antara unsur-unsurnya. Masyarakat sebagai sistem memiliki unsur- unsur yang dipersatukan oleh adanya kebutuhan yang hanya dapat dipenuhi melalui interaksi diantara unsur-unsur yang ada ketergantungan fungsional. Integrasi fungsional ini mengarah pada hubungan vertikal dan horizontal. Universitas Sumatera Utara 31 Hubungan vertikal mengarah pada warga masyarakat dengan negara sedangkan hubungan horizontal mengarah pada warga atau kelompok dalam masyarakat, apakah warga masyarakat secara individu, kelompok , golongan, maupun antar daerah masing-masing memiliki fungsi yang khas dan bisa mereka pertahankan sehingga ada saling ketergantungan. Integrasi koersif merupakan integrasi yang terjadi bsebagai hasil dari kekuatan yang sanggup mengikat kekuatan-kekuatan individu atau unsur-unsur masyarakat secara paksa. Singkatnya, integrasi dapat terjalin secara paksa oleh pihak yang memiliki kekuatan yang lebih besar dengan menggunakan berbagai pranata sosial serta alat yang memiliki kekuatan untuk mengikat dan memaksa anggota-anggota kelompok sosial. Dasar pemikiran integrasi koersif ini adalah teori paksaan . Dahrendorf mengatakan bahwa semua unit sosial selalu disatukan atau diintegrasikan melalui kekuatan yang menguasai dan memaksa 4. Pomparan Silahisabungan Pomparan Silahisabungan adalah keturunan Raja Silahisabungan yang terdiri dari Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi raja, Sidabariba, Sinabutar, Sidebang Raja, Pintu Batu, dan Tambun Raja. Pomparan Silahisabungan ini merupakan satu kelompok marga dalam Batak Toba yang mempunyai tradisi dan budaya yang sedikit berbeda dengan kelompok marga lainnya. Dari wilayah daerahnya yang berada di Tolping, kabupaten Dairi, yang mana pada umumnya kelompok-kelompok marga dalam suku Batak Toba mempunyai wilayah di kabupaten Tobasa. Wilayah Silalahi yang kecil di Paropo, disudut sebelah utara danau toba yang hanya dihuni oleh beberapa ribu orang , dapat dianggap sebagai kawasan leluhur, tempat Universitas Sumatera Utara 32 moyangnya pertama kali bermukim dan menurunkan sejumlah besar anak laki- laki dari dua orang isteri. Vergouwen 1986:16 Dari Isteri pertama yang bernama Pinggan matio, lahirlah tujuh putra dan satu putri. Anak laki-laki pertama dinamkan Loho Raja, anak kedua dinamakan Tungkir Raja, anak ketiga dinamakan Sondi Raja, anak Keempat perempuan dinamakn Deang Namora sedangkan anak ke-5, ke-6, ke-7, ke-8 bernama Butar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, dan Batu Raja.Sedangkan dari isteri kedua, Boru Nairasaon, Silahisabungan hanya dikaruniai seorang putera bernama Tambun Raja. 5. Pesta Tugu Luhutan Bolon Raja Silahisabungan Pesta tugu luhutan bolon Raja Silahisabungan merupakan adalah suatu kegiatan sebagai ucapan syukur para keturunan Raja Silahisabungan yang mempunyai makna untuk mengikat persaudaraan antar marga kelompok keturunan Raja Silahisabungan. Upacara pelaksanaan pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabunagn ini dilaksanakan oleh seluruh keturunan Raja Silahisabungan diseluruh dunia sebagai ungkapan terimakasih kepada nenek moyang, Raja Silahisabungan, atas keberhasilan yang keturunannya capai didaerah rantau ataupun dikampung induk. Inilah yang dinamakan mereka sebagai rahmat nenek moyang mereka, Raja Silahisabungan. 1.6 Kerangka Teori 1.6.1 Perspektif Konflik

Dokumen yang terkait

Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi)

6 104 155

KEPERCAYAAN KETURUNAN RAJA SILAHISABUNGAN TERHADAP BATU SIGADAP DI DESA SILALAHI NABOLAK KECAMATAN SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI.

1 8 21

Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi)

0 0 10

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu - Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Ka

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi)

0 1 31

Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi) SKRIPSI

0 0 11

Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi)

0 0 10

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu - Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Ka

0 1 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi)

0 0 31

Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi) SKRIPSI

0 0 11